Strategi penerapan teknologi Strategi implementasi kebijakan pengelolaan

98 dalam kegiatan produksi dengan memberikan wilayah tangkapan yang sesuai dengan kemampuannya dengan mengubah rezim pengelolaan perikanan dari quasi open acces menjadi limited entry. Penentuan sistem ini harus disepakti oleh semua stakeholder di wilayah Teluk Jakarta. Untuk nelayan di Muara Gembong dan Teluk Naga, perlu perhatian yang lebih serius karena sulitnya mencari alternatif usaha sehingga dapat mengancam keberlanjutan program. Dengan demikian perlu pendampingan dan sosialisasi kegiatan yang intensif pada awal program. 3 Memberikan aksesibilitas yang tinggi kepada generasi muda nelayan untuk memperoleh pendidikan yang terjangkau, akses terhadap pelayanan kesehatan yang murah, dan akses terhadap lembaga keuangan yang mudah khususnya lembaga keuangan mikro di pedesaan. Upaya ini tentu saja harus dimulai dengan program pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat pembinaan, pendampingan, penyuluhan secara bertahap hingga mencapai tingkat mandiri. Selain itu perlu fasilitasi pemerintah untuk pemasaran dan pengolahan hasil perikanan yang dapat menjamin peningkatan kesejahteraan nelayan.

2. Strategi penerapan teknologi

Jenis teknologi yang dikembangkan di masing-masing lokasi adalah jenis teknologi yang prospektif, yaitu: secara ekonomis menguntungkan, secara teknis mudah dilakukan oleh masyarakat, secara sosial budaya dapat diterima tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, dan secara lingkungan tidak menimbulkan kerusakan ekosistem. Pengembangan dan peningkatan penguasaan teknologi dilakukan melalui berbagai pendekatan yaitu introduksi inovasi, perbaikan teknologi yang ada, introduksi metode, memperbaiki dan mengembangkan kembali pengetahuan lokal yang ada, merekayasa teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, atau introduksi alat. Metodologi yang digunakan adalah demonstrasi cara dan pembangunan proyek percontohan demonstrasi plot seperti metode rehabilitasi di Teluk Naga. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah: 1 Pengembangan teknologi perlindungan wilayah pantai dan mitigasi bencana. Teknologi ini dapat memanfaatkan sumberdaya lokal seperti penanaman mangrove yang dikombinasi dengan break waters. Untuk kawasan tertentu 99 yang telah mengalami abrasi, dilakukan dengan bangunan tanggul yang kokoh kemudian melakukan program rehabilitasi dan reboisasi kawasan menjadi hutan mangrove. Program ini perlu dilakukan khususnya di Muara Gembong dan Teluk Naga yang sangat rentang terhadap abrasi dan sedimentasi. Luas hutan mangrove yang dipersyaratkan yakni sesuai dengan keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Selain itu perlu pengembangan teknik konservasi yang ekonomis, efektif, dan dapat dilakukan oleh masyarakat secara berkelanjutan. 2 Pengembangan dan adopsi teknologi pengolahan hasil perikanan. Upaya ini dimulai dengan penyediaan coldstorage dengan kapasitas yang besar di setiap sentra penghasil perikanan guna menjamin ketersediaan bahan baku dan kepastian harga, menambah jumlah sarana dan prasarana pelabuhan perikanan dan pusat pendaratan ikan. Selanjutnya perlu dikembangkan teknologi pengolahan hasil perikanan yang ekonomis dan berdasarkan permintaan pasar. Meningkatkan fasilitas laboratorium pengujian mutu hasil perikanan laboratorium, baik yang terdapat di pusat maupun di daerah, agar mampu melaksanakan pengujian mutu sesuai standar yang berlaku terhadap produk perikanan yang akan dipasarkan ke pasar lokal maupun ekspor. Untuk menjamin keberlanjutan upaya ini, perlu dikembangkan pula sistem agribisnis yang dapat menunjang pemasaran hasil produksi perikanan dan produk olahannya. 3 Penerapan teknologi budidaya perikanan untuk komoditi potensial. Sistem yang tepat untuk pengembangan budidaya laut adalah sea farming. Sistem ini mengkombinasikan kegiatan restocking rehabilitasi stok ikan, budidaya dalam keramba jaring apung, budidaya dalam kadang sekat, dan penyediaan sarana seperti hacthery. Sistem sea farming dapat digunakan untuk wilayah di sekitar Teluk Jakarta dan telah dilakukan di Kepulauan Seribu. Teknik budidaya yang sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan ekosistem mangrove adalah sistem sylvofishery tumpangsari antara budidaya perikanan dan pelestarian mangrove. Teknik ini dapat digunakan di wilayah Muara Gembong yang kualitas airnya relatif masih mendukung. 5 Pembinaan dan pendampingan penggunaan teknologi tepat guna secara bertahap sesuai dengan tingkat adopsinya. Pembinaan ini dilakukan untuk masyarakat agar dapat terus meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan teknologi yang sesuai sehinga tingkat kesejahteraannya dapat 100 meningkat sejalan dengan produktivitasnya. Lembaga yang diharapkan berperan dalam upaya ini adalah lembaga pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat. Upaya ini difokuskan pada kawasan yang memiliki potensi perikanan tinggi tetapi kualitas SDM yang rendah seperti di Muara Gembong dan Teluk Naga.

3. Strategi pengelolaan terpadu