FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SUB SEKTOR INDUSTRI KECIL DI SIDOARJO.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori... 9

2.3 Pengertian Umum Industri dan Industri Kecil ... 10

2.3.1. Kriteria Untuk Industri Kecil ... 11

2.3.2. Kebijakan Perkembangan Industri Kecil ... 11

2.4. Macam – macam Industri... 12

2.5. Pendapatan Nasional dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ... 13

2.6. Teori Produksi... 15

2.6.1. Pengertian Nilai Produksi ... 15

2.6.2. Pengertian Produksi ... 16

2.6.2.1. Faktor-Faktor Produksi ... 16

2.6.2.2. Fungsi Produksi... 18

2.7. Pengertian Tenaga Kerja ... 20

2.7.1. Pengertian Kesempatan Kerja dan Penggunaan Tenaga Kerja... 21

2.7.2. Teori Pengupahan ... 22

2.7.2.1. Sistem Pengupahan ... 23

2.7.2.2. Fungsi Permintaan Tenaga Kerja... 24


(2)

2.7.2.7. Pasar Tenaga Kerja ... 31

2.8. Kerangka Pikir... 32

2.9. Hipotesis... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 36

3.3 Teknik dan Pengumpulan Data ... 37

3.4 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 37

3.4.1. Teknik Analisis ... 37

3.4.2. Uji Hipotesis... 37

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 42 DAFTAR PUSTAKA


(3)

ii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Data Sekunder 2. Lampiran 2 : Uji Asumsi Klasik


(4)

iii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 : Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Tuna Jawa Timur

Tahun 1990 – 2004... 64

2. Tabel 4.2 : Perkembangan Nilai Tukar HKD Terhadap Rupiah 1990 –2004... 65

3. Tabel 4.3 : Perkembangan Infllasi Hongkong 1990 – 2004... ... 66

4. Tabel 4.4 : Perkembangan Harga Rata-Rata Ekspor Ikan Tuna Jawa Timur Ke Hongkong 1990 – 2004... ... 67

5. Tabel 4.5 : Perkembangan PDb Hongkong Tahun 1990–2004 ... 68

6. Tabel 4.6 : Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

7. Tabel 4.7 : Hasil Uji Multikolinearitas... .... 70

8. Tabel 4.8 : Durbin –Watson Pada Model Summary... 70

9. Tabel 4.9 : Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71

10. Tabel 4.10 : Hasil Uji Regresi Linear Berganda... 72

11. Tabel 4.11. : Hasil analisis Varian (ANOVA) ... 74

12. Tabei 4.12. : Hubungan Regresi Antar Variabel bebas dengan Variabel Terikat pada penerapan Model Linear ... 76


(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Permintaan ... 25

Gambar 2. Kurva Penawaran ... 27

Gambar 3. Pasar Valuta asing ... 37

Gambar 4. Perubahan Kurs Valuta Asing... 38

Gambar 5. Proses Terjadinya Demand Pull Inflation ... 41

Gambar 6. Proses Terjadinya Cost Push Inflation ... 42

Gambar 7. Hukum Harga Pertama ... 45

Gambar 8. Hukum Harga Kedua ... 46

Gambar 9. Paradigma “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Ikan Tuna Jawa Timur Ke Hongkong” ... 48

Gambar.10. Daerah Kritis Ho melalui kura distribusi F ... 54

Gambar 11. Daerah Kritis Ho melalui kurvaDistribusi t dua sisi ... 55

Gambar 12.Statistik Durbin-watson... 57

Gambar 4.1 Kurva Durbin-Watson ... 71

Gambar 4.2. Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis secara simultan 75 Gambar 4.3.Kurva analisis Uji t pengaruh nilai kurs HKD (X1) pada nilai ekspor ikan Jawa Timur ke Hongkong (Y)... 78

Gambar 4.4. Kurva analisis Uji t pengaruh harga Rata-rata (X2) pada nilai ekspor ikan Jawa Timur ke Hongkong (Y)... 79

Gambar 4.5. Kurva analisis Uji t pengaruh PDB Hongkong (X3) pada nilai ekspor ikan Jawa Timur ke Hongkong (Y)... 81


(6)

SIDOARJO

ABSTRAKSI

Oleh :

MEILIYA WIDITASTUTI

Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, dituntut untuk bisa mengadakan serta mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi yang ada dan mampu menjalankan roda perekonomian sehingga bangsa Indonesia tidak tertinggal dengan bangsa lain. Sesuai dengan pola pembangunan daerah kebutuhan investasi sekitar 40% diharapkan datang dari sektor pemerintah, sedangkan sisanya 60% datang dari sektor swasta. Untuk itu diperlukan usaha-usaha dalam memperluas kesempatan kerja, Di Kabupaten Sidoarjo saat ini berkembang industri baik yang berskala besar atau kecil. Semakin banyaknya jumlah industri yang bermunculan berdampak pada semakin besarnya atau meningkatnya PDRB. Akan tetepi semakin banyaknya industri terutama industri besar jangan sampai membunuh industri kecil yang berpotensi untuk berkembang. Untuk itu pemerintah Kabupaten Sidoarjo harus mampu menjembatani keduanya agar terjadi sinergi seperti digalakkannya program kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak. Namun realitas di lapangan masih menunjukkan bahwa industri kecil tersebut masih belum bisa menyerap tenaga kerja yang ada, sebab angka kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo sendiri juga meningkat. Untuk itu peneliti ingin mengetahui pengaruh unit usaha, pertumbuhan PDRB, investasi, dan output tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja pada sub sektor industri kecil di Sidoarjo

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Unit Usaha (X1),

PDRB (X2), Investasi (X3), Output Tenaga Kerja (X4) dan Penyerapan Tenaga

Kerja (Y). Teknik yang digunakan adalah time series dan diperoleh 15 data keuangan sebagai sample. Data untuk penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk data keuangan, data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik regresi linier berganda

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah secara simultan bahwa Unit Usaha, PDRB, Investasi, Output Tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja sebagai variabel terikat, karena memiliki nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel. Dan variabel investasi terbukti berpengaruh

secara dominan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Keyword: Unit Usaha, PDRB, Investasi, Output Tenaga Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, dituntut untuk bisa mengadakan serta mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada dan mampu menjalankan roda perekonomian sehingga bangsa Indonesia tidak tertingga dengan bangsa lain. Dalam kaitannya pembangunan merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan pada semua bidang diseluruh aspek kehidupan. Pembangunan itu sendiri merupakan suatu cara yang harus ditempuh oleh bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Sesuai dengan pola pembangunan daerah kebutuhan investasi sekitar 40% diharapkan datang dari sektor pemerintah, sedangkan sisanya 60% datang dari sektor swasta. Untuk itu diperlukan usaha-usaha dalam memperluas kesempatan kerja, (Anonim, 2003:21).

Dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tidak lepas akan kebutuhan penanaman modal atau investasi, karena investasi adalah kebutuhan utama dalam pembangunan yang menghendaki adanya tingkat pertumbuhan. Menyadari pentingnya investasi dalam pembangunan ekonomi maka pemerintah berusaha meningkatkan pengeluaran serta kebijaksanaan guna mendorong sektor swasta untuk ikut dalam memperkuat tumbuhnya perekonomian nasional.

Salah satu alternatif dalam memperluas kesempatan kerja adalah mengembangkan sektor industri karena sektor industri dapat menyerap tenaga


(8)

kerja sehingga mengurangi pengganguran. Sesuai dengan kenyataanya sektor industri merupakan salah satu kunci yang dapat membawa masyarakat pada kemakmuran atau sebagai motor pembangunan ekonomi.

Pelaksanaan pembangunan dengan orientasi pemerintah juga dilakukan dengan arah untuk memperbaiki dan meningkatkan penghasilan kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah, sebab dalam pembangunan penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja. Oleh karena itu penduduk yang selalu berkembang menurut adanya pembangunan ekonomi yang terus-menerus pula dan untuk itu perlu lebih banyak investasi. (Anonim, 2003:23).

Wujud dari industri yang kuat dan maju memiliki ciri antara lain adalah industri yang berdaya saing tinggi dan bertumpu pada sumber daya manusia, industri yang berkualitas dan kemampuan penguasaan teknologi yang tinggi sehingga mampu menghasilkan produk unggulan yang bernilai. Industri kecil yang berkembang semakin handal sebagai tulang punggung pembangunan industri terutama sebagai pemasok dan penopang industri unggulan.

Sampai saat ini yang menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi dalam mengembangkan industri kecil adalah masalah pemodalan, yang sebagaian besar modal tersebut berasal dari modal sendiri. Industri kecil sangat berpengaruh terhadap penyerapan-penyerapan tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas dan menghasilkan produksi yang berkualitas juga serta memperlancar arus perekonomian di negara ini khususnya di daerah Kabupaten Sidoarjo.

Di Kabupaten Sidoarjo saat ini berkembang industri baik yang berskala besar atau kecil. Semakin banyaknya jumlah industri yang bermunculan berdampak


(9)

pada semakin besarnya atau meningkatnya PDRB. Akan tetapi semakin banyaknya industri terutama industri besar jangan samapi membunuh industri kecil yang berpotensi untuk berkembang. Untuk itu pemerintah Kabupaten Sidoarjo harus mampu menjembatani keduanya agar terjadi sinergi seperti digalakkannya program kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak. Namun realitas di lapangan masihmenunjukkan bahwa industri kecil tersebut masih belum bisa menyerap tenaga kerja yang ada sebab angka kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo sendiri juga meningkat.

