105
5. Penegakan hukum
Regulasi mengenai kawasan pesisir belum banyak. Regulasi yang ada sebagian besar tidak khusus mengenai kawasan mangrove. Beberapa regulasi
yang berkenaan dengan ekosistem pesisir, pantai dan pulau kecil yaitu regulasi dalam hal perikanan, sumberdaya alam, lingkungan, dan tata ruang.
Kekurangan regulasi ini berlanjut dengan pelaksanaannya di lapangan. Secara umum bisa dikatakan bahwa implementasi regulasi masih sangat lemah
yang ditujukan oleh banyaknya pelanggaran dan ketidakpatuhan hukum. Kelemahan implementasi hukum ini juga karena sistem peradilan yang tidak
efisien yang tidak memberikan dorongan bagi masyarakat untuk memenuhi regulasi yang ada. Dengan demikian maka kelemahan implementasi hukum
merupakan kelemahan sistem atau kelembagaan yang memang merupakan prasyarat pelaksanaan hukum secara efisien.
Akibat kelemahan regulasi serta kelembagaan maka sumberdaya hutan mangrove tidak tertata dengan baik. Tumpang tindih kegiatan dalam hal
pemanfaatan ruang masih terjadi. Dampak eksternalitas negatif pemanfaatan sumberdaya masih tetap berlangsung namun tidak dapat dihentikan karena
kelembagaan yang ada tidak memiliki kapasitas untuk mengatasinya. Demikian pula, transfer dan alokasi hasil pemanfaatan sumberdaya cenderung tidak adil
dan hanya menguntungkan beberapa pihak yang memiliki kekuatan sosial, ekonomi dan politik. Kelemahan dalam aspek hukum dan kelembagaan ini
membuat proses pemiskinan di satu sisi serta pengkayaan di sisi lain tetap berlangsung. Dengan kata lain, akibat hukum dan kelembagaan yang lemah
maka distribusi manfaat serta disparitas status sosial ekonomi tetap berlangsung di antara masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sumberdaya hutan
mangrove. Hukum pengelolaan hutan mangrove meliputi semua peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan secara resmi oleh lembaga-lembaga pemerintah untuk mengatur hubungan antara manusia dengan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan. Dari sudut hirarkinya, peraturan perundang-undangan yang memiliki tingkat lebih tinggi akan ditindaklanjuti dengan peraturan
pelaksanaan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Semua permasalahan seperti benturan kepentingan antara
lembaga harus diselesaikan dengan mengacu kepada peraturan perundang- undangan yang mempunyai tingkatan lebih tinggi.
106 Peraturan tentang pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir, seperti
Undang-Undang Nomor 41 tahun 2005 tentang Perikanan, Undang-Undang Nomor 41 tentang 1999 Kehutanan, dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah mengatur mengenai pengelolaan dan pemanfaatan hutan mangrove secara berkelanjutan. Namun demikian
kerusakan wilayah pesisir dan degradasi habitat masih terjadi. Hal ini merupakan indikasi lemahnya penegakan hukum. Untuk penegakan hukum tentunya perlu
memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap citra dan peranan aparatur negara dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Upaya-
upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan strategi ini adalah: 1 Menelaah dan mengkaji materi yang terkandung dalam setiap peraturan yang
ada mengenai validitasnya jika dihadapkan pada tuntutan kebutuhan masyarakat dalam rangka mengembangkan stabilitas politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hankam. Juga perlu merevitalisasi kebijakan–kebijakan maupun aturan–aturan yang selama ini memberikan peluang tindak pidana korupsi,
kolusi dan nepotisme dengan mengedepankan pengetatan fungsi pengawasan dan pemeriksaan.
2 Penegakan aturan hukum dan sanksi yang tegas terhadap para pelaku IUU
illegal, unreported, and unrated fishing; Masih banyaknya kegiatan IUU fishing baik oleh nelayan Indonesia maupun oleh kapal-kapal ikan asing
selain disebabkan oleh kurangnya pengawasan juga disebabkan oleh lemahnya penegakan aturan hukum dan kurang beratnya sanksi yang
dikenakan terhadap para pelanggar. Hal ini diperparah lagi oleh adanya pihak-pihak tertentu yang menjadi
backing kegiatan IUU fishing tersebut. Oleh karena itu menjadi tugas DKP, dalam hal ini Penyidik Pegawai Negeri
Sipil, Kejaksaan, Kepolisian dan Pengadilan untuk menegakkan aturan hukum dan sanksi yang tegas terhadap para pelanggar.
3 Mengembangkan sistem pengawasan berbasis teknologi informasi sehingga informasi pelanggaran dapat diperoleh lebih akurat, cepat, efisien, dan efektif.
Pengembangan teknologi ini diharapkan saling sinergi dengan teknologi penangkapan ikan dan mitigasi bencana. Diharapkan perhatian dari
Departemen Kelautan dan Perikanan, LIPI, perguruan tinggi, dan pengusaha untuk memberi dukungan dalam pengembangan sistem ini.
107
4.6.3 Arahan program pengelolaan hutan mangrove Teluk Jakarta