70
Untuk itu kepada para advokat diminta untuk selalu menjunjung tinggi nama baik, kehormatan, martabat, dan citranya sebagai penegak hukum,
kebenaran dan keadilan. Hal tersebut hanya bisa didapati oleh advokat bila dapat melaksanakan kode etik profesi dengan konsekuen dan konsisten. Disamping itu
selalu mempertinggi dan memperluas pengetahuan, kemampuan, dan
profesionalnya.
103
F. Ketidak Harmonisan Hubungan antara Advokat dengan Klien
Suatu kepercayaan lahir tentunya tidak atas kemauan satu pihak tetapi atas proses kemauan dua pihak untuk berhubungan dan salaing percaya
mempercayai dalam kerjasama yang mereka harapkan.
104
Menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan klien adalah tugas utamanya seorang advokat. Karena disamping klien merupakan sumber
penghasilan, juga oleh karena profesi advokat merupakan jasa. Kepercayaan dari pencari keadilan dalam menegakkan hukum dan
keadilan menjadi sangat penting. Jangan sampai kepercayaan yang diberikan itu hilang, oleh karena klien merasa diabaikan kepentingannya, apalagi advokat
menyalahgunakan kepercayaan kliennya.
105
Suasana kepercayaan adalah suasana yang harus dibangun dan sangat dibutuhkan oleh klien maupun lawyer karena dapat melahirkan kerjasama yang
baik. Tapi apa yang tejadi ketika klien mengetahui bahwa lawyernya dalam membela kebenaran dan keadilan yang diyakininya melakukun strategi yang licik.
Hal ini dapat berakibat negatif pada klien, ia kehilangan keyakinan atas kebenaran
103
Ibid., hlm. 56.
104
Yudha Pandu, op.cit., hlm. 105.
105
Ropaum Rambe, op.cit., hlm. 46.
71
dan keadilan yang diperjuangkan. Atau ia merasa bahwa lawyer adalah momok yang perlu segera dijauhi, karena suatu saat ia khwatir perilaku lawyer seperti ini
akan menjadi ”bumerang” bagi dirinya.
106
Hubungan advokat-klien tak selamanya harmonis. Adakalanya kepercayaan berubah menjadi sengketa yang sulit diselesaikan melalui
komunikasi biasa. Yang paling umum terjadi karena masalah honorarium fee dan ketidak sepahaman advokat-klien mengenai langkah hukum tertentu yang
harus dilakukan. Kalau advokat menyarankan langkah tertentu tapi klien tak setuju, tingkat kepercayaan bisa menipis. Kalau kepercayaan terus makin terkikis,
pemberian kuasa bisa putus baik karena inisiatif klien, maupun karena advokat mundur.
Misalnya pad kasus mundurnya Ferry Amahorseya sebagai anggota tim kuasa hukum Wafid Muharram bisa dijadikan contoh. Ferry mundur gara-gara
tidak sepaham lagi dengan kliennya. “Terdapat ketidak sesuaian paham dan pemikiran tentang arah kebijakan pembelaan yang harus saya lakukan dengan
yang diing inkan terdakwa,”kata Ferry di sidang Pengadilan Tipikor Jakarta 12
Oktober tahun lalu, saat mengumumkan pengunduran dirinya.Terdakwa dimaksud tak lain adalah Wafid Muharram. Ferry ingin Nazaruddin dihadirkan sebagai saksi
ke dalam sidang. Klien berpendapat sebaliknya. Perbedaan pendapat itulah yang akhirnya buntu, dan Ferry memilih mundur dari tim kuasa hukum.
Dalam hubungan advokat-klien, honorarium menjadi sesuatu yang penting. Honorarium adalah hak advokat yang wajib dibayarkan klien sesuai
106
Yudha Pandu, op.cit., hlm. 8.
72
kesepakatan. Mekanisme pembayaran dan persyaratan lainnya juga didasarkan pada kesepakatan.
107
Untuk itu sehubungan dengan menjalankan praktek profesinya penasehat hukum wajib menjalankan hubungan yang baik dengan para kliennya, menurut
Martiman Prodjohamidjojo 1982 “pekerjaan penasehat hukum adalah pekerjaan
kepercayaan” sebagaiman dijelaskan dalam uraian berikut ini: a.
Penasehat hukum di dalam mengurus perkara mendahulukan kepentingan klien daripada kepentingan pribadinya.
b. Penasehat hukum tidak dibenarkan memberikan keterangan yang
dapat menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya. c.