Sumber daya manusia atau tenaga kerja yang berkualitas tinggi sangat diperlukan agar pelaksanaan pembangunan daerah dapat dijalankan secara berkesinambungan. Dengan demikian, sumber daya manusia yang berkualitas merupakan dasar kekayaan yang potensial bagi suatu daerah yang sedang membangun. Namun mengingat sekarang ini jumlah angka pengangguran juga sangat besar, hal ini mungkin disebabkan karena kondisi perekonomian negara saat sedang tidak stabil, kondisi perekonomian mengalami krisis, sehingga kesempatan kerja menurun yang menyebabkan jumlah pengangguran meningkat drastis.

Belum stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, labilnya indeks harga saham gabungan, rekapitalisasi perbankan yang belum optimal dan sebagainya merupakan faktor-faktor yang bisa menghambat pelaksanaan pembangunan, terutama dalam usaha untuk menjaring para investor untuk berinvestasi baik berupa pembukaan usaha baru maupun perluasan usaha yang telah ada. Tingginya


(10)

tingkat perkembangan industri di Indonesia khususnya di Kabupaten Sidoarjo mempunyai dampak yang positif bagi bagi penyerapan kerja di industri-industri kecil yang ada.

Diharapkan dengan munculnya perkembangan industri kecil di Kabupaten Sidoarjo dapat memberikan pengaruh yang besar bagi proses penyerapan tenaga kerja didaerah tersebut. Adapun pengaruh lainnya adalah tentang harga-harga yang cenderung naik secara terus-menerus atau yang disebut inflasi, yang sangat mempengaruhi perkembangan sektor industri kecil dalam menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja.

Di Kabupaten Sidoarjo saat ini berkembang industri baik yang berskala besar atau kecil. Semakin banyaknya jumlah industri yang bermunculan berdampak pada semakin besarnya atau meningkatnya PDRB. Akan tetapi semakin banyaknya industri terutama industri besar jangan sampai membunuh industri kecil yang berpotensi untuk berkembang. Untuk itu pemerintah Kabupaten Sidoarjo harus mampu menjembatani keduanya agar terjadi sinergi seperti digalakkannya program kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak antara industri besar, kecil dan kerajinan rakyat serta penyerapannya terhadap tenaga kerja yang ada, dimana dapat diambil suatu kesimpulan adanya tren peningkatan, dan hal ini juga dapat dipakai sebagai salah satu solusi pemecahan masalah pengangguran dengan lebih dikembangkannya industri maupun kerajinan rakyat yang berbasis padat karya.

Semakin banyaknya industri baik industri besar maupun kecil serta kerajinan masyarakat terutama yang berorientasi ekspor dapat dilihat dari jumlah


(11)

volume ekspornya maupun dari nilai ekspor dimana tahun 2000 volumenya sebesar 1.093.741.271 Kg dengan nilai US$ 956.240.801 sedangkan tahun 2001 meningkat dari segi volume sebesar 960.000.000 Kg, sedangkan nilainya sebesar US$ 1.100.000.000.

Dari uraian latar belakang diatas dapat diketahui bahwa industri kecil di Kabupaten Sidoarjo masih belum dapat menyerap tenaga-tenaga kerja yang ada di daerah tersebut mengingat pentingnya bagaimana industri-industri kecil didaerah sebagai wadah dalam membuka lapangan dan kesempatan kerja maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sub Sektor Industri Kecil Di Sidoarjo”. Adapun alasan peneliti mengambil judul ini adalah dikarenakan tingkat pengangguran yang semakin tahun semakin bertambah yang tidak diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja yang kurang maksimal khusnya di sektor industri.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diketahui perumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah faktor unit usahal, pertumbuhan PDRB, investasi dan nilai output tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sidoarjo? 2. Manakah diantara unit usaha, pertumbuhan PDRB, investasi dan nilai output

tenaga kerja yang paling dominan pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja di Sidoarjo?


(12)

1.3. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, yaitu:

1. Untuk mengetahui unit usaha, pertumbuhan PDRB, investasi dan nilai output tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sidoarjo

2. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja di daerah Sidoarjo.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi rekan mahasiswa ataupun pembaca yang akan mendalami tentang penyerapan tenaga kerja di daerah Sidoarjo

3. Sebagai bahan yang dapat memperluas wawasan, wacana, pengetahuan serta mengetahui bagaimana penerapan teori ke dalam praktek.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu

a. Hartoyo, (2002:xi) dengan judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada sektor Industri Kecil Di Kota Mojokerto”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (Uji F) diperoleh hasil Fhitung sebesar 609,367 sedangkan Ftabel 3,29 yang artinya

Fhitung > Ftabel dengan kata lain jumlah unit usaha (X1), nilai produksi (X2)

dan investasi (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja (Y). sedangkan secara parsial (uji t) diperoleh tabel ttabel 2,131

artinya jumlah unit usaha (X1) t hitung 12,180 investasi (X3) thitung 3.567

masing-masing mempunyai pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja (Y) untuk nilai produksi (X2) thitung -1,103 tidak berpengaruh secara nyata

terhadap penyerapan tenaga kerja . jadi variabel yang paling dominant adalah jumlah unit usaha.

b. Soegiprianto, (2001:xi) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Industri Kecil Di Jawa Timur”. Hasil pengujian dan pembahasan menunjukkan bahwa variabel kredit modal kerja,tingkat suku bunga kredit, jumlah kantor bank dan income perkapita setelah diuji secara simultan Fhitung 92,364 > Ftabel 4,12 yang berarti terdapat pengaruh antara


(14)

t maka diperoleh thitung 3,397 > ttabel 2,447 sehingga terdapat pengaruh antara

variabel X1 dengan variabel berikutnya (Y).

c. Setiawan, (2006:xi) dengan judul ”Keunggulan Komparatif Perdagangan Internasional Sektor Industri Tekstil Antara Indonesia dan Jepang” Jurnal Ekonomi, Vol 1 No.8 Agustus 2006 . Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa 1) hasil nilai ISP Indonesia denga Jepang pada komoditi tekstil yang dilakukan, maka dari tahun 1997-2000 Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. 2).Berdasarkan perkembangan nilai RCA antara Indonesia dibandingkan Jepang pada komoditi tekstil dari tahun 1997-2003, dari perhitungan tersebut ekspor komoditi tekstil bernilai positif dan berada diatas rata-rata ekspor. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tekstil Indonesia mampu bersaing dengan negara jepang

Penelitian yang diteliti sekarang berbeda dengan penelitian yang terdahulu, dimana terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :

 Lokasi yang menjadi obyek penelitian adalah di Kabupaten Sidoarjo Sedangkan persamaannya adalah :

 Lingkup penelitian adalah industri kecil

 Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 15 tahun yaitu dari tahun 1991 – 2005.


(15)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleh suatu negara untuk mmengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakatnya. (Sukirno, 1985:11). Walaupun kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya, kegiatan pembangunan ekonomi selalu dipandang sebagai sebagaian dari keseluruhan usaha pembangunan yang dijalankan oleh masyarakat.

Masalah pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan. Di negara yang sedang berkembang maasalah penduduk sangat serius, kepadatan penduduk relatif tinggi serta pertumbuhan relatif cepat. Oleh karena itu para ahli pembangunan dan para perancang pembangunan dari dahulu hingga sekarang telah mencoba untuk mengemukakan teori-teori dan konsep-konsep pembangunan.

Salah satu perintang pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang dan sekaligus merupakan ciri negara-negara tersebut adanya ledakan penduduk, Irawan dan (Suparmoko, 1992:43). Jumlah atau besarnya penduduk umumnya dikaitkan dengan pertumbuhan income perkapita suatu negara, yang secara kasar mencerminkan kemajuan perekonokian negara tersebut. Jumlah penduduk yang semakin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula. Ini berarti makin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjan atau menggangur. Agar dapat tercapai keadaan yang seimbang maka


(16)

seyogyanya mereka semua dapat tertampung dalam suatu pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan keterampilan mereka. Ini akan membawa konsekuensi bahwa perekonomian harus selalu menyediakan lapangan-lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja baru. (Subri, 2003:53).

2.3. Pengertian umum Industri dan Industri Kecil

Istilah industri memliki dua arti, pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini sebutan industri kosmetika, misalnya himpunan perusahaan penghasil produk-produk kosmetika. Industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonimi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengelola bahan mentah menjadi barang setengah jadi. (Dumairy,1996:227).

Industri adalah tiap usaha yang merupakan unit produksi yang membuat barang atau yag mengerjakan sesuatu barang atau bahan untuk masyarakat di suatu tempat tertentu. (Sumudisastro,1995:1).

Menurut undang-undang no.5 tahun 1984 definisi industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk menjadikan barang dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaanya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Sedangkan pengertian industri kecil adalah suatu usaha dalam proses produksi yang didalamnya ada perubahan bentuk atau sifat barang. Dalam proses produksi ini faktor alam dan juga misi dari teknologi yang digunakan mengarah


(17)

pada misi pemerataan dan penerapan teknologi madya atau sederhana serta bersifat padat karya.

2.3.1. Kriteria Untuk Industri Kecil

a. Memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari Rp.200.000.000,00 b. Memiliki hasil penjualan tahunan minimal Rp.100.000.000,00 c. Milik warga negara Indonesia (WNI)

d. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai baik langsung atau tidak dengan usaha menengah atau besar.

e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum. (Narbun,1996:116).

Berdasarkan ciri dan sifat yang dimiliki oleh industri kecil menjadi andalan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia khususnya untuk meningkatkan perekonomian di daerah pedesaan, oleh karena itu industri kecil perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal perkembangan yang lebih lanjut. 2.3.2. Kebijakan Perkembangan industri Kecil

Dewasa ini dalam pengembangan industri kecil diharapkan dapat meningkatkan nilai produksi industri kecil antara lain melalui perbaikan sistem produksi, peningkatan kemampuan manajerial dan penyempurnaan iklim usaha, oleh karena itu departemen perindustrian menekankan pelaksanaan program pengembangan usaha kecil yang terdiri sebagai berikut:


(18)

1. Pengembangan industrikecil termasuk industritradisional dalam upaya menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja yang lebih luas.

