Pelanggaran Advokat Terhadap Ketentuan Kode Etik Advokat

61 c. Bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, atau pengadilan; d. Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat profesinya; e. Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan dan atau perbuatan tercela; dan f. Melanggar sumpahjanji Advokat danatau kode etik profesi Advokat. 89

E. Pelanggaran Advokat Terhadap Ketentuan Kode Etik Advokat

Indonesia Kode etik advokat adalah pengaturan tentang perilaku anggota-anggota baik dalam interaksi sesama anggota atau rekan anggota organisasi advokat lainnya maupun dalam kaitannya dimuka pengadilan. Baik beracara didalam maupun diluar pengadilan. Fungsi kode etik advokat dapat dikelompokkan: 1. Kode etik dalam hubungan dengan kepribadian advokat umumnya. 2. Kode etik dalam hubungan advokat dengan klien. 3. Kode etik dalam hubungan dengan sejawat. 4. Kode etik dalam bertindak menangani perkara. 5. Kode etik dalam hubungan advokat dengan hukum undang-undang Kekuasaan Umum, dan para pejabat pengadian. 90 89 J Asshiddiqie - 2007 - jimly.com, diakses pada hari senin 16 Februari 2015, pukul 14.16 WIB 62 Kewajiban dan larangan terhadap advokat yang diataur dalam Undang- Undang Advokat tetap perlu, namun yang paling perlu adalah kewajiban dan larangan-larangan yang diatur dalam KEAI, karena sebagian substansi yang diatur dalam Undang-Undang Advokat dapat ditemukan dalam KEAI . Berdasarkan KEAI, kewajiban advokat antara lain meliputi: a. Memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat pasal 3 huruf d KEAI b. Memberikan bantuan hukum kepada teman sejawat yang diduga atau didakwa suatu perkara pidana baik atas permintaan sendiri maupun karena penunjukan organisasi profesi paasal 3 huruf e KEAI c. Bersikap sopan kepada semua teman sejawat dan mempertahankan martabat advokat pasal 4 huruf d KEAI d. Dalam menentukan besarnya hononarium, wajib mempertimbangkan kemampuan klien pasal 4 huruf d KEAI e. Memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien secara kepercayaan dan tetap menjaga rahasia tersebut setelah sampai berakhir hubungannya dengan klien pasal 4 huruf h KEAI f. Memberikan surat dan keterangan apabila perkara akan diurus advokat baru dengan memperhatikan hak retensi pasal 5 huruf f KEAI g. Wajib memberikan bantuan hukum Cuma-Cuma kepada orang yang tidak mampu pasal 7 huruf h KEAI 90 Ropaum Rambe, op.cit., hlm. 45. 63 h. Menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan mengenai perkara yang ditangani kepada klien pasal 7 huruf i KEAI 91 Jikalau kita membaca Kode Etik Advokat, maka akan terdapat beberapa larangan yang sebagian diantaranya mempunyai kesamaan dengan pengaturan dalam Undang-Undang Advokat. Larangan tersebut adalah: 1. Berpraktek selama menduduki jabatan negara dan namanya dicantumkan dalam kantor manapun selama ia berada dalam jabatan tersebut pasal 3 huruf i KEAI Ada dua hal yang berkaitan dengan larangan ini. Pertama selama advokat yang bersangkutan menduduki jabatan negara, dia sama sekali tidak dapat melakukan pekerjaannya sebagai advokat. Larangan ini tidak perlu menimbulkan penafsiran dan perdebatan karena hal tersebut menunjukkan aktivitas fisik yang dapat dilihat dari advokat yang bersangkutan. Kedua, nama advokat yang bersangkutan tidak dapat dicantumkan dalam kantor manapun. Hal ini bahwa advokat yang bersangkutan tidak akan dimasukkan lagi sebagai kuasa atau sebagai tim dalam menangani perkara. Terlebih dari itu, profesi advokat adalah profesi yang bebas, dalam arti kata yang tidak boleh mempunyai ikatan-ikatan yang dapat membatasi kewajibannya membela klien dan berjuang untuk menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran dengan cara jujur dan bertanggung jawab. Misalnya, seorang advokat tidak boleh menjadi seorang pegawai negeri, 91 V.Harlen, op.cit., hlm. 85. 64 karena dengan jabatan rangkap tersebut ia terikat kepada atasannya dan tidak bebas lagi menjalankan profesinya. 