Fluktuasi TDS rata-rata per stasiun
542.42 623.67
666.61
0.00 100.00
200.00 300.00
400.00 500.00
600.00 700.00
stasiun I stasiun II
Stasiun III
stasiun pengamatan TDS
m g
l
Gambar 8. Fluktuasi TDS rata-rata per stasiun. A. 2. Parameter Kimia
a. pH
Nilai pH perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukur aktifitas ion hidrogen dalam larutan
Saeni, 1989. Nilai pH air normal adalah sekitar netral, yaitu antara ph 6 sampai 8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan berbeda-
beda tergantung dari jenis buangannya Fardiaz, 1992. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tiga stasiun pengukuran
seperti terlihat pada Gambar 9 tampak bahwa nilai pH dari tahun ke-tahun mengalami fluktuasi. Nilai pH pada tahun 1999 sebesar 7,4 mengalami
penurunan pada tahun 2000 yaitu 7,1 tahun 2001 sebesar 6,8 serta kembali naik pada tahun 2002 sebesar 6,9 dan tahun 2003 sebesar 7. Meskipun
mengalami fluktuasi, nilai pH rata-rata dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 ini masih berada dalam kisaran nilai pH air normal.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 nilai pH di atas berada dalam kelas I, II dan III yang berarti air sungai tersebut masih
dapat digunakan untuk bahan baku air minum, prasarana rekreasi, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersayaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Fluktuasi pH rata-rata per tahun
7.4 7.1
6.8 6.9
7.0
6.5 6.6
6.7 6.8
6.9 7.0
7.1 7.2
7.3 7.4
7.5
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun pH
Gambar 9. Fluktuasi pH rata-rata per tahun. Berdasarkan hasil pengukuran nilai pH pada tiga stasiun pengukuran
seperti terlihat pada Tabel 7 tampak bahwa nilai pH untuk stasiun I cenderung mengalami penurunan. Nilai pH tertinggi pada stasiun ini terjadi pada tahun
1999 dan nilai terendahnya terjadi pada tahun 2002, pada staiun III nilai pH mengalami fluktuasi dimana nilai pH pada tahun 1999 mengalami penurunan
pada tahun 2000 dan 2001, kemudian nilai pH ini kembali naik pada tahun 2002 dan 2003. Nilai terbesar pH pada stasiun ini terjadi pada tahun 1999 dan
nilai terendahnya terjadi pada tahun 2001. Pada stasiun III nilai pH juga mengalami fluktuasi dimana nilai pH tertinggi terjadi pada tahun 1999 dan
tahun 2000. Terjadinya fluktuasi nilai pH pada setiap stasiun dan setiap tahun pengukuran ini dipengaruhi oleh besarnya masukan limbah rumah tangga dan
limbah industri yang dapat menurunkan atau menaikkan pH pada saat dilakukan pengukuran, selain itu aktifitas fotosintesis, suhu air dan kandungan
anion dan kation yang ada dan terjadi pada saat pengambilan contoh juga mempengaruhi naik dan turunnya pH.
Tabel 7. Fluktuasi rata-rata pH per stasiun untuk setiap tahun pengukuran
Tahun Pengukuran Lokasi
1999 2000
2001 2002
2003
Stasiun I
7,35 6,87 6,84 6,28 6,58
Stasiun II
7,42 7 6,87 7,13
7,23 Stasiun
III 7,33 7,33 6,71 7,16
7,14
Nilai pH per stasiun pengukuran seperti terlihat pada Gambar 10 menunjukkan kecenderungan meningkat dari stasiun I sampai stasiun III,
naiknya nilai pH ini kemungkinan disebabkan oleh masuknya bahan-bahan yang bersifat basa ke badan sungai. Bahan-bahan yang bersifat basa ini dapat
berupa detergen, amonia dan lain-lain. Bahan-bahan yang dapat meningkatkan pH ini kemungkinan berasal dari buangan limbah rumah tangga
dan limbah industri serta penggunaan pupuk pada lahan pertanian. Meningkatnya pH rata-rata dari stasiun I ke stasiun II merupakan akumulasi
dari masuknya bahan-bahan tersebut diatas kebadan sungai dan mengalir kelokasi yang lebih hulu.