2. Pengembangan kewirausahaan dan profesionalisme tenaga kerja pada industri kecil yang mencakup aspek kualitas dan cuantiítas.

3. Program pelatihan terus-menerus untuk pengusaha kecil yang menjalankan usahanya.

4. Prorgram bapak angkatuntuk mendorongperkembangan industri kecil terutama dalam menanggulangi masalah-masalah pemasaran dan penyediaan bahan baku.

2.4. Macam-Macam Industri

Untuk mengetahui macam-macam industri dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu pengelompokkan industri yang dilakukan oleh departemen perindustrian yang dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu:

1. Industri Besar

Meliputi kelompok industri mesin dan logam (IMLP) dan industri kimia dasar. Dari misinya industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri, dan bersifat padat modal. 2. Industri Kecil

Antara lain industri pangan, sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan. Kelompok industri ini mempunyai misi yaitu : melaksanakan pemotretan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau sederhana dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat


(19)

menambah kesempatan kerja dan memanfaatkan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

3. Industri Hilir

Kelompok aneka industri yang meliputi industri yang mengelola sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumberdaya secara luas.

2.5. Pendapatan Nasional Dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Definisi produk domestik regional bruto (PDRB) adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah tertentu biasanya dalam waktu satu tahun. Dalam kondisi ketersediaan data mentah (Raw Data) di Indonesia yang belum terlalu rinci,pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan dapat diterapkan, baik diJawa Timur maupun lingkungan nasional. (BPS,2002:1).

Menurut (Sukirno,1994:34) cara perhitungan PDRB dalam menghitung nilai barang dan jasa yang diciptakan oleh suatu perekonomian disuatu wilayah dapat melalui tiga cara pendekatan yaitu :

1. Cara pengeluaran

PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir dalam jangka waktu tertentu, biasanya (satu tahun).

2. Cara Produksi .

PDRB merupakan jumlah jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.


(20)

Dalam penggolongan yang sangat sederhana, cara produksi terbagi dalam sektor – sektor yang ada dalam perekonomian di bedakan dalam tiga golongan yaitu :

a. Sektor primer biasanya dibedakan menjadi : - Sektor pertanian

- Sektor perikanan - Sektor kehutanan b. Sektor Sekunder, meliputi :

Kegiatan menghasilkan air minum, elektris, gas, perusahaan manufaktur dan kegiatan konstruksi.

c. Sektor jasa – jasa , adalah

meliputi kegiatan – kegiatan dibidang pengangkutan, perdagangan, perbankan, pemerintah dan beberapa kegiatan jasa lainnya.

3. Cara Pendapatan

PDRB merupakan balas jasa yang diterima faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dan waktu tertentu.(biasanya satu tahun).

Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Faktor-faktor produksi dibedakan menjadi 4 golongan :

a. Tanah. b. Tenaga kerja.


(21)

c. Modal.

d. Keahliaan keusahawanan.

Apabila faktor-faktor produksi itu digunakan dalam proses produksi maka akan diperoleh pendapatan yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian kewirausahawanan memperoleh keuntungan.

PDRB seperti yang telah diuraikan secara berkala dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, sebagai berikut :

a. Penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen-komponen pengeluaran produk domestik regional bruto.

b. Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga konstan (tetap), maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun semata-mata disebabkan oleh perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa mengandung fluktuasi harga. BPS,(2002:4).

2.6. Pengertian Investasi

Pengertian investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya,


(22)

dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam satu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi (pembentukan modal atau penanam modal) meliputi pengeluaran atau pembelanjaan yang berikut :

a. Pembelanjaan berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor,

bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertumbuhan nilai stock barang-barang yang belum terjual bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2002: 107).

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, iuran, opsi dan lainnya.

2. Real assets diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, penelitian pabrik, pembukuan pertambangan, pembukuan perkebunan dan lainnya. (Halim, 2003 : 2).

Pengertian investasi dari kedua pendapat tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa investasi atau penanam modal itu merupakan penanam modal atau pengguna uang bagi peningkatan kapasitas system produksi atau peningkatan


(23)

asset dengan harapan modal yang ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di masa mendatang.

2.6.1. Faktor-Faktor Yang Menentukan Investasi

Apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan uangnya membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu dinamakan investasi. Akan tetapi berhasil tidaknya pemilik modal dalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan, yaitu:

a. Perubahan dan perkembangan teknologi.

Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan pengeluaran yang dilaksanakan, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha.

b. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.

Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang saling berkaitan, dimana investasi itu pada umumnya cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah jumlah investasi akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional.

c. Keuntungan yang dicapai oleh perusahaan.

Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan menggunakan tabungan atau modal khas, maka perusahaan yang dimaksud tidak lagi dikenai biaya-biaya yang harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya.


(24)

d. Tingkat Bunga

Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanam modal itu, yaitu persentasi keuntungan netto (tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat bunga (Soekirno, 2002: 109).

2.6.1.1. Fungsi Investasi

Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) sejajar dengan sumbu datar, atau (ii) bentuknya nilai ke atas ke sebelah kanan (yang berarti semakin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makro ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.

Investasi otonomi adalah pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional. Dengan kata lain tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. (Sukirno, 108).


(25)

Gambar 1. Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga

0

2

I

0

I

1

I

Pendapatan nasional Akibat tingkat bunga naik Akibat tingkat bunga turun

In

v

e

s

tas

i

Sumber : Sukirno, 1995, Teori Makro Ekonomi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 108

Berdasarkan kepada pandangan ini maka kurva investasi berbentuk sejajar dengan sumbu datar, yaitu seperti yang digambarkan oleh kurva I0,I1 dan I2.

Tingkat bunga adalah r0 jumlah investasi adalah I0. Tingkat bunga tahun ke r2, ini

akan menyebabkan pertumbuhan investasi. Sebaliknya apabila tingkat bunga naik menjadi r1 akan terjadi kemerosotan investasi yaitu I1. Maka apabila tingkat

bunga tinggi, jumlah investasi akan berkurang, sebaliknya tingkat bunga yang rendah akan mendorong lebih banyak investasi.

Namun pendapatan nasional terhadap investasi tidak bias diabaikan. Karena tingkat pendapatan nasional tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat. Apabila pendapatan masyarakat naik maka permintaan terhadap barang-barang dan jasa naik, sehingga keuntungan perusahaan meningkat yang mengakibatkan banyak para investor menanamkan modalnya.

Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan dilaksanakan atau tidak, tergantung kepada perbandingan antara besarnya keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam per satuan waktu) disatu


(26)

pihak dan biaya penggunaan dan atau tingkat bunga dilain pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut dengan istilah Marginal Efficiency of Capital (MEC). Bila keuntungan yang diharapkan Marginal Efficiency of Capital (MEC) adalah lebih besar daripada tingkat bunga, maka

investasi dilaksanakan. Sebaliknya bila Marginal Efficiency of Capital (MEC) lebih kecil daripada tingkat bunga, maka investasi tidak dilaksanakan. Dan bila Marginal Efficiency of Capital (MEC) sama dengan tingkat bunga, maka investasi boleh dilaksanakan tidak bagi mereka yang memiliki dana. Dari uraian diatas diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat bunga yang berlaku dan Marginal Efficiency of Capital (Boediono, 1982 : 44).

Gambar 2. Keputusan Untuk Melakukan Investasi

Me

s

in

A

la

t a

n

gk

ut

Gu

d

a

n

g

Komp

ut

er

Investasi 0

MEC

Sumber : Nopirin, 1987, Ekonomi Moneter II, Penerbit BPFE, Yogyakarta, Hal. 135


(27)

2.7. Pengertian Tenaga Kerja

Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang bertujuan untuk pembentukan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, dan kompeten sehingga mampu mengisi serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja.

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. (Suroto,1992:25). Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut (Dumairy,1997:74) yang tergolong tenaga kerja adalah penduduk yag berumur di dalam batas usia kerja yaitu setiap penduduk yang sudah berusia 10 tahun.

Menurt (Simanjuntak, 2001:2) pengertian tenaga kerja adalah penduduk berumur 14 tahun sampai dengan 60 tahun, sedangkan yang bukan tenaga kerja adalah dibawah 14 tahun sampai dengan 60 tahun. Pengerian tenaga kerja secara umum adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menhasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakt. (Subri,2003:22).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang atau penduduk yang mempunyai usaha atau kegiatan guna menghasilkan suatu barang atau jasa untuk menerima upah atau gaji.


(28)

2.7.1. Pengertian Kesempatan Kerja dan Penggunaan Tenaga Kerja.

Istilah ”employeement” dalam bahasa inggris berasal dari kata kerja ”to Employ” yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau mempekerjakan,

memberikan pekerjaan jadi ”employeement” adalah keadaan orang yang mempunyai pekerjaan. Sedangkan kesempatan kerja sendiri mengandung pengertian adanya waktu yang tersedia atau kemungkinan dilaksakannya aktifitas yang dinamakan bekerja dan dapat diwujudkan apabila itu tersedia lapangan kerja yang memungkinkan dilaksankannya bentuk aktifitas tersebut. (Suroto,1992:24).

Kesempatan kerja dan jumlah serta kualitas orang yang digunakan dalam pekerjaan mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan. Ini bukan karena tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan, akan tetapi juga karena pekerjaan merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat, oleh karenanya perluasan kesempatan kerja harus dijadikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya karena termasuk strategi pokok dalam pembagunan.

Kesimpulan dari definisi kesempatan kerja dan penggunaan tenaga kerja adalah adanya waktu yang tersedia akan memungkinkan dilaksanakan aktifitas yang dinamakan dengan bekerja. Kesempatan kerja baru dapat diwujudkan apabila waktu itu telah tersedia sebuah lapangan pekerjaan yang memungkinkan untuk mendapatkan suatu aktifitas yang dinamakan bekerja, faktor-faktor yang sangat penting dalam kesempatan kerja adalah usur manusia, maka diperlukan pendekatan terhadap sumberdaya manusia (SDM).

Menurut (Suroto,1992:28). Angkatan kerja adalah sebagai dari bagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan dan tidak


(29)

mempunyai pekerjaan. Berdasarkan sebab-sebabnya pengangguran dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang tersedia.

2. Pengangguran struktural yaitu pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan dalam struktur perekonomian sehingga tenagan kerja yang diperlukan secara kumulatif juga mengalami perubahan

3. Pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi karena pergantian musim.

4. Pengangguran siklis yaitu pengangguran yang terjadi karena naik turunya kehidupan perekonomian masyarakat.

2.7.1.1. Fungsi Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarupah tertentu sebagai imbalannya. Pemberi kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian tenaga kerja dengan kesediaan membayar upahsekian rupiah sekian waktu. Jadi dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku didalamcmasyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. (Suroto, 1992:21).

Dasar-dasar yang digunakan para pengusaha untuk menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja adalah:


(30)

1. Pengusaha perlu memperkiraakan tambahan hasil yang diperoleh sehubungan dengan pertambahan seorang tenaga kerja yang disebut tambahan hasil marginal dari tenaga kerja (MPPl).

2. Pengusaha menghitung jumlah uang yang akan diperoleh dengan tambahan hasil marginal tersebut yang disebut penerimaan marginal atau marginal revenue.

Jadi MR sama dengan nilai dari MPPl yaitu besarnya MPPl dikalikan

dengan harga per unitnya (P) jadi:

MR = VMPPl = MPPl x P... (Simanjuntak, 2001:74).

Keterangan :

MR = Marginal Revenue

VMPPl = Nilai pertambahan hasil marginal dari tenaga kerja

MPPl = Marginal Physical product of labor

P = Harga jual barang yang diproduksi per unit.

Selanjutnya pengusaha membandingkan MR dengan memperkejakan tambahan seorang tenaga kerja, yaitu upahnya sendiri (W) yang disebut biaya marjinal atau Marginal Cost (MC). Bila MR lebih besar dari W, maka pengusaha memperoleh keunungan dari tambahan tenaga kerja tersebut. Hal ini berlangsung terus menerus selama MR lebih besar dari W. Apabila tenaga kerja terus ditambah sedangkan alat-alat dan faktor produksi lainnya jumlahnya tetap, maka perbandingan alat-alat produksi untuk setiap tenaga kerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil marginal menjadi lebih kecil pula. Dengan kata lain, semakin bertambah tenaga kerja yang diperkerjakan, semakin kecil MPPL nya dan nilai


(31)

MPPL itu sendiri. Ini yang dinamakan hukum tambahan produksi yang semakin

berkurang (The Low of Diminishing Return) dan dilukiskan dengan garis DD dalam gambar 2.

Gambar 3 : Fungsi Permintaan Terhadap Tenaga Kerja Upah VMPPL

W1 D

W

W2 D =MPPLxP

Penempatan Kerja 0 N1 N N2

Sumber: Simanjuntak, J.Payman.2001. Pengantar ESDM. LP FEUI. Jakarta.

Garis DD melukiskan besarnya nilai marginal tenaga kerja value marginal physical product of labor (VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila

misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak ON1=100 orang, maka

nilai hasil kerja orang yang ke-100 dinamakan VMPPL nya dan besarnya sama

dengan MPPL x P itu laba pengusaha akan bertambah dengan menambah tenaga

kerja baru.

Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dari nilai MPPL


(32)

x P sama dengan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Dengan kata lain pengusaha mencapai laba maksimum bila :

MPPL x P = W ... (Simanjutak,

2001:76)

izontal grafik D pada gambar 3 yang berlaku untuk masing-masing perusahaan.

Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari ON atau sebesar ON2 akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah dalam tingkat yang berlaku (W) padahal hasil marginal yang diperolehnya hanya sebesar W2 yang lebih kecil dari W, jadi pengusaha cenderung menghindari jumlah tenaga kerja yang lebih besar dari ON. Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari ON dapat dilaksanakan bila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah dibawah W dan atau bila pengusaha mampu menaikkan harga jual barang.

Gambar 3 melukiskan fungsi permintaan dari suatu perusahaan terhadap pekerja, dimana fungsi tersebut dapat berbeda untuk setiap perusahaan. Fungsi permintaan untuk seluruh nasional atau negara adalah penjumlahan dari tiap-tiap perusahaan, ini dapat dilukiskan dengan menjumlahkan secara hor


(33)

Gambar 4 : Pasar Tenaga Kerja

F

DL SL

1

Sumber : Subri, Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit. PT.Raja Garfindo Persada. Jakarta.

nya mereka yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah.

mampu dan bersedia bekerja pada posisi perekonomian full employment.

W

W2

DL2

N N1

Dalam pasar tenaga kerja bila harga dari tenaga kerja dalam bentuk upah cukup fleksibel maka demnad of labour akan selalu seimbang dengan supply of labour, sehingga tidak mungkin terjadi penggangguran terpaksa (in voluntary un

employment) yaitu pengangguran yang disebabkan karena terbatasnya kesempatan

kerja. Artinya pada tingkat upah riil yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang yang bersedia bekerja pada tingkat upah akan memperoleh pekerjaan. Dan yang mengganggur ha

Keterangan gambar :

Sumber vertikal menunjukkan tingkat upah riil. Sumbu horizontal menunjukkan jumlah orang yang bekerja. Curve F menunjukkan jumlah angkatan kerja yang


(34)

Bila pada pasar barang terjadi kelebihan produksi, sehingga produsen mengurangi produksinya maka curve permintaan tenaga kerja akan bergeser ke kiri. Hal ini mengakibatkan upah riil turun dan orang yang bekerja dari ON. Berkurangnya jumlah orang yang bekerja inilah yang merupakan pengangguran sukarela, keadaan ini hanya bersifat sementara dan melalui mekanisme pasar. 2.7.1.2. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan, tapi secara aktif pasif mencari pekerjaan. Dengan kata lain juga dapat dikatakan, bahwa angkatan kerja ialah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata ”mampu” disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani sudah cukup kuat, dan tidak mempunyai cacat badan yang menghilangkan kemampuannya untuk melakukan pekerjaan.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat atau tidak memiliki kelainan atau penyakit psikis yang tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan untuk memiliki dan melakukan pekerjaan.

Kata ”bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif maupun pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan (Suroto, 1992:28).

Menurut Irawan dan Suparmoko (1996:67) angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk


(35)

bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh.

Definisi yang lain menyatakan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai, namun pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak berkerja, dan yang mencari pekerjaan (Dumairy, 1997:74).

2.7.1.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Menurut Dumairy (1997:74) yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia bekerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, terdiri dari :

1. Sekolah

Maksudnya adalah pelajar atau mahasiswa 2. Mengurus rumah tangga

Maksudnya ibu-ibu yang bukan wanita karier dan kegiatannya hanya mengurus rumah tangga.

3. Menerima pendapatan

Bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat dan sebagainya).


(36)

2.7.1.4. Kesempatan Kerja dan Penggunaan Tenaga Kerja

Istilah ”Employment” dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja ”to employ” yang berarti menggunakan dalam suatu proses, atau memperkejakan, atau

usaha memberikan pekerjaan atau disertai sumber penghidupan. Jadi ”Employment” berart keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja orang.

Penggunaan istilah ”Employment” sehari-hari bisa dinyatakan dengan jumlah orang, dan yang dimaksudkan ialah sejumlah yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjan. Pengertian istilah ini mempunyai dua unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja, dan orang yang dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut (Suroto, 1992:23).

2.7.1.5. Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya jug belum dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudh ikut di pertimbangkan faktor upah. Dalam hal ini pencariab kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila bersedia diberikan upah sekian rupiah setiap waktu.

Misalnya dengan menggunakan teknologi tertentu, seorang pengusaha membutuhkan 500 orang tenaga kerja. Akan tetapi karena upah yang dituntut terlalu tinggi, maka ia hanya mampu memperkerjakan atau meminta 400 orang saja, sedangkan lainnya ditunda dahulu atau dibatalkan, karena kebutuhan tenaga kerja merupakan permintaan potensial.


(37)

Misalkan tenaga kerja yang memenuhi syarat kemampuan yang ada dalam masyarakat seluruhnya berjumlah 650 orang, jika upahnya cukup tinggi semuanya bersedia memenuhi permintaan perusahaan untuk bekerja padanya. Namun karena upah yang disanggupi oleh perusahaan lebih rendah dari yang diharapkan, maka yang bersedia menerima pekerjaan, atau yang bersedia menawarkan tenaganya hanyalah 550 orang saja.Dari uraian di atas menjadi jelas, bahwa persediaan tenaga kerja merupakan penawaran potensial (Suroto, 1992:22)

2.7.1.6. Pasar Tenaga Kerja

Pasar tenaga kerja adalah seluruh kebutuhan dan persediaan tenaga kerja, atau seluruh permintaan dan penawarannya dalam masyarakat dengan seluruh mekanisme yang memungkinkan adanya transaksi produktif diantara orang yang menjual tenaganya dengan pihak pengusaha yang membutuhkan tenaga tersebut (Suroto, 1992:19).