92 2. Meberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya pasal 4 huruf b KEAI Larangan ini berkaitan dengan pemahaman advokat tentang masalah yang akan atau sedang ditangani dan mengaitkannya dengan teori ilmu hukum. Sangat sulit seorang advokat memberikan keterangan atau pendapat atas perkara yang diurusnya secara benar apabila dia benar-benar tidak mengert teori ilmu hukum dan mengaitkannya dengan masalah tersebut. Karena itu, sistem pengangkatan advokat sekarang yang mengharuskan pendidikan terlebih dahulu, lalu magang, kemudian ujian merupakan salah satu upaya untuk menghindari advokat memberikan keterangan yang menyesatkan. 93 Karena itu sebetulnya seorang advokat dapat dikatakan sebagai penemu hukum layaknya seorang hakim. Karena dalam memberikan keterangan kepada klien, advokat harus terlebih dahulu mengontatasi dan mengualifikasikan masalah yang ditangani, kemudian menerangkan kemungkinan hukum yang akan diterapkan atas masalah klien tersebut. 3. Menjamin kepada klien perkaranya akan menang pasal 4 huruf c KEAI Mengenai jaminan bahwa perkara akan menang, sebenarnya kepastian inilah yang sangat diinginkan klian dan mengharapkan jaminan ini keluar dari mulut advokat. Dalam perkara pidana, misalnya pada tingkat laporan dugaan 92 Frans Hendra Winarta, op.cit., hlm.86. 93 Yudha Pandu, op.cit., hlm. 11. 65 tindak pidan kepada kepolisian pun, secara umum klien ingin mendapatkan jaminan bahwa laporan pidananya akan diteruskan kepengadilan dan dapat saja laporan itu dimasukkan sebagai pelajaran atau sarana negosiasi dengan terlapor. Dalam status klien sebagai tersangka, dia ingin mendapatkan jaminan bahwa perkara tersebut tidak diteruskan kepengadilan. Dalam statusnya sebagai sebagai terdakwa, keinginan klien secara konkrit adalah agar dia dibebaskan. Namun keinginan untuk menang dalam berperkara tidak memandang bangsa, suku, kulit, atau agama karena hal itu sudah melekat pada manusia. 94 4. Membebani klien akan biaya-biaya yang tidak perlu pasal 4 huruf e KEAI Biaya-biaya yang tidak perlu inilah yang memusingkan klien dapat membuat mereka jera dalam berhubungan dengan advokat, yang merupaka sikap yang masuk akal. Agar advokat dan klien tidak saling curiga, sebaiknya komponen pengeluaran dibagi atas dua jenis: attorney fee jasa hukum dan operational cost biaya operasioanl. Attornay fee adalah jasa hukum yang didasarkan pada kesepakatan antara advokat dan klien sebagai perwujudan penghargaan dari klien atas pekerjaan yang dilakukan oleh advokat, yang besarannya dapat diperhitungkan secara matang oleh kedua belah pihak sehingga nilainya akan lebih masuk akal. Operational cost adalah biaya konkret yang dikeluarkan advokat, yang meliputi antara lain pengeluaran untuk makan, minum, akomodasi, fotocopi dan 94 V.Harlen, op.cit., hlm. 89. 66 sebagainya. Sejauh Operational cost dilaporkan advokat secara jujur tidak akan muncul masalah. 95 5. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamkan penyelesaian secara damai. Damai yang dimaksud disini dapat ditafsirkan sebagai perdamaian antara para pihak yang berperkara baik yang diluar maupun di dalam pengadilan. Hal ini diatur dalam hukum perdata yang berbunyi: a Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang maka pengadilan negeri dengan pertolongan Ketua mencoba akan memperdamaikan mereka. b Jika perdamaian , yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang, diperbuat sebuah surat akte tentang itu, dalam mana kedua belah pihak dihukum akan menepati perjanjian yang akan diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai putusan biasa. c Keputusan yang demikian tidak diijinkan dibanding. Jadi setelah segala usaha perdamaian yang dirintis atau dilakukan baik di dalam maupun diluar pengadilan gagal, maka barulah perkara dilanjutkan. 96 6. Mengajari dan atau mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan oleh pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut umum dalam perkara pidana pasal 7 huruf e KEAI 95 Ibid., hlm. 91. 96 Frans Hendra, op.cit.,hlm. 88. 