Penasehat hukum dilarang keras untuk menjamin klien terhadap perkaranya akan dimenangkan.
d. Penasehat hukum dilarang menetapkan syarat yang membatasi
kebebasan klien untuk mempercayakan kepentingannya kepada penasehat hukum yang lain.
e. Penasehat hukum harus menentukan besarnya honor dalam batas-
batas yang layak dengan mengingat kemampuan klien. f.
Penasehat hukum dilarang membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.
g. Penasehat hukum dapat menggunakan hak retensi terhadap klien
asalkan tidak merugikan kepentingan klien yang tidak dapat diperbaiki lagi.
107
www.hukumonline.comberitabacalt4fb5fe06c73c9pasang-surut-hubungan-advokat- klien, Diunduh pada hari Kamis, 19 Februari 2015. Pukul 12.12 WIB
73
h. Penasehat hukum harus memberikan perhatian yang sama dalam hal
menangani perkara yang Cuma-Cuma seperti terhadap perkara yamg bukan Cuma-Cuma.
i. Penasehat hukum harus selalu memegang rahasia jabatan tentang
hal-hal yang diberitahukan kepadanya tentang klien secara kepercayaan dan wajib menjaga rahasia itu, walaupun hubungan
penasehat hukum dengan klien degan bersangkutan telah berakhir. j.
Penasehat hukum dilarang melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan bagi klien atau
apabila pelepasan tugas itu akan menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi oleh klien yang bersangkutan.
k. Penasehat hukum yang mengurus kepentingan bersama dari dua
pihak atau lebih harus mengundurkan diri sepenuhya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila kemudian
timbul pertentanagan-pertentangan kepentingan diantara pihak-pihak yang bersangkutan.
108
Untuk melahirkan rasa kepercayaan, penasehat hukum dalam menjalankan profesinya harus bersikap profesional agar salaing percaya
mempercayai dapat terbentuk dan akhirnya mencapai keseimbangan dalam hubungan. Kepercayaan antara klien dan penasehat hukum tentunya tidak dimulai
dengan hubungan yang emosionil. Menurut Shapiro, Shepard dan Cheraskin 1992 ada sikap yang perlu diperhatikan.
108
Yudha Pandu, op.cit., hlm. 11-12.
74
Pertama, deterrence-based trust atau calculus based turst yaitu rasa kepercayaan lahir berdasarkan sifat konsistensi. Apa yang mereka ucapkan akan
mereka lakukan karena mengetahui resiko apabila tidak dilakukan. Sikap yang serta merta dapat berubah seketika tanpa adanya alasan-alasan yang kuat
mendasari perubahan. Jika sifat konsisten ini tidak dapat diwujudkan dan dipelihara dengan baik akan berakibat terjadinya penokan kerjasama dan ancaman
pemutusan hubungan. Kepercayaan dalam tahap ini memang sangat rapuh, sehingga mudah hilang secara cepat kembali ketitik nol.
Kedua, knowledge-based trust yaitu kepercayaan lahir berdasarkan sikap yang dapat diperkirakan, terukur, mempunyai standart dan kualifikasi yang jelas
terhadap suatu arah kemana kemungkinan suatu keputusan, kebijakan dan tindakan dilakukan. Sikap seperti ini selalu didukung oleh informasi yang
memadai, komunikasi yang lancar, berkesinambungan dan teratur, serta saling kenal mengenal courtship. Ini dapat terjadi apabila seseorang telah mempunyai
kemampuan dan kecakapan yang cukup untuk memahami atau mengerti terhadap potensi resiko yang dapat mengancam hukuman mereka. Sehingga kepercayaan
tingkat ini adalah kepercayaan yang sangat rendah resiko dan tidak mudah mengalami penurunan.
Ketiga, identification-based trust, yaitu kepercayaan yang didasarkan atas suatu emphati yang cukup untuk mengenal harapan dan keinginan pihak lain.
Kemampuan mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan resiko dan ancaman terhadap hubungan. Sehingga segala sesuatu yang berpotensi terjadinya
perkara dapat dihindari. Kepercayaan pada tingkat ketiga ini selalu eksis karena para pihak secara efektif memahami dan menghargai kepentingan pihak lain.
75
Saling menghargai dan memahami dikembangkan ketitik dimana satu pihak dapat bertindak untuk kepentingan yang lain. Sehingga dapat dikatakan kepercayaan
pada tingkat ini adalah kepercayaan yang mencapai puncaknya. Oleh karena itu, berdasarkan sikap ketiga inilah bentuk kepercayaan yang perlu dibangun oleh
penasehat hukum terhadap kliennya.
109
G. Ketidaktahuan dan Arogansi Para Penegak Hukum Lainnya