Ketidaktahuan dan Arogansi Para Penegak Hukum Lainnya

75 Saling menghargai dan memahami dikembangkan ketitik dimana satu pihak dapat bertindak untuk kepentingan yang lain. Sehingga dapat dikatakan kepercayaan pada tingkat ini adalah kepercayaan yang mencapai puncaknya. Oleh karena itu, berdasarkan sikap ketiga inilah bentuk kepercayaan yang perlu dibangun oleh penasehat hukum terhadap kliennya. 109

G. Ketidaktahuan dan Arogansi Para Penegak Hukum Lainnya

Dalam pasal 5 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003, advokat ditetapkan sebagai penegak hukum, suatu kemajuan pemikiran yang luar biasa karena berdasarkan undang-undang tersebut advokat mempunyai kedudukan yang sama dengan polisi, hakim, jaksa. Pemikiran ini merupakan suatu hal yang baru dalam dunia hukum Indonesia sehingga hal itu belum diketahui sepenuhnya dikalangan penegak hukum. seyogyanya penetapan advokat ssebagai penegak hukum harus disambut gembira karena, dengan status tersebut advokat dapat melaksanakan tugasnya dengan bebas. 110 Advokat adalah profesi yang bebas yang tidak tunduk pada hierarki jabatan dan tidak tunduk pada perintah atasan, dan hanya menerima perintah atau order atau kuasa dari client berdasarkan perjanjian yang bebas, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis, yang tunduk pada kode etik profesi advokat, tidak tunduk pada kekuasaan publik, yang mempunyai kewajiban dan tanggungjawab publik. 111 Advokat sebagai pembela kliennya dituntut untuk lebih menghayati kedududukannya sebagai penegak hukum, yang tercermin tidak hanya dalam pandangannya untuk menanggapi masalah hukum dalam masyarakat, tetapi juga 109 Yudha Pandu, op.cit., hlm. 105-106. 110 V. Harlen, op.cit., hlm. 127. 111 Ropaum Rambe, op.cit., hlm. 37. 76 dalam tekadnya untuk menegakkan hukum pada saat berhadapan dengan kepentingan kliennya. 112 Profesi advokat yang bebas dan mandiri ini adalah salah satu syarat penting bagi terciptanya peradilan yang bebas dan mandiri. Namun kebebasan itu telah banyak dicampuri oleh pemerintah. Salah satu bukti campur tangan pemerintah terhadap organisasi profesi advokat dapat dilihat dari upaya pemerintah untuk mencoba mempersatukan 10 organisasi Advokat, pengacara praktek, konsultan hukum dan LBH, memang tidak semua profesi advokat begitu saja mengikuti keinginan pemerintah itu, ada 4 yang menyatakan yang mengundurkan diri, yaitu Ikadin, Pusbadhi, Peradin dan LBH. 113 Sama halnya dengan urusan kode etik advokat yang dicampuri oleh pihak lian yang bukan merupakan profesi advokat, seperti ujian kode etik dan peradilan kode etik yang diselenggarakan pihak lain adalah bentuk campur tangan terhadap profesi hukum yang kemudian berakhir pula kepada kebebasan dan kemandirian pengadilan. 114 Kebebasan dan kemandirian ini berbicara tentang hak kekebalan imunitas advokat dalam melakukan tugas dan pekerjaannya. Hak imunitas ini patut dipahami tidak hanya oleh advokat, tetapi juga oleh pihak yang terkait erat dengan pekerjaan advokat, antara lain penyidik POLRI, Hakim dan Jaksa. Hal ini perlu dikemukakan karna beberapa advokat pernah dipanggil oleh polisi untuk menjadi saksi, de ngan istilah “terlapor”. Bahkan polisi pernah memperlakukan advokat secara kasar dipengadilan. 112 V.Harlen, op.cit., hlm. 128. 113 Frans Hendra, op.cit., hlm. 49. 114 Ibid., hlm. 102. 77 Seperti halnya dalam kasus korupsi pada proyek pembangunan jalan di Mentawai dengan tersangka A.Ambarita Kejaksaan Negeri Tuat Pejat ex pasal 21 Undang-Undang No.31 tahun1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo undang-undang No.22 tahun 2001. Dalam kasus tersebut, advokat Manatap Ambarita, S.H. telah bertindak sebagai kuasa tersangka yang sebelum perkara pokok berjalan, pihak Kejaksaan Negeri Padang, Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat telah memperlakukan advokat Manatap Ambarita,S.H. sebagai tersangka yang diikuti penahanan secara langsung dengan tuduhan menghalangi proses penyidikan kasus tindak pidana korupsi pada proyek pembangunan jalan di Mentawai. Hal ini menunjukkan adanya proses penegakan hukum korupsi yang cenderung menyingkirkan immunity right telah terjadi di Pengadilan Negeri Padang. 115 Berkaitan dengan hal diatas dapat dikatakan bahwa pemanggilan dimaksud untuk mendapatkan keterangan berkaitan dengan penyelidikan penyidikan suatu perkara diaman klien advokat tersebut dapat tersangkut di dalamnya. Pemanggilan diatas merupakan perwujudan dari asas equality beforethe law, karena haruslah dihormati untuk penegak hukum. 116 Asas hukum equality before the law berarti bahwa kesetaraan dihadapan hukum tetap dijunjung dan dipertahankan sebagai patokan umum dalam penegakan hukum law enforcement. Namun perlu diperhatikan juga bahwa asas equality before the law tetap harus mengindahkan hak imunitas. Hak imunitas dan asas hukum tersebut perlu mendapat perhatian, berkaitan dengan status advokat sebagai penegak hukum yang sejajar dengan hakim, jaksa dan polisi, dengan tugas 115 H.P.Panggabean, op.cit., hlm. 154. 116 V. Harlen Sinaga, op.cit., hlm.131. 78 masing-masing pihak yang berbeda-berbeda sesuai dengan fungsi utama masing- masing. Tugas-tugas advokat dijabarkan dalam Undang-undang advokat. Namun dalam kenyataannya, dapat terjadi bahwa perlakuan terhadap advokat terbukti tidak sesuai dengan undang-undang tersebut karena suatu masalah semata-mata dilihat dari hukum acara pidana. Hal tersebut dapat saja terjadi karena ketidaktahuan polisi atau karena arogansi status. 117 Untuk itu hak imunitas ini perlu dipahami tidak hanya oleh advokat, tetapi juga semua pihak yang terkait erat dengan pekerjaan advokat, tujuannya agar semua pihak mengerti kedudukan advokat. 117 Ibid., hlm. 120. 79 BAB IV KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM MELAKSANAKAN HAK IMUNITAS ADVOKAT DI INDONESIA

A. Kebijakan Penal