tingkat upah berada pada W
1
dan jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah
L
1
.
Jika tingkat
upah di suatu perusahaan diturunkan menjadi W ,
maka jumlah tenaga kerja yang diminta meningkat menjadi L
.
2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu Rahardjo, 1984. Penyerapan tenaga kerja
diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan faktor produksi ke dalam output atau keluaran.
Jika diasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja L dan modal K, maka fungsi produksinya adalah:
Q
t
= f L
t
, K
t
2.1 sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan menurut Model
Neoklasik adalah sebagai berikut : π
t
= TR – TC 2.2
dimana : TR = p
t
. Q
t
2.3 Dalam menganalisa penentuan penyerapan tenaga kerja, diasumsikan bahwa
hanya ada dua input yang digunakan, yaitu Kapital K dan Tenaga Kerja L. Tenaga Kerja L diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja w sedangkan
untuk Kapital K diukur dengan tingkat suku bunga r. TC = r
t
K
t
+ w
t
L
t
2.4 dengan mensubstitusikan persamaan 2.1, 2.3, 2.4 ke persamaan 2.2 maka
diperoleh : π
t
= p
t
. Q
t
- r
t
K
t
– w
t
L
t
2.5
Jika ingin mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan pertama fungsi keuntungan diatas harus sama dengan nol
π’=0, sehingga didapatkan : w
t
L
t
= p
t
. fL
t
,K
t
– r
t
K
t
2.6 L
t
= p
t
. fL
t
,K
t
– r
t
K
t
w
t
2.7 dimana :
L
t
= Permintaan Tenaga Kerja w
t
= Upah Tenaga Kerja p
t
= Harga jual barang per unit K
t
= Kapital Investasi r
t
= Tingkat Suku Bunga Q
t
= Output PDRB Berdasarkan pada persamaan diatas, dapat diketahui bahwa permintaan tenaga
kerja L
t
merupakan fungsi dari kapital investasi, output pendapatan, tingkat suku bunga r dan tingkat upah w.
Hukum Permintaan tenaga kerja pada hakekatnya adalah semakin rendah upah dari tenaga kerja maka semakin banyak permintaan dari tenaga kerja tersebut. Apabila
upah yang diminta besar, maka perusahaan akan mencari tenaga kerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor,
yang diantaranya adalah besarnya jumlah penduduk, harga dari tenaga kerja upah dan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut. Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti
terjadinya krisis moneter juga sangat mempengaruhi struktur penyerapan tenaga kerja dalam suatu perekonomian Galbraith dan Darity dalam Fudjaja, 2002.
Menurut Fudjaja 2002, jumlah perusahaan industri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat ketika setiap terjadi
peningkatan jumlah perusahaan yang bergerak di bidang industri akan menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja untuk sektor industri itu sendiri.
Berdasarkan teori yang telah disebutkan sebelumnya maka variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah besarnya
Upah Riil yang diterima pekerja, nilai Investasi Riil yang dimiliki oleh sektor industri, besarnya PDRB riil, dan Jumlah perusahaan industri yang ada di Kota Bogor untuk
setiap tahunnya, serta Dummy Krisis. Berdasarkan dari uraian diatas, maka fungsi ekonomi dari tingkat penyerapan
tenaga kerja sektor industri adalah sebagai berikut: PT
t
= f U Riil
t
, I Riil
t
, PDRB Riil
t
,UU
t
, DK
t
2.8 dimana:
PT
t
= Jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor industri orang U Riil
t
= Nilai upah riil untuk sektor industri rupiah I Riil
t
= Investasi riil pada sektor industri rupiah PDRB Riil
t
= PDRB riil pada sektor industri rupiah UU
t
= Jumlah unit usaha unit DK
t
= Dummy krisis
2.5. Penelitian Terdahulu