45 yang berbeda dalam pemanfaatan kawasan di sekitar hutan mangrove, dan 3
kondisi kawasan mangrove di Teluk Jakarta mengalami degradasi fisik dan habitat yang masih terus berlangsung.
Penelitian awal dilakukan mulai bulan November sampai dengan Desember 2005, sedangkan pelaksanaan penelitian lapangan dilakukan pada
Januari 2006 sampai dengan Januari 2007.
3.2 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan yaitu: 1 menganalisis kondisi ekosistem mangrove di Teluk Jakarta pada tiga lokasi yakni Muara
Gembong, Teluk Naga, dan Muara Angke, 2 mereview kebijakan dan permasalahannya serta menganalisis kebutuhan stakeholder dalam pengelolaan
hutan mangrove, dan 3 menyusun prioritas kebijakan pengelolaan hutan mangrove Teluk Jakarta dan strategi implementasinya. Secara visual tahapan
penelitian disajikan pada Gambar 3.
7DKDS
7DKDS 7DKDS
. HELM DNDQ3HQJHO
RO DDQ
+XW DQ0 DQJURYHGDQ
3HUP DVDO DKDQQ\ D
6 W UDW
HJL ,PSO
HP HQW DVLGDQ
5 HNRP HQGDVL . RQGLVL NRVLVW
HP 0 DQJURYH7HO
XN- DNDUW D
. HEXW XKDQ 6W
DNHKRO GHU
GDO DP 3HQJHO
RO DDQ+ XW
DQ 0 DQJURYH
3ULRULW DV
. HELM DNDQ
3HQJHO RO
DDQ
QDOLVLVYHJHW DVL VSDVLDO
QDOLVLVNXDO LW
DVDLU
QDOLVLVNHEXW XKDQ
+ 3 QDOLVLVNHELM
DNDQ
Gambar 3. Tahapan penelitian Analisis spasial vegetasi mangrove di wilayah Teluk Jakarta dilakukan
untuk mengetahui kondisi ekosistem mangrove saat ini dan perubahannya dengan menggunakan sistem informasi geografis. Hasil analisis ini memberikan
46 gambaran kondisi magrove berupa kerapatan dan perubahan tutupan lahan di
setiap wilayah. Analisis kualitas air dilakukan secara langsung di lokasi penelitian. Hasil analisis ini memberikan gambaran kondisi perairan di Teluk
Jakarta dari aspek fisika dan kimia. Parameter kualitas air yang digunakan adalah kualitas air baku untuk perairan.
Analisis kebijakan pengelolaan hutan mangrove di wilayah Teluk Jakarta mencakup kebijakan yang telah dirumuskan selama ini. Hasil analisis ini berupa
deskripsi kebijakan dan permasalahan implementasinya pada tiga wilayah administrasi yaitu Muara Angke, Muara Gembong, dan Teluk Naga. Selanjutnya
dilakukan analisis kebutuhan masyarakat dan stakeholder kunci dalam pengelolaan hutan mangrove di Teluk Jakarta. Kebutuhan masyarakat dan
stakeholder dikategorikan berdasarkan tiga wilayah administrasi. Hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan sebagai masukan dalam
perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan partisipatif
dengan melibatkan semua stakeholder. Perumusan alternatif kebijakan didasarkan pada permasalahan yang ditemukan dan kebutuhan masyarakat dan
stakeholder. Alternatif kebijakan tersebut disusun dalam bentuk prioritas kebijakan menggunakan analytical hierarchy process AHP secara partisipatif.
Strategi implementasi kebijakan dirumuskan oleh semua stakeholder untuk setiap alternatif kebijakan. Teknik yang digunakan adalah focus group
discussion FGD melibatkan pakar dan stakeholder di tiga wilayah yaitu Muara Gembong, Muara Angke, dan Teluk Naga. Hasil FGD merupakan kesepakatan
bersama semua stakeholder dan pakar sehingga strategi yang dirumuskan lebih mudah diimplementasikan.
3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan