Pelanggaran Advokat Terhadap Ketentuan Undang-Undang No.18

55 BAB III HAMBATAN-HAMBATAN DALAM MELAKSANAKAN HAK IMUNITAS ADVOKAT DI INDONESIA

D. Pelanggaran Advokat Terhadap Ketentuan Undang-Undang No.18

Tahun 2003 tentang Advokat Berdasarkan Undang-Undang Advokat dalam melakukan pekerjaanya, advokat mempunyai kewajiban baik terhadap sesama advokat, masyarakat dan klien. Kewajiban ini dilaksanakan agar kehormatan advokat tetap terjaga dalam masyarakat. Profesi advokat lahir dari masyarakat untuk masyarakat yang didorong oleh hati nuraninya untuk berkipra menegakkan hukum dan keadilan serta mewujudkan kepastian hukum. Advokat setiap nafasnya, harus tanggap terhadap tegaknya hukum dan keadilan ditengah lapisan masyarakat, dengan menghilangkan rasa takut kepada siapapun tidak membedakan tempat, etnis, agama, kepercayaan, miskin atau kaya untuk memberikan bantuan hukum setiap saat. 76 Undang-undang advokat, memerintahkan supaya advokat merahasiakan segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh dari kliennya karena hubungan profesinya, kerahasiaan ini meliputi perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik advokat, sesuai dengan pasal 19 UUA. Rahasia pekerjaan ini adalah rahasia mutlak, yaitu wajib menyimpan rahasia pekerjaan dalam keadaan apapun, biasa atau luar biasa, dan bagaimanapun 76 Ropaun Rambe, Teknik Praktek Advokat, Jakarta: Grasindo, 2001, hlm. 58. 56 wajib menyimpan rahasianya, harus dikorbankan kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan-kepentingan yang dilindungi oleh rahasia pekerjaan. Secara otomatis dan tanpa dihadapkan dengan pilihan yang sulit wajib penyimpan rahasia dilarang membuka rahasia. 77 Piementa mengatakan bahwa kalau seseorang klien memberitahukan kepada advokatnya dalam kamar kerjanya, bahwa ia hendak membunuh orang, maka advokat tersebut sudah barang tentu wajib membujuk kliennya untuk tidak melakukan hal itu lagi. Tetapi menurut Piementa, advokat tersebut tidak berwenang atau berhak untuk memberitahukan hal tersebut kepada orang yang akan dibunuh, juga jika advokat tersebut yakin akan upaya membujuk orang tersebut gagal. Ini juga bukan tugasnya dengan tidak membuka rahasia ia tidak akan dianggap telah membantu melakukan suatu kejahatan. 78 Setelah advokat menyelesaikan tugas surat kuasa khusus, tidak ada hubungan keperdataan yang muncul diantara keduanya, namun berkaitan dengan hal-hal yang diutarakan klien kepada advokat ibarat pansien dengan dokter, segala yang berhubungan dengan klien menjadi suatu rahasia dijaga dan bukan untuk konsumsi publik. Seorang advokat dilarang menjadi penasehat hukum dari klien yang menjadi pihak yang berseberangan dengan klien yang diwakili oleh perkara yang sama. Seorang advokat juga dilarang mewakili klien yang tadinya merupakan bagian dari kliennya yang kini menjadi lawan dari klien terdahulu. 79 Kewajiban untuk menjaga kerahasiaan ini tidak hanya berlaku pada penasehat hukum klien yang bersangkutan, tapi juga pihak-pihak lain yang 77 Ko Tjany Sing, Rahasia pekerjaan Dokter dan Advokat, Jakarta: Gramedia, 1985, hlm. 43. 78 Ropaum Rambe, op.cit., hlm. 42. 79 Rocky marbun, Kiat Jitu Menyelesaikan Kasus Hukum, Visi Media, hlm. 57 bekerja di kantor hukum atau firma hukumnya, apakah itu partner, sekretaris, penterjemah atau staf lainnya. Dengan demikian, seorang advokat dalam membela, bertindak dan menunaikan tugasnya harus selalu memasukan ke dalam pertimbangannya kewajiban terhadap klien, terhadap pengadilan, diri sendiri, dan terhadap negara. 80 Adalah terlalu naif kalau seorang advokat membela kliennya hanya memeperhatikan kepentingan klien tanpa memperdulikan kepentingan lain seperti terhadap lawan, negara, konstitusi, dan pengadilan. Dalam undang-undang advokat, ada sejumlah tindakan yang dilarang oleh advokat meliputi: 1. Membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya pasal 18 UUA. Hal ini mencerminkan kepribadian advokatpengacara; kepribadian lainnya ialah advokat bersedia memberikan nasehat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang memerlukan tanpa membedakan kedudukan, warna kulit, suku, agama, keturunan, keyakinan politik dan kedudukan sosialnya. Advokat dalam menjalankan pekerjaannya tidak semata-mata mencari imbalan materi, tetapi berjuang untuk menegakkan hukum, keadilan, kebenaran dengan cara jujur dan bertanggungjawab. 81 80 Ropaun Rambe, op.cit., hlm. 35. 81 Ibd., hlm. 47. 58 2. Memegang jabatan yang bertentangan dengan kepentingan dan martabat profesinya pasal 20 UUA 3. Memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian sehingga merugikan profesi advokat selama memangku jabatan tersebut pasal 20 UUA 82 Advokat tidak dibenarkan melakukan pekerjaan lain yang dapat merugikan kebebasannya, derajat, martabat advokat, dan harus senantiasa menjujung tinggi profesi advokat sebagai profesi yang terhormat officium nobile. Advokat dalam tugasnya harus bersikap dan sopan santun terhadap para pejabat, penegak hukum, sesama advokat dan masyarakat, namun dia harus mempertahankan hak dan martabat advokat di mimbar manapun juga. Advokat bebas bekerja dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan wajib memperjuangkan hak asasi manusia dalam negara hukum Indonesia. 