Sedangkan menurtu Simanjutak (1998:3) pasar tenaga kerja, adalah proses terjadnya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan atau permintaan tenaga kerja. Kaum klasik menganggap bahwa pasar tenaga kerja, yaitu jika harga dari tenaga kerja (upah) cukup fleksibel, maka permintaan akan tenaga kerja selalu seimbang dengan penawanran tenaga kerja, artinya tidak ada kemungkiinan timbulnya pengangguran sukarela dengan maksud pada tingkat upah riil yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang yang bersedia untuk bekerja pada tingkat upah tersebut akan memperoleh pekerjaan bagi mereka yang mengganggur , dengan demikian hanya mereka yang tidak bersedia bekerja padatingkat upah yang berlaku (Boediono, 1995:20)


(38)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pasar tenaga kerja adalah pertemuan faktor-faktor produksi untuk melakukan seluruh kegiatan ekonomi yang bertujan untuk menghasilkan barang atau jasa.

2.8. Output Tenaga Kerja

Output tenaga kerja dapat dikatakan pula sebagai produktivitas tenaga kerja yang merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan per satuan waktu. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan sasaran yang strategis karena peningkatan productivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan manusia yang memanfaatkannya. Simanjuntak 1997:1.

Produktivitas secara umum dapat diartikan sebagai perbandingan antara apa yang dihasilkan dengan apa yang dimasukkan. Menurut Ferry. (1996) mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara apa yang dihasilkan dengan apa yang dimasukkan, tetapi apabila diperhatikan lebih dalam terdapat titik temu dalam pandangan mereka tentang konsep productivitas.

Dari berbagai macam dimensi tersebut, produktivitas tenaga kerja hádala level yang paling bawah yang banyak memikat perhatian para ilmuan dan peneliti untuk mengkajinya. Kejadian ini mudah dipahami karena tampilan produktivitas organisasi ditentukan oleh cara pengelolaan masukan dalam proses produksi.

Efisiensi merupakan ukuran keberhasilan suatu usaha, dapat juga berarti produktivitas, sedangkan produktivitas itu sendiri hádala kemampuan menghasilkan barang atau jasa suatu tenaga kerja manusia, mesin atau faktor produksi lanilla yang dihitung berdasarkan waktu rata-rata dari tenaga tersebut.


(39)

Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran keberhasilan tenaga kerja dalam menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu. Sedangkan yang mempengaruhi produktivitas sendiri antara lain : pendidikan, keterampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja.

Produktivitas dilihat dari pemasok tenaga kerja dapat dengan mudah membagi pendapatan dengan pengeluaran, hádala sebagai berikut:

R r =

bO

.ketidaksamaan atau kesamaan tersebut dapat dijamin jika : tingkat upah lebih besar dari tingkat biaya bunga orang tersebut akan menerima pekerjaan yang menjanjikan tingkat upah tersebut. Hal ini sangat realistis karena sudah disesuaikan denga tingkat inflasi yang ada. Sumarsono, Sonny.(2003:68).

2.9. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil di kabupaten Sidoarjo adalah jumlah unit industri kecil, pertumbuhan PDRB, nilai investasi dan output tenaga kerja merupakan variabel bebas.

Jumlah unit usaha industri merupakan banyaknya perusahaan yang termasuk dalam sektor industri kecil yang merupakan suatu tempat dimana didalamnnya terdapat suatu proses produksi untuk menghasilkan suatu barang atau merupakan suatu lapangan kerja. Banyaknya jumlah unit produksi pada industri kecil sangat besar pengaruhnya terhadap investasi yang bertambah dan harus ditingkatkan. Bila investasi meningkat, maka jumlah tenaga kerja yang


(40)

ditampung akan semakin banyak. Jadi semakin banyak unit industri kecil yang didirikan maka semakin banyak pula tenaga kerja yang diserap.

Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi disuatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu, biasanya dalam jangka waktu satu tahun. Jika pertumbuhan PDRB meningkat maka pendapatan saerah akan meningkat pula. Hal itu juga menyebabkan meningkatnya nilai produksi yang menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap konsumsi masyarakat sehingga permintaan produksi akan meningkat. Dengan permintaan produksi yang terus menigkat menyebabkan semakin banyak pula tenaga kerja yang terserap guna memnuhi permintaan produksi yang terus meningkat.

Investasi merupakan unsur yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja ekonomi suatu negara. Dengan investasi yang dialokasikan secara optimal akan dapat meningkatkan kebutuhan input tenaga kerja Selain ketepatan dan alokasi yang optimal tersebut maka mekanisme investasi akan mewujudkan nilai tambah juga tergantung pada beberapa kondisi ekonomi yang ada di suatu negara.

Output tenaga kerja atau produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran keberhasilan tenaga kerja dalam menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu, atau dapat dikatakan juga sebagai hubungan antara keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang dipakai dalam periode tertentu. Oleh karena itu output tenagan kerja merupakan acuan bagi perusahaan dalam menentukkan upah, sehingga penggunaan dan penyerapan tenagan kerja dapat diamati serta menghasilakan serapan yang benar-benar berkualitas.


(41)

Gambar 4 : Paradigma “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri Kecil Di Sidoarjo”.

unit usaha (X1)

PDRB (X2)

Investasi (X3)

produksi

nilai produksi

Kebutuhan input tenaga kerja

jumlah tenaga kerja

Penyerapan Tenaga Kerja (Y)

Output tenaga kerja (X4)

Sumber : Penulis 2.9. Hipotesis

Berdasarkan teori-teori dan kerangka pikir di atas, maka dapat diketahui hipotesis dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Di duga bahwa faktor unit usaha, pertumbuhan PDRB, investasi dan skala output tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sidoarjo.

2. Di duga manakah diantara unit usaha, pertumbuhan PDRB, investasi dan output tenaga kerja yang paling dominan pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja di Sidoarjo.


(42)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan menerangkan variabel – variabel yang dipergunakan dalam penelitian dan pengukuran variabel – variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman – pengalaman empiris.

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi:

1. Variabel terikat ( Dependent Variabel )(Y)

Variable terikat (Dependent Variabel) adalah variable yang tidak dapat berdiri sendiri dan nilainya tergantung pada hasil pengamatan.Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja yaitu banyaknya tenaga kerja yang terserap pada industri kecil di kabupaten Sidoarjo. Ukurannya dinyatakan dengan orang.

2. Variabel bebas ( Independent Variabel )(X)

Variabel bebas (Independent Variable) yaitu variabel yang dapat berdiri sendiri dan nilainya tidak tergantung pada hasil pengamatan. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini ada empat, yaitu:

a. Unit Usaha (X1)

Perusahaan yang termasuk dalam usaha kecil, merupakan suatu tempat dimana didalamnya terdapat suatu proses produksi yang menghasilkan


(43)

barang. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan satuan per unit usaha (unit).

2. Produk Domestik Regional Bruto(X2 )

Yaitu total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di Sidoarjo dalam waktu satu tahun. Dinyatakan dalam rupiah(Rp).

3. Investasi (X3)

pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dinyatakan dalam rupiah (Rp).

4. Output tenaga kerja (X4)

merupakan ukuran keberhasilan tenaga kerja dalam menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu, atau dapat dikatakan juga sebagai hubungan antara keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang dipakai dalam periode tertentu. dalam prosentase (%).

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan di kabupaten Sidoarjo dengan variabel bebas. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data berkala (time series) dalam periode tahunan, selama 15 (lima belas ) tahun. Dari tahun 1993 sampai dengan 2007.


(44)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk semua data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data yang terdiri dari:

a. Studi kepustakaan

dengan membaca buku-buku literatur yang berkaitan dengan maslah yang dibahas.

b. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data asli yang dikumpulkan dari pihak instansi terkait yang digunakan sebagai data pendukung dalam pengumpulan data.

c. Sumber Data

Data diperoleh dapat digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi terkait, yaitu:

1. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. 2. Dinas Tenaga kerja Kabupaten Sidoarjo.

3. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sidoarjo.

3.4. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiasted Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji Fdan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantara tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linear berganda, yaitu :


(45)

1. Tidak boleh ada autokorelasi 2. Tidak boleh ada multikolinieritas 3. Tidak boleh ada heteroskadetsitas

Apabila salah satu dari kedua asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiasted Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Autokorelasi

Prosedur untuk menguji autokorelasi yang sebenarnya dapat dijelaskan lebih baik dengan bantuan gambar dibawah ini, yang menunjukkan bahwa batas d adalah 0 dan 4.

f(d)

Menolak Ho Daerah ke- Daerah ke- Menolak H*o Bukti auto ragu-raguan ragu-raguan Bukti auto

korelasi korelasi positif negatif

Menerima Ho atau H*o

atau kedua-duanya

0 dl du 2 4-du 4-dl 4 d Gambar 1. Statistik d Durbin – Watson, Gujarati Damodar, 1978, Basic

Econometrics, Penerbit Erlangga.

Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut, dengan mengasumsikan bahwa asumsi yang mendasari tes dipenuhi :


(46)

a. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan tertentu dapatkan nilai kritis dl dan du.

b. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika d < dl : menolak Ho

d > du : tidak menolak Ho

dl ≤ d ≤ du : pengujian tidak meyakinkan

c. Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi negatif, maka jika d > 4 – dl : menolak Ho

d < 4 – du : tidak menolak Ho

4 - du ≤ d ≤ 4 - dl : pengujian tidak meyakinkan

d. Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif, maka jika

d < dl : menolak Ho d > 4 - dl : menolak Ho du ≤ d ≤ 4 - du : tidak menolak Ho

dl ≤ d ≤ 4 - du

atau pengujian tidak meyakinkan 4 - du ≤ d ≤ 4 - dl

Seperti langkah tadi menunjukkan, kelemahan besar dari tes d adalah bahwa jika d tadi jatuh dalam daerah yang meragukan, atau daerah ketidaktahuan, orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada atau tidak ada. Dalam kasus ini orang bisa mungkin terpaksa melakukan tes lain (beberapa di antaranya doerikan dalam bentuk soal latihan) atau mendapatkan data tambahan data atau sampel yang berbeda. Harusnya juga diperhatikan bahwa


(47)

banyaknya observasi minimum yang diperlukan sehubungan dengan tabel Durbn Watson adalah 15. Alasannya adalah bahwa suatu sampel yang leih kecil dari 15 observasi akan menjadi sangat sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti (definitif) mengenai autokorelasi dengan memeriksa residual yang ditaksir.

2. Multikolieneritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. (Imam Ghozali, 2001:57-58). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.

c. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation faktor (VIF)

Uji Multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program computer SPSS 10.


(48)

3. Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi keidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heterokedastisitas adalah dengan menggunakan uji rank spearman yaitu dengan membandingkan antara residu dengan seluruh variabel bebas.

Menurut Singgih Santoso (2002 : 301) deteksi adanya heterokedastisitas adalah :

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heterokedastisitas. b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heterokedastisitas.

3.5. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak, (Sumarsono, 2002:40). Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan berdistribusi normal atau tidak adalah sebagai alat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel.

Sampel yang diteliti dikatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika nilai probabilitas atau signifikan (sig) lebih besar daripada tingkat kesalahan yang ditetapkan (α = 0,05). Jika nilai probabilitas atau signifikan (sig) lebih kecil daripada tingkat kesalahan yang ditetrapkan (α = 0,05), maka sampel yang diteliti berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.


(49)

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis. 3.6.1. Teknik Analisis

Untuk menganalisa beberapa faktor-faktor yang meempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil Di Kabupaten Sidoarjo maka dalam penelitian ini dugunakan analisis regresi linier berganda yang seperti rumus berikut ini :

Yi = βoi + β1X1i+ β2X2i +β3X3i+ β4X4i +ei …. (Sudrajat, 1998:79)

Dimana :

Y = Penyerapan tenaga kerja X1 = Unit usaha

X2 = PDRB

X3 = Investasi

X4 = output tenaga kerja

βo = Konstanta

β1β2β3β4 = Koefisien regresi

e = Variabel penggangu i = pengamatan

Sedangkan untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak digunakan dalam penelitian, dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mampu manjelaskan variabel terikat, maka perlu diketahui R2 (Koefisien Determinasi) dengan menggunakan rumus :


(50)

R2 =

total . JK

regresi . JK

………. (Sudrajat, 1998: 84)

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi JK = Jumlah kuadrat

3.6.1. Uji hipotesis a. Uji F

Yaitu pengaruh yang dilakukan untuk menguji hubungan atau pengaruh dari variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan. Adapun kriteria pengujian dengan menggunakan Uji F, antara lain sebagai berikut:

Ho: β1 = β2 = β3 = β4= 0, berarti variabel bebas tidak mempunyai

pengaruh terhadap variabel terikat

Hi: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 = 0, berarti variabel bebas mempunyai pengaruh

terhadap variabel terikat

KT Regresi

F hitung = ………....(Sudrajat, 1998:84)

KT Galat

Dengan derajat bebas sebesar (k, n-k-1), Dimana : KT Regresi = Kuadrat Tengah Regresi KT Galat = Kudrat Tengah Galat k = Parameter regresi n = jumlah sampel


(51)

Gambar 5 : Daerah Kritis Ho Melalui Kurva Distribusi F

umber : Supranto. J, 1995, Ekonometrika, Edisi Kesatu, Penerbit LPFEUI, Jakarta, hal 365.

diterma, artinya variabel

simultan variabel bebas tidak berpangaruh terhadap variabel terikat.

b. Uji

parsial terhadap terikat. ai berikut :

A.

Ho: βi = 0, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap

Hi: βi ≠ 0, berarti ada pengaruh antara variable bebas terhadap variable aan

0

Daerah Penerim H Daerah

Penolakan H0

Ftab

S

Kaidah Pengujian :

1. Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Hi

bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Apabila Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, yang berarti

secara

t

Yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dari variabel bebas dengan variable terikat secara

Adapun kriteria pengujian dengan uji t sebag Merumuskan hipotesis sebagai berikut :

variable terikat.


(52)

B. t dihitung dengan rumus sebagai berikut :

………… ( Sudrajat, 1984 :122)

Deng r (n-k-1), dimana : si

Gambar 6 Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi t dua sisi

Sum er: Supranto. J, 1995, Ekonometrika, Edisi Kesatu, Penerbit LPFEUI, al 364.

Hi diterima, berarti ada

, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat

Uji t dapa βi

t hitung = ………

Se(βi)

an derajat bebas sebesa

β = Koefisien regre Se = Standar error

i = variabel bebas (i = 1,2,3,4)

:

Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Hi

Daerah Penolakan Ho

-ttabel ttabel

b

Jakarta, h Kaidah pengujian:

1. Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan

pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. 2. Apabila thitung ≤ ttabel maka Ho ditolak dan Hi diterima


(53)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Geografis Kabupaten Sidoarjo

Daerah kabupaten Sidoarjo adalah salah satu dari 28 kabupaten di propinsi Jawa Timur dan terletak disebelah selatan Kotamdya Surabaya dan Kabupaten Gresik. Daerah Kabupaten Sidoarjo dibagian timur dibatasi oleh selat Madura yang cukup luas, dibagian selatan dibatasi oleh wilayah Kabupaten Pasuruan dan dibagian Barat dibatasi oelh wilayah Kabupaten mojokerto.

Wilayah Kabupaten Sidoarjo terbentang antara 112.50-112.90 Bujur Timur dan7.30-7.50 Lintang Selatan

Batas wilayah Sidoarjo :

 Sebelah Utara : Kotamadya Surabaya dan Kabupaten Gresik  Sebelah Timur : Selat Madura

 Sebelah Selatan : Kabupaten Pasuruan  Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto

4.1.2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah 63.438.534 Ha atau 634.39 km2 dan terbagi menjadi 4 (empat) wilayah pembantu bupati yaitu :

1. Pembantu Bupati Sidoarjo di Sidoarjo, terdiri dari 3 kecamatan, 52 desa dan 11 kelurahan.


(54)

2. Pembantu Bupati Sidoarjo di Porong, terdiri dari 5 kecamatan, 88 desa dan 6 kelurahan.

3. Pembantu Bupati Sidoarjo di Krian, terdiri dari 5 kecamatan, 102 desa dan 3 kelurahan.

4. Pembantu Bupati Sidoarjo di Taman, terdiri dari 3 kecamatan, 83 desa dan 8 kelurahan.

4.1.3. Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sidoarjo yang sangat tinggi dan kondisi masyarakatnya yang menengah, merupakan tantangan bagi gerak pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Kabupaten Sidoarjo dengan Luas 634.39 km2 dihuni oleh1.5 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk mencapai 1.448 jiwa/km2 pada akhir 2005. pertumbuhan penduduk di kabupaten Sidoarjo walaupun relative kecil tetapi khusus di daerah perkotaan perkembangan penduduk sekitar 5.7%. dengan pertumbuhan penduduk ini diperlukan adanya kebijaksanaan penyediaan prasarana di masing-masing daerah tingkat II. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi dapat menimbulkan masalah perumahan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Maka untuk mengatasinya pemerintah daerah kabupaten Sidoarjo berupaya antara lain dengan transmigrasi, keluarga berencana, peningkatan pendidikan dan kesehatan.

Adapun pertumbuhan penduduk berdasarkan sensus penduduk antara tahun 1991-2005 di Kabupaten Sidoarjo sebagai berikut :


(55)

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan(%)

1991 1.035.344 -

1992 1.035.871 1.79

1993 1.071.241 1.65

1994 1.093.820 2.11

1995 1.122.262 2.60

1996 1.142.404 1.79

1997 1.164.646 1.95

1998 1.192.189 2.36

1999 1.236.018 3.68

2000 1.266.766 2.49

2001 1.293.111 2.08

2002 1.316.769 1.83

2003 1.352.045 2.69

2004 1.397.242 3.34

2005 1.448.396 3.66

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo.