Fluktuasi pH rata-rata per stasiun
6.8 7.1
7.1
6.6 6.7
6.8 6.9
7.0 7.1
7.2
stasiun I stasiun II
Stasiun III
stasiun pengamatan p
H
Gambar 10. Fluktuasi pH rata-rata per stasiun. b. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air
tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Konsentrasi oksigen
terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm Fardiaz, 1992.
Berdasarkan nilai rata-rata kandungan DO per tahun seperti terlihat pada Gambar 11 tampak adanya fluktuasi setiap tahunnya, nilai fluktuasi ini
tidak menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan atau penurunan. Kandungan DO rata-rata terendah terjadi pada tahun 2002, yaitu 6, 98 mgl.
nilai terendah ini berada diatas nilai minimal kandungan DO untuk menjamin kehidupan biota. Nilai kandungan DO tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu
8,29 mgl. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 nilai DO dari tahun 1999 sampai tahun 2003 ini masih memenuhi baku mutu untuk semua
kelas yang berarti kondisi air ini masih layak untuk semua peruntukan sesuai dengan yang tertera pada peraturan tersebut.
Fluktuasi DO rata-rata per tahun
8.29
6.98 8.2
7.51 7.57
6 6.5
7 7.5
8 8.5
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun DO
m g
l
Gambar 11. Fluktuasi DO rata-rata per tahun. Berdasarkan hasil pengukuran per tahun pada tiga stasiun
pengukuran seperti terlihat pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa nilai DO untuk setiap stasiun ini mengalami fluktuasi dan tidak menunjukkan
kecenderungan naik ataupun turun. Nilai kandungan DO rata-rata terendah terjadi di stasiun II pada tahun 2002 yaitu 6,5 mgl dan nilai kandungan DO
tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu 9,03 mgl. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 nilai rata-rata DO untuk setiap tahun dan setiap
stasiun pengukuran masih memenuhi baku mutu untuk kelas I-IV dan berarti dapat digunakan untuk semua peruntukan sesuai dengan peruntukan yang
tertera pada peraturan tersebut. Tabel 8. Fluktuasi rata-rata DO per stasiun untuk setiap tahun pengukuran
Tahun Pengukuran Lokasi
Satuan 1999
2000 2001
2002 2003
Stasiun II mgl
7,7 7,57
8,4 7,25
9,03 Stasiun
III mgl 7,65 7,5 8,2 6,5
8,2 Stasiun IV
mgl 7,37
7,47 8
7,2 7,65
Jika dilihat dari kandungan DO rata-rata per stasiun seperti terlihat pada Gambar 12 tampak terjadi penurunan kandungan DO dari stasiun I ke
stasiun II dan stasiun III. Penurunan kandungan DO ini kemungkinan terjadi karena adanya proses dekomposisi bahan-bahan organik yang membutuhkan
oksigen dalam prosesnya. Proses dekomposisi atau pemecahan bahan organik ini dapat terjadi secara biologis dengan memanfaatkan organisme hidup
seperti bakteri ataupun secara kimiawi dengan mamanfaatkan bahan oksidan. Meningkatnya bahan organik dari stasiun I sampai Stasiun III berhubungan
erat dengan meningkatnya kandungan padatan tersuspensi dari stasiun I sampai stasiun III seperti terlihat pada Gambar 6.
Fluktuasi DO rata-rata per stasiun
7.99 7.61
7.54 7.30
7.40 7.50
7.60 7.70
7.80 7.90
8.00 8.10
stasiun I stasiun II
Stasiun III
stasiun pengamatan DO
m g
l
Gambar 12. Fluktuasi DO rata-rata per stasiun.
c. BOD