83 Setiap advokat harus selalu menjaga dan menjunjung tinggi profesinya agar tidak merugikan kebebasan, derajat dan martabat advokat. Jadi hakikat dari pasal tersebut adalah bahwa advokat harus menjaga dirinya dalam tingkah laku dan perbuatannya sedemikian rupa sehingga citra profesi advokat tidak tercemar dan dapat mengurangi derajat dan martabat advokat. Profesi advokat adalah profesi yang bebas, dengan kata lain tidak boleh mempunyai ikatan-ikatan yang membatasi kewajiban membela klien dan berjuang untuk menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran dengan cara yang jujur dan bertanggungjawab. 84 Oleh karena itu, jika seorang advokat merangkap sebagai 82 V.Harlen, op.cit., hlm. 87. 83 Ropaum Rambe, op.cit., hlm. 46. 84 Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia” Citra, Idealisme, dan Keprihatinan ”, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm.87. 59 pegawai negeri atau anggota ABRI, maka ia dapat kehilangan karakteristik independence yang disyaratkan secara praktik Internasional dinegara-negara demokratis. Apabila kewajiban ini tidak dilaksanakan, dan apabila larangan yang telah diatur dilanggar maka advokat yang bersangkuatan tidak akan dapat melakukan fungsinya sebagaimana mestinya dan juga akan dikenai hukuman sesuai dengan KEAI. 85 Sebagaimana yang terdapat dalam pasal 4 ayat 2, sebelum advokat menjalankan profesinya, advokat wajib bersumpah menurut agamanya atau berjanji sungguh-sungguh disidang terbuka pengadilan tinggi diwilayah domisili hukumnya. Sumpah yang dimaksud adalah sebagai berikut: “Demi Allah saya bersumpah saya berjanji: - Bahwa saya akan memgang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia; - Bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung dengan tidak langsung menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak membrikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga; - Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak jujur, adil dan bertanggungjawab berdasarkan hukum dan keadialn; - Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam dan diluar pengadilan tidak akan memberikan atau menjajikan sesuatu kepada hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau atau menguntungkan bagi perkara klien yang sedang atau yang akan saya tangani; - Bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan menjalani kewajiban saya sesuai dengan kehormatan, martabat dan tanggungjawab saya sebagai advokat; - Bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberikan jasa hukum di dalam suatu perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian daripada tanggung jawab profesi saya sebagai advokat; 86 85 V.Harlen, op.cit., hlm. 84. 86 PERADI, Kitab Advokat Indonesia, Bandung: P.T Alumni, 2007, hlm. 8. 60 Dari sumpah advokat ini dapat dinilai bahwa advokat mengandung tugas, kewajiban, dan tanggungjawab yang luhur, baik terhadap diri sendiri, klien, pengadilan, dan Tuhan, serta tegaknya keadilan dan kebenaran. 87 Pentingnya sumpah profesi adalah sebagai kontak pertama antara advokat dengan publik. Publik sebagai pengawas terhadap profesi advokat, sumpah profesi memberikan pengesahan pada advokat untuk mengambil tindakan yang dianggap paling baik untuk kepentingan kliennya. Sumpah yang ada dalam setiap profesi bertujuan mentransformasi individu pemegang profesi tersebut. Mengenai sumpah advokat, perilaku yang bisa ditransformasi adalah meningkatkan profesionalitas yang ada pada diri advokat dalam berhubungan dengan klien, rekan sesama profesi, sistem dan instrumen peradilan serta masyarakat. 88 Selain itu, untuk mewujudkan profesi advokat yang berfungsi sebagai penegak hukum dan keadilan juga ditentukan oleh peran Organisasi Advokat. UU Advokat telah memberikan aturan tentang pengawasan, tindakan-tindakan terhadap pelanggaran, dan pemberhentian advokat yang pelaksanaannya dijalankan oleh Organisasi Advokat. Ketentuan Pasal 6 UU Advokat misalnya menentukan bahwa advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan: a. Mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya; b. Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya; 87 Frans Hendra, op.cit., hlm.94. 88 http:e-journal.uajy.ac.id289521HK09059.pdf, diakses pada hari Senin 16 Februari 2014, pukul 14.11 WIB. 61 c. Bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, atau pengadilan; d. Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat profesinya; e. Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan dan atau perbuatan tercela; dan f. Melanggar sumpahjanji Advokat danatau kode etik profesi Advokat. 89

E. Pelanggaran Advokat Terhadap Ketentuan Kode Etik Advokat