4.1.4. Pemerintahan

Pembagian wilayah administrasi yang meliputi sejumlah pembantu Bupati dan kecamatan di Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 4 pembantu bupati, 18 kecamatan, 325 desa dan 28 kelurahan yang masing-masing :

1. Pembantu Bupati Sidoarjo, meliputi :

a. Kecamatan Sidoarjo : 13 desa (11 kelurahan) b. Kecamatan Candi : 24 desa

c. Kecamatan Buduran : 15 desa 2. Pembantu Bupati Porong, meliputi :

a. Kecamatan Porong : 13 desa (6 kelurahan) b. Kecamatan Krembung : 19 desa

c. Kecamatan Tulangan : 22 desa d. Kecamatan Tanggulangin : 19 desa


(56)

3. Pembantu Bupati Krian, meliputi :

a. Kecamatan Krian : 19 desa (3 kelurahan) b. Kecamatan Balong Bendo : 20 desa

c. Kecamatan Tarik : 20 desa d. Kecamatan Wonoayu : 23 desa e. Kecamatan Prambon : 20 desa 4. Pembantu Bupati Taman, meliputi :

a. Kecamatan Taman : 16 desa (kelurahan) b. Kecamatan Sukodono : 19 desa

c. Kecamatan Gedangan : 15 desa d. Kecamatan Waru : 17 desa e. Kecamatan Sedati : 16 desa


(57)

4.2. Penyajian Hasil Penelitian 4.2.1. Perkembangan Unit Usaha

Perkembangan unit usaha kecil di kabupaten Sidoarjo selama 15 tahun tersaji pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Unit Usaha Kecil

Tahun Unit Usaha Kecil Perkembangan

(Unit)

1993 1145 -

1994 1267 10.66%

1995 1344 6.08%

1996 1389 3.35%

1997 1425 2.59%

1998 1324 -7.09%

1999 1684 27.19%

2000 1792 6.41%

2001 1842 2.79%

2002 1865 1.25%

2003 1982 6.27%

2004 1995 0.66%

2005 2053 2.91%

2006 2114 2.97%

2007 2248 6.34%

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 1, perkembangan unit usaha kecil di kabupaen Sidoarjo dari tahun 1993 - 2007 berfluktuasi. Unit usaha kecil mengalami kenaikan hingga sebesar 27,19% terjadi pada tahun 1999 yaitu mengalami kenaikan dari 1324 unit usaha kecil menjadi 1684 unit usaha kecil. Sedangkan unit usaha kecil mengalami penurunan hingga mencapai – 7,09% terjadi pada tahun 1998. Penurunan unit usaha kecil ini disebabkan karena adanya krisis


(58)

ekonomi global yang melanda di Indonesia, sehingga banyak unit usaha yang harus gulung tikar.

4.2.2. Perkembangan PDRB

Perkembangan PDRB kabupaten Sidoarjo dari tahun 1993 - 2007 selengkapnya tersaji pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Harga Rata-Rata Eskpor Kopi

Tahun PDRB Sidoarjo Perkembangan

(Jutaan Rp.)

1993 3.280.313.50 -

1994 3.716.160.66 13.28675323

1995 4.203.324.26 13.10932558

1996 6.587.644.88 56.72464156

1997 9.568.549.66 45.24993126

1998 10.952.647.95 14.46507924

1999 12.368.753.55 12.92934463

2000 16.058.059.79 29.82763158

2001 18.358.795.83 14.32760913

2002 20.746.987.58 13.00843352

2003 23.096.061.05 11.32247976

2004 27.072.022.93 17.21489163

2005 31.841.677.21 17.61838889

2006 35.897.325.65 12.73691839

2007 40.678.354.22 13.31862049

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 2 diatas, perkembangan PDRB kabupaten Sidoarjo dari tahun 1993 – 2007 mengalami kenaikan secara terus-menerus. PDRB kabupaten Sidoarjo tertinggi hingga mencapai Rp. 40.678.354,22 terjadi pada tahun 2007, kenaikan tingkat PDRB di kabupaten Sidoarjo disebabkan oleh makin berkembangnya industri baik besar, sedang dan kecil sehingga menambah pendapatan perkapita dari kabupaten Sidoarjo..


(59)

4.2.3. Perkembangan Investasi

Perkembangan investasi di kabupaten Sidoarjo dari tahun 1993 - 2007 tersaji pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Investasi di Kabupaten Sidoarjo Tahun Investasi Perkembangan

(Jutaan Rp)

1993 40.138.554.004 -

1994 42.393.303.081 5.62%

1995 30.543.211.645 -27.95%

1996 55.441.610.325 81.52%

1997 67.142.049.527 21.10%

1998 44.285.709.024 -34.04%

1999 15.120.451.127 -65.86%

2000 20.843.750.685 37.85%

2001 32.254.805.654 54.75%

2002 24.446.766.952 -24.21%

2003 43.727.480.710 78.87%

2004 15.642.726.000 -64.23%

2005 61.161.582.165 290.99%

2006 59.883.047.029 -2.09%

2007 11.752.314.295 -80.37%

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 3 diatas, investasi di kabupaten Sidoarjo tertinggi hingga mencapai 290.99% terjadi pada tahun 2005 dimana nilai investasi sebesar Rp. 15.642.726.000 naik menjadi Rp. 61.161.582.165 , sedangkan pada tahun 2007 laju menurun hingga mencapai 80,37% dimana nilai investasi Rp. 59.883.047.029 turun menjadi Rp. 11.752.314.295. Penurunan investasi ini disebabkan karena keadaan perekonomian terpuruk akibat krisis ekonomi yang dialami mulai tahun 1997 dan kejadian alam di kabupaten Sidoarjo seperti


(60)

bencana lumpur, banyaknya demo yang dilakukan menyebabkan para investor enggan untuk menanamkan investasinya di kabupaten Sidoarjo.

4.2.4. Perkembangan Nilai output tenaga kerja

Perkembangan nilai output tenaga kerja kecil di kabupaten Sidoarjo dari tahun 1993 – 2007 selengkapnya tersaji pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Nilai output tenaga kerja

Tahun Nilai output Perkembangan tenaga kerja (Orang)

1993 241.581 -

1994 843.339 249.09%

1995 1.088.715 29.1%

1996 1.107.820 1.76%

1997 1.162.351 4.92%

1998 1.183.655 1.83%

1999 1.192.675 0.76%

2000 1.068.684 (10.4%)

2001 1.102.655 3.18%

2002 1.182.355 7.23%

2003 1.242.367 5.08%

2004 1.276.944 2.71%

2005 1.298.121 1.66%

2006 1.311.641 1.04%

2007 1.336.588 1.90%

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 4 diatas, perkembangan nilai output tenaga kerja tertinggi terjadi pada tahun 1994 yaitu sebesar 246.09% pertahun. Sedangan perkembangan nilai output tenaga kerja terendah hingga mencapai -10,4% terjadi pada tahun 2000. Penyebab nilai output tenaga kerja semakin meningkat dikarenakan pemerintah gencar memberikan bantuan modal kepada usaha kecil


(61)

untuk bisa maju dan berkembang sehingga jumlah usaha kecil semakin meningkat dari tahun ke tahun.

4.2.5. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja

Perkembangan penyerapan tenaga kerja di kabupaten Sidoarjo selengkapnya tersaji pada tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Penyerapan Tenaga Kerja

Tahun Penyerapan Tenaga Perkembangan

Kerja (Orang)

1993 569.834 -

1994 579.613 1.716113816 1995 587.624 1.38212911 1996 624.971 6.355594734 1997 658.946 5.436252242 1998 585.264 -11.1817964 1999 586.062 0.136348725 2000 675.432 15.24923984 2001 732.738 8.484347795 2002 768.967 4.94433208 2003 746.972 -2.86033081 2004 736.891 -1.34958205 2005 765.378 3.865836331 2006 776.892 1.504354711 2007 759.899 -2.18730531 Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 5 diatas, perkembangan penyerapan tenaga kerja di kabupaten Sidoarjo dari tahun 1993 – 2007 mengalami fluktuasi. Penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi pada tahun 2006 dimana terdapat 759.899 orang yang bekerja di kabupaten Sidoarjo. Sedangkan penyerapan tenaga kerja terendah terjadi pada tahun 1993 yaitu 569.834 orang. Penyebab sedikitnya tenaga kerja


(62)

yang terserap adalah masih minimnya lapangan pekerjaan yang terdapat di kabupaten Sidoarjo dan menyebabkan masih banyak orang yang menganggur. 4.3. Analisis Regresi

4.3.1. Pengujian Adanya Pelanggaran Asumsi-Asumsi Klasik 1. Pengujian adanya Multikolinieritas

Untuk mengetahui adanya multikolinieritas dengan cara melihat/ mengamati besarnya VIF, apabila VIF < 10 maka regresi bebas dari gejala multikolinier, sedangkan apabila VIF  10 Regresi mengandung adanya gejala multikolinier. Adapun hasil perhitungan dengan komputer adalah sebagai berikut :

Tabel 6 Nilai VIF

Variabel Tolerance VIF

Unit Usaha (X1)

PDRB (X2)

Investasi (X3)

Nilai output tenaga kerja (X4)

0.037 0.029 0.793 0.015

6.102 3.090 1.301 2.067 Sumber : Lampiran 4

Dari tabel 6 diatas dapat disimpulkan bahwa regresi tidak terdapat adanya gejala multikolinieritas.

2. Pengujian adanya autokorelasi

Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan metode Uji Durbin-Watson d. Adapun pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Banyaknya sampel (N) = 15 2. Banyarknya variabel bebas (k) = 4


(63)

3. Taraf/tingkat signifikansi yang digunakan () = 0,05

Selanjutnya dilihat pada tabel Durbin Watson d diperoleh DL = 0,69 dan DU = 1,97 serta 4 – DL = 3,31 dan 4 – DU = 2,03

Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : Tabel 7. Batas-batas daerah Test Durbin Watson

Daerah Keterangan

DW < 0,69 0,69  DW < 1,97 1,97  DW < 2,03 2,03  DW < 3,31

DW  3,31

Autokorelasi positif Tanpa kesimpulan/inconclusive

Non autokorelasi

Tanpa kesimpulan/inconclusive Autokorelasi negatif Sumber : Lampiran 7

Sedangkan nilai Durbin Watson dari perhitungan DW = 1,987, dimana nilai ini terletak pada daerah 1,97  DW < 2,03 atau berada pada daerah non autokorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa Regresi bebas dari Autokorelasi karena nilai DW berada diantara nilai du dan 4-du.

