Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

70 Hasil pengukuran pH diperoleh bahwa rata-rata nilai pH yaitu 6,7 – 7,8. Nilai tersebut merupakan pH netral. Kisaran pH tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan mangrove, hal tersebut disebabkan karena pH yang terukur merupakan pH netral dan masih mampu ditolerir atau masih dalam batas toleransi.

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kondisi sosial ekonomi masyarakat pada ketiga wilayah kajian berbeda- beda, baik dari struktur perekonomian maupun karakteristik sosial budaya masyarakatnya. Wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Muara Gembong tetapi memiliki kepadatan penduduk yang paling rendah. Persentase penduduk Kecamatan Muara Gembong juga relatif kecil 1,78. Kecamatan Penjaringan merupakan wilayah yang terpadat dari tiga lokasi kajian. Kecamatan Teluk Naga relatif kecil dibanding luas wilayah Kabupaten Tangerang. Secara rinci masing- masing wilayah dideskripsikan pada Tabel 12. Tabel 12. Luas wilayah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Penjaringan, Muara Gembong, dan Teluk Naga tahun 2004 Kecamatan Luas wilayah Penduduk Kepadatan Penduduk jiwakm 2 Luas km 2 terhadap Kabupaten Jumlah jiwa terhadap Kabupaten Penjaringan 35,48 25,42 176.586 15,04 4.977 Muara Gembong 140,09 11,00 36.109 1,78 258 Teluk Naga 40,58 3,65 106.162 3,20 2.616 Sumber: BPS Jakarta Utara 2006; BPS Bekasi 2006; BPS Tangerang 2006 1. Muara Angke Secara administratif kawasan hutan mangrove Muara Angke termasuk wilayah Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Luas wilayah Jakarta Utara 139,55 km 2 , dengan jumlah penduduk tahun 2005 sekitar 1.173.935 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki 601.567 jiwa 51,43 dan jumlah perempuan 572.368 jiwa 48,57. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di Jakarta Utara ini dikarenakan tingkat urbanisasi yang tinggi Jakarta Utara Dalam Angka, 2005. 71 Luas wilayah Kecamatan Penjaringan 35,49 km 2 , dengan jumlah penduduk 176.586 jiwa 91.502 jiwa laki-laki dan 85.084 jiwa perempuan, kepadatan penduduk 4.976 jiwakm 2 . Penduduk yang tinggalnya berdekatan dengan hutan mangrove Muara Angke adalah penduduk yang berada di Kelurahan Pluit, Kelurahan Angke dan Kelurahan Kamal Muara. Disamping itu beberapa anggota masyarakat juga ikut memberikan pengaruh terhadap keberadaan hutan mangrove Muara Angke, seperti Kelurahan Tegal Alur dan Kelurahan Teluk Gong. Penduduk di Kelurahan Pluit mempunyai tingkat pendidikan yang merata mulai tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Pluit sebagian besar adalah karyawan pegawai negeri dan swasta, pedagang, dan nelayan. Keberadaan perumahan Pantai Indah Kapuk dengan segenap sarana prasarananya rumah sakit, lapangan golf, pertokoan dan lain-lain telah memberikan dampak langsung terhadap pengembangan wilayah Kelurahan Pluit termasuk pengembangan wilayah Kecamatan Penjaringan. Di samping itu adanya Tempat Pelelangan Ikan di Muara Angke, pengolahan ikan asin dan kerang hijau, terminal dan restoran juga merupakan pusat-pusat kegiatan yang memberikan pengaruh besar terhadap kondisi pengembangan wilayah dan peningkatan pendapatan masyarakat. Di samping itu, terbukanya akses dari beberapa potensi obyek wisata di wilayah DKI Jakarta Taman Impian Jaya Ancol, Mangga Dua, Glodok, Mega Mall Pluit, Anggrek Mall, Senayan Plaza, Bandara Sukarno Hatta menuju wilayah Kelurahan Pluit dan SM Muara Angke, memberikan peluang besar untuk dapat mengembangkan kegiatan pendidikan lingkungan dan wisata terbatas, serta mengembangkan kegiatan ekonomi yang mendukung kegiatan wisata di Kelurahan Pluit dan Kecamatan Penjaringan. 