2.1.2.2.1  Calon Suami dan Istri
Calon  suami  dan  calon  istri  atau  dapat  juga  disebut  dengan calon  mempelai  adalah  seorang  pria  dan  seorang  wanita  yang
merupakan  hal  paling  penting  sebagai  para  pihak  yang  akan melangsungkan  pernikahan.  Para  calon  mempelai  harus  memenuhi
syarat-syarat tertentu antara lain : 1.  Telah baligh dan memenuhi kecakapan yang sempurna.
Pasal  15  ayat  1  Kompilasi  Hukum    Islam memberikan  ketentuan  sebagai  berikut  untuk  kemaslahatan
keluarga  dan  rumah  tangga,  perkawinan  hanya  boleh dilakukan  oleh  mempelai  yang  telah  mencapai  umur  yang
ditetapkan  dalam  Pasal    7  ayat  1  dan  ayat  2  Undang- Undang  Perkawinan  No.  1  Tahun  1974yaitu  calon  suami
sekurang-kurangnya  berumur  19  tahun  dan  calon  istri sekurang-kurangnya  berumur 16 tahun  Bagi calon  mempelai
yang  belum  berumur  21  tahun  harus  mendapat  ijin sebagaimana  diatur  dalam  Pasal    6  ayat  2,  3, 4  dan  5
Undang-Undang Perkawinan Berakal  sehat  dan  tidak  mengalami  gangguan,  baik
jasmani  maupun  rohani,  artinya  para  mempelai  harus  dapat mempertanggungjawabkan
apa itu
perkawinan yang
dilaksanakaan.
2.  Tidak karena paksaan, artinya harus didasarkan pada kerelaan kedua belah pihak.
Pasal 16
ayat 1
Kompilasi Hukum
Islam menyebutkan bahwa perkawinan didasarkan atas persetujuan
calon mempelai. Persetujuan ini penting agar masing-masing suami  dan  istri,  memasuki  gerbang  perkawinan  dan  rumah
tangga benar-benar dengan senang hati dan bahagia sehingga dapat  melaksanakan  tugas,  hak  dan  kewajibannya  secara
proposional Rofiq 2003:74 Persetujuan  yang  dimaksud  dapat  berupa  pernyataan
tegas  dan  nyata  dengan  tulisan-tulisan,  lisan  atau  isyarat tetapi juga berupa diam dalam arti tidak ada penolakan yang
tegas  sesuai  dengan  Pasal  16  ayat  2  Kompilasi  Hukum Islam. Dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW, riwayat dari
ibnu  Abbas  ra  “janda  lebih  berhak  atas  dirinya  dari  pada walinya,
dan kepada
gadis perawan
dimintai persetujuannya,  dan  persetujuannya  jika  dimintai,gadis  itu
diam Riwayat Muslim” Sebagai  bukti  adanya  persetujuan  antara  kedua
mempelai,  Pegawai  Pencatat  menanyakan  kepada  mereka sesuai  yang  dijelaskan  dalam  Pasal  17  Kompilasi  Hukum
Islam .
2.1.2.2.2  Wali Nikah