B. Model George C. Edwards III
Dalam pandangan Edwards III implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu :
1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
2.2.3 Model George C. Edwards III
Dalam penelitian ini saya menggunakan model implementasi George C.Edwards Dalam pandangan Edwards ada Empat variabel yang berperan penting
dalam pencapain keberhasilan implementasi, yaitu
12
1. Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan
dengan baik jika terjadi komunikasi yang efektif antara pelaksana program kebijakan dengan para kelompok sasaran target group. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam proses komunikasi yaitu Trasmisi cara penyampain informasi, Kejelasan informasi, serta Konsistensi dalam
penyampain informasi. :
2. Sumber daya, setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang
memadai, baik sumber daya manusia maupun sumberdaya finansial. Sumber
12
Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Yokyakarta: Gava Media, 2009, hal.31-33.
Universitas Sumatera Utara
daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implemator yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya finasial
adalah kecukupan modal investasi atas sebuah programkebijakan. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi kebijakan pemerintah. Sebab tanpa
kehandalan implemator kebijakan kurang enerjik dan berjalan lambat dan seadanya. Sedangkan sumberdaya finansial menjamin keberlangsungan
kebijakan. Tanpa ada dukungan finansial yang memadai, program tak dapat berjalan efektifdan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran. Oleh karena itu
Untuk memenuhi sumberdaya agar berjalan secara efektif sangat diperlukan stafpegawai yang menjalankan program itu sendiri atau yang menangani
program tersebut dan fasilitas yang digunakan untuk mendukung berjalanya suatu program.
3. Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada
implemator kebijakan. karakter yang penting dimiliki implemator adalah kejujuran, komitmen, dan demokratis. Implemator yang memiliki komitmen
tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam programkebijakan. Kejujuran mengarahkan implemator untuk tetap
berada dalam aras program yang telah digariskan dalam guideline program. Komitmen dan kejujuran membawanya semakin antusias dalam
melaksanakan tahap-tahap program secara konsisten. Sikap yang demokratis akan meningkatkan kesan baik implemator dan kebijakan dihadapkan anggota
kelompok sasaran. Sikap ini akan menurunkan resistensi dari masyarakat dan
Universitas Sumatera Utara
menumbuhkan rasa percaya dan kepedulian kelompok sasaran terhadap implemator dan kebijakan.
4. Struktur Birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam
implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanismefragmentasi, dan struktur organisasi
pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standar operasional prosedur SOP yang dicantumkan
dalam guideline programkebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka kerja yangjelas, sistematis, tidak berbelit-belit dan mudah dipahami oleh
siapapun karena akan menjadi acuan dalam bekerjanya implemator. Sedangkan struktur organisasi pelaksana pun sejauh mungkin menghindari hal
yang berbelit, panjang dan kompleks. Struktur organisasi pelaksana harus dapat menjamin adanya pengambilan keputusan atas kejadian luar biasa
dalam program secara cepat. Dan hal ini hanya dapatlahir jika struktur didesain secara ringkas dan fleksibel menghindari “virus Weberian” yang
kaku, terlalu hirarkhis dan birokratis. Keempat variabel diatas memiliki keterkaitan satu sama lainnya dalam
mencapai tujuan dan sasaran kebijakan. Semuanya saling bersinergi dalam mencapai tujuan dan satu variabel akan sangat mempengaruhi variabel yang lain seperti dapat
dilihat pada gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Faktor Penentu Implementasi Menurut Edwards III
Komunikasi
Sumberdaya Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
Sumber Edwards III, 1980: 148
2.3 Bantuan Oprasional Sekolah BOS 2.3.1 Pengertian Bantuan Oprasional Sekolah BOS
BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non-operasional bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar. Menurut Peraturan Pemerintah 48 tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan,
biaya non-operasionalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis
Universitas Sumatera Utara