67 Rumusan kode etik diatas yaitu melarang advokat untuk mengajari dan untuk mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan advokat tersebut dalam persidangan. Untuk itu sangat penting bagi advokat untuk menguasai isi perkara yang ditanganinya dan mewawancarai saksi apakah kesaksian yang akan diberikan mendukung dalil atau pembelaannya dipersidangan. Sebenarnya mengajari saksi lebih terkait dengan hukum acara perdata. Dalam hukum perdata topik ini berkaitan dengan proses acara pembuktian evidence session, terutama pembuktian dengan saksi melalui saksi ahli maupun saksi fakta. Tindakan mempengaruhi ini tidak terlepas dalam hukum acara perdata bahwa pihak yang mengajukan gugatan itu sendirilah yang harus membuktikan. Sementara itu dalam hukum pidana, mengajari saksi tidak begitu relevan karena, sesuai dengan hukum acara pidana, laporan atas suatu dugaan tindak pidana kepada kepolisian dilakukan oleh pihak yang merasa dirugikann dengan mengajukan saksi-saksi dan polisi mengajukan penyelidikan dan penyidikan terhadap saksi-saksi. Bagi advokat, relevansi keterangan saksi hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa advokat yang bersangkutan akan mengajukan saksi a the charge saksi yang meringankan. Pemilihan saksi tersebut tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, karena hal itu dapat melemahkan pembelaan. 7. Memasang iklan yang semata-mata untuk menarik perhatian orang, termasuk pemasangan papan nama dengan ukuran danatau dengan bentuk yang berlebihan pasal 8 butir e KEAI 97 97 Yudha Pandu, op.cit., hlm.33. 68 Larangan ini pada prinsipnya dapat diterapkan pada iklann seseorang advokat yang berukuran sangat besar dalam sebuah harian. Hal yang meimbulkan tanda tanya adalah bahwa advokat tersebut mengomentari isi putusan pengadilan dan mengatakan bahwa kliennya sudah menang yang seakan-akan menggambarkan kepiawaiannya dalam berperkara. 8. Melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan pasal 4 huruf i KEAI 9. Menarik atau merebut klien dari teman sejawat pasal 5 huruf d KEAI Yang dimaksud dengan rekan atau teman sejawat adalah mereka yang bersama-sama menjalankan satu profesi yang sama, ialah Ke-Advokat-an baik teman dalam kantor maupun teman diluar kantor.Sesama rekan sejawat, advokat harus dengan kesejawatan berdasarkan sikap menghargai dan saling mempercayai, baik dalam tutur kata dan tulisan maupun dalam tindakan harus berdasarkan sopan santun. 98 Seorang advokat tidak diperkenankan untuk menarik seorang klien dari teman sejawat. Jika klien hendak berganti advokat, maka advokat yang dipilih hanya dapat menerima perkara setelah mendapat keterangan dari advokat yang lama bahwa klien telah memenuhi semua kewajiban terhadapnya termasuk vakasihononarium. 99 98 Yudha Pandu, op.cit., hlm.29. 99 Ropaum Rambe, op.cit., hlm.48. 69 10. Mengijinkan orang yang bukan advokat mencantumkan namanya sebagai advokat di papan nama kantor advokat atau mengijinkan orang yang bukan advokat tersebut memperkenalakan diri sebagai advokat pasal 8 huruf d KEAI 11. Mengijinkan karyawan-karyawannya yang tidak berkualifikasi untuk mengurus perkara atau memberi nasehat hukum kepada klien dengan lisan atau tulisan pasal 8 huruf e KEAI 100 12. Melalui media massa mencari publisitas bagi dirinya danatau untuk menarik perhatian masyarakat menangani tindakan mengenai perkara yang sedan berjalan atau yang sedang ditanganinya, kecuali apabila keterangan yang ia berikan bertujuan untuk menegakkan prinsip-prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh advokat pasal 8 huruf f KEAI 101 Supaya kode etik profesi advokat dapat berfungdi dengan baik dan efektif, maka ada suatu badan organisasi advokat yang ditugaskan untuk menjaga aturan kode etik profesi, dan juga mempunyai kewenangan untuk melakukan penertiban atau tindakan yang bersifat administatif kepada anggota-anggotanya yang nyata-nyatanya melanggar kode etik profesi. Tindakan yang diambil oleh dewan kehormatan dapat berupa hukuman yang paling ringan, misalnya teguran, tetapi bisa saja hukuman yang paling berat yaitu pemecatan dari organisasi advokat. 102 100 V.harlen, op.cit., hlm. 88. 101 Frans Hendra Winarta, op.cit., hlm.90. 102 Ropaum Rambe, op.cit., hlm.51. 70 Untuk itu kepada para advokat diminta untuk selalu menjunjung tinggi nama baik, kehormatan, martabat, dan citranya sebagai penegak hukum, kebenaran dan keadilan. Hal tersebut hanya bisa didapati oleh advokat bila dapat melaksanakan kode etik profesi dengan konsekuen dan konsisten. Disamping itu selalu mempertinggi dan memperluas pengetahuan, kemampuan, dan profesionalnya. 103

F. Ketidak Harmonisan Hubungan antara Advokat dengan Klien