2. Muara Gembong Kecamatan Muara Gembong berada di utara Kabupaten Bekasi yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, memiliki luas wilayah 140,09 km 2 dan merupakan kecamatan terbesar di Kabupaten Bekasi. Jumlah penduduknya mencapai 36.108 jiwa dengan kepadatan 258 jiwa km 2 . Panjang pantai di Kecamatan Muara Gembong adalah 17 km. Hutan mangrove yang dimiliki saat ini luasnya 330,24 ha. Luas tambak yang ada di 72 kecamatan ini seluas 6.714,94. Sarana dan prasarana yang ada di kecamatan ini adalah satu buah Tempat Pelelangan Ikan. Kabupaten Bekasi yang merupakan penyangga DKI Jakarta mempunyai nilai lokasi strategis untuk rencana pembangunan di masa yang akan datang. Kegiatan ekonomi yang diselenggarakan di DKI Jakarta akan mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung 3. Teluk Naga Kecamatan Teluk Naga terletak di daerah pesisir Teluk Jakarta. Sebagian wilayahnya berada di pinggir pantai, sedangkan sebagian wilayah berupa dataran. Jumlah penduduk di Kecamatan Teluk Naga adalah 113.696 jiwa, dengan kepadatan adalah 2.399 jiwa per km 2 , dimana kepadatan tertinggi terdapat di Desa Kampung Melayu Barat dan kepadatan terendah di Desa Muara. Pendapatan per kapita penduduk adalah Rp4.585,07. Luas areal hutan di Kecamatan Teluk Naga adalah 620 ha dimana hutan milik negara seluas 10 ha, tanah adat 223 ha dan hutan milik Perum Perhutani 387 ha. Luas pertambakan di kecamatan ini adalah 527 ha. Sarana dan prasarana transportasi yang ada di kecamatan ini adalah jalan desa 36.907,86 m, jalan penghubung antar desa sepanjang 596 m. Dermaga kapal sebanyak 4 buah, yang mendukung kelancaran akses ke pulau-pulau yang terletak di Kepulauan Seribu BPS Kabupaten Tangerang, 2005. Struktur perekonomian di wilayah sekitar Teluk Jakarta bervariasi pada setiap lokasi. Namun demikian, ketiga lokasi memiliki karakteristik yang sama yakni peran sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan relatif kecil. Sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah industri pengolahan dan perdagangan, hotel, dan restoran. Di Jakarta Utara, peran sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan hanya mencapai 0,16. Demikian pula dengan sumbangan sektor ini terhadap perekonomian Kabupaten Bekasi yang hanya 2,25. Laju pertumbuhan sektor ini di ketiga wilayah semakin menurun. Hal ini merupakan ancaman terhadap kelestarian kawasan mangrove yang memiliki fungsi ekologis penting. Distribusi PDRB pada tiga lokasi penelitian disajikan pada Tabel 13. 73 Tabel 13. PDRB Jakarta Utara, Bekasi, dan Tangerang tahun 2004 atas harga dasar konstan tahun 2000 Lapangan usaha Jakarta Utara Bekasi Tangerang Juta Rupiah Juta Rupiah Juta Rupiah Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan 86.096 0,16 841.132 2,25 1.470.664 9,76 Pertambangan dan penggalian - - 482.680 0,13 12.597 0,08 Industri pengolahan 24.802.860 47,10 30.023.618 80,33 8.370.263 55,54 Listrik, gas, dan air bersih 805.809 1,53 681.015 1,82 946.300 0,06 Bangunan 4.578.281 8,69 406.365 1,09 285.067 1,89 Perdagangan, hotel, dan restoran 9.487.044 18,02 3.353.750 8,97 1.878.403 12,46 Pengangkutan dan komunikasi 5.886.604 11,18 520.089 1,39 1.084.697 7,20 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3.105.511 5,90 350.431 0,94 381.079 2,53 Jasa-jasa 3.907.100 7,42 718.565 1,92 641.731 4,26 Jumlah 52.659.305 100,00 37.377.649 100,00 15.070.780 100,00 Sumber: BPS Jakarta Utara 2006; BPS Bekasi 2006; BPS Tangerang 2006

4.4 Permasalahan Pengelolaan Hutan Mangrove