3. Pengujian adanya Heteroskedastisitas

Salah satu metode yang dipakai untuk mengetahui adanya Heteroskedastisitas adalah dengan Uji Rank Spearman atau Spearman Rho. Adapun hasil perhitungan dari komputer adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Korelasi antara variabel bebas dengan Residual (error)

Variabel Korelasi sig

Unit Usaha (X1) dengan Residual

PDRB (X2) dengan Residual

Investasi (X3) dengan Residual

Nilai output tenaga kerja (X4) dengan Residual

-0,146 -0,154 -0,082 -0,225 0,603 0,585 0,771 0,420 Sumber : lampiran 4


(64)

Pengambilan keputusan

Probabilitas < 0,05, maka terjadi Heteroskedastisitas Probabilitas > 0,05, maka terjadi Non Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa regresi bebas dari Heteroskedastisitas.

Dari hasil pengujian dan pendeteksian adanya asumsi-asumsi klasik regresi diatas dapat disimpulkan bahwa regresi sudah tidak mengandung indikator-indikator yang bias.

4.4. Hasil Perhitungan Regresi Berganda 4.4.1. Analisis Regresi

Dalam analisis ini menggunakan model Analisis Regresi berganda yang berguna untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh diantara variabel bebas dan variabel terikat, hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9 : Hasil Analisis

Variabel bebas Koefisien Regresi

Std. Error thitung r parsial ttabel

Unit Usaha (X1) 288.385 97.586 2.955 .683 2,262

PDRB (X2) 0.001 0.003 .500 .156 2,262

Investasi (X3) 0.00000122 0.000 2.231 .577 2,262

Nilai output tenaga kerja (X4) 0.039 0.046 .845 .258 2,262

Variabel terikat : Penyerapan Tenaga Kerja(Y) Konstanta : 207283.834

Koefisien Korelasi ( R ) = 0,943 Koefisien determinasi ( R2 ) = 0,889


(65)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, diperoleh persamaan regresi Linier berganda sebagai berkut :

Y = 207283.834 + 288.385 X1 + 0.001 X2 + 0.00000122 X3 + 0.039 X4

Berdasarkan persamaan tersebut diatas, maka dapat dijelaskan melalui penjelasan sebagai berikut :

b0 = Konstanta = 207283.834

Ini menunjukkan besarnya pengaruh faktor lain terhadap penyerapan tenaga kerja, artinya apabila variabel bebas bernilai konstan, maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 217057.65 orang.

b1 = Koefisien regresi untuk X1 = 288.385

Ini menunjukkan besarnya pengaruh variabel Unit Usaha (X1) terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja, artinya apabila variabel Unit Usaha meningkat 1 unit maka nilai Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat sebesar 288.385 orang dengan asumsi variabel bebas lainnya adalah konstan atau sama dengan 0.

b2 = Koefisien regresi untuk X2 = 0.001

Ini menunjukkan besarnya pengaruh variabel PDRB (X2) terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja, artinya apabila variabel PDRB meningkat 1 rupiah, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat sebesar 0.001 orang dengan asumsi variabel bebas lainnya adalah konstan atau sama dengan 0.


(1)

Dari perhitungan secara parsial diperoleh thitung = 2,231 sedangkan ttabel =

2,262 pada df = 5 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Karena thitung > ttabel

maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara parsial Investasi berpengaruh

signifikan dan berhubungan positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y).

Sedangkan Nilai Koefisien Determinasi Parsial ( r2 ) untuk Penyerapan Tenaga Kerja sebesar 0,5772 = 0,333 yang berarti dapat menunjukkan bahwa Penyerapan Tenaga Kerja mampu dijelaskan oleh variabel Penyerapan Tenaga Kerja hingga 33,3%. Sedangkan sisanya sebesar 66,7% dijelaskan oleh faktor lain.

Selanjutnya untuk mengetahui secara parsial antara Variabel Nilai output tenaga kerja (X4) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja(Y) digunakan uji t dengan

langkah – langkah sebagai berikut :

a. Ho : 4 = 0 ( tidak ada pengaruh antara variabel X4, dengan variabel Y )

H1 : 4 0 ( ada pengaruh antara variabel X4 dengan variabel Y )

b. 2

 = 0,05/2 = 0,025 dengan df = n – k – 1 = 15 – 5 – 1 = 9

c. thitung =

)

( 4

4

 

Se = 0.046 0.039

= 0,845

d. ttabel (2 = 0,025) = 2,262

e. Pengujian hipotesis :


(2)

Gambar 5 : kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis secara parsial untuk variabel X4.

Daerah Penolakan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho

thitung = 0,845

ttabel = 2,262

Dari perhitungan secara parsial diperoleh thitung = 0.845 sedangkan ttabel =

2,262 pada df = 9 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Karena thitung < ttabel

maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sehingga secara parsial Nilai output tenaga

kerja tidak berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y).

Sedangkan Nilai Koefisien Determinasi Parsial ( r2 ) untuk Nilai output tenaga kerja sebesar 0,2582 = 0,066 yang berarti dapat menunjukkan bahwa Penyerapan Tenaga Kerjamampu dijelaskan oleh variabel Nilai output tenaga kerja hingga 6.6%. Sedangkan sisanya sebesar 93.4% dijelaskan oleh faktor lain.

Kemudian untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh paling dominan keempat variabel bebas terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Di Kabupaten Sidoarjo : Unit Usaha (X1), Investasi (X3), Nilai output

tenaga kerja (X4), dan PDRB (X2) dapat diketahui dengan melihat koefisien


(3)

variabel Unit Usaha (X1) dengan koefisien determinasi parsial (r2) sebesar 0,467

atau 46.7%.

4.4. Pembahasan

1. Secara simultan variabel bebas Unit Usaha (X1), PDRB (X2), Investasi (X3)

dan Nilai output tenaga kerja (X4) berpengaruh secara simultan terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo (Y) dengan Fhitung sebesar 19,995 > Ftabel 3,482 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Variabel Unit usaha (X1) berpengaruh positf terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo. Namun dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa apabila unit usaha kecil naik maka penyerapan tenaga kerja pada industri kecil di kabupaten Sidoarjo akan meningkat, hal ini sesuai dengan landasan teori. Hal ini disebabkan karena unit usaha kecil dan menengah memang selalu meningkat pada setiap tahun, ini diakrenakan pemerintah memberikan kemudahan di dalam pemberian kredit usaha kecil kepada para elaku ushaa kecil dan menengah sehingga para pelaku usaha kecil dan menengah dapet mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dan dapat banyak menyerap tenaga kerja.

3. Variabel PDRB (X2) tidak berpengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo. Namun dari hasil yang menunjukkan bahwa apabila PDRB menurun maka Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo akan naik, ini tidak sesuai dengan landasan teori. Jika PDRB menurun maka tingkat pendapatan masyarakat menurun, dengan menurunnya tingkat pendapatan akan menaikkan tingkat


(4)

penyerapan tenaga kerja di kabupaten Sidoarjo. Tingkat PDRB di Sidoarjo menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh dikarenakan berbagai macam faktor-faktor eksternal yang terjadi di kabupaten Sidoarjo yaitu bencana alam lumpur Lapindo yang banyak mematikan sektor-sektor usaha besar, menengah dan kecil karena banyak pabrik-pabrik dan usaha-usaha kecil dan menengah yang terendam lumpur Lapindo serta menghambat sektor transortasi atau lalu lintas jalur pengiriman barang. Hal ini yang menyebabkan tingkat PDRB kabupaten Sidoarjo menurun juga, dengan menurunnya tingkat pendapatan masyarakat serta tingkat kebutuhan hidup yang tinggi menyebabkan para penduduk akan berusaha untuk mencari pekerjaan sehingga tingkat penyeraan akan naik.

4. Variabel Investasi (X3) berpengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo. Namun dari hasil yang menunjukkan bahwa apabila investasi naik maka Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo akan naik, ini sesuai dengan landasan teori. Hal ini disebabkan banyaknya investor yang menanamkan investasi di kabupaten Sidoarjo walau banyak masalah yang terjadi di kabupaten Sidoarjo serta pemerintah memberikan modal atau kredit kepada para pelaku usaha kecil dan menengah, dengan adanya investor atau kredit dari pemerintah dapat memberikan suntikan modal kepada para pelaku usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan usahanya. Para pelaku usaha kecil tetap bisa mengembangkan usaha kecil dan menyerap tenaga kerja lebih banyak.


(5)

5. Variabel Nilai output tenaga kerja (X4) tidak berpengaruh positif terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo. Namun dari hasil yang menunjukkan bahwa nilai output tenaga kerja menurun maka Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo akan naik, hal ini tidak sesuai dengan landasan teori. Hal ini disebabkan karena semakin sedikitnya tenaga kerja yang mempunyai skill dan kemampaun menyebabkan banyak usaha-usaha kecil dan menengah mencari para pekerja dengan tingkat skill dan kemamuan yang sesuai dengan kebutuhan pekerja pada usaha kecil dan menengah.


(6)

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab IV sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Secara simultan bahwa Unit Usaha, PDRB, Investasi dan Nilai output tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja sebagai variabel terikat, karena memiliki nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel.

b. Variabel Unit Usaha terbukti berpengaruh secara dominan terhadap penyerapan tenaga kerja.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka saran-saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :

a. Hendaknya pemerintah kabupaten Sidoarjo menciptak iklim investasi yang kondusif sehingga para investor tertarik untuk berinvestasi di kabupaten Sidoarjo makin banyak.

b. Dalam rangka mengurangi angka pengangguran yang semakin tahun semakin tinggi, hendaknya pihak industri melalui investasinya lebih banyak menciptakan jumlah lapangan kerja baru.

c. Untuk penelitian selanjutnya mengenai Penyerapan tenaga kerja pada industri kecil hendaknya peneliti menambahkan dengan faktor-faktor lain serta menambahkan rentan waktu penelitian agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi.