34
3.5 Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 1 metode skoring, bertujuan untuk menetapkan unit penangkapan rajungan unggulan ;2 analisis
kelayakan, bertujuan untuk menentukan kelayakan alat tangkap yang terpilih ;3 analisis SWOT, bertujuan untuk melihat strategi pengembangan alat tangkap yang
terpilih.
3.5.1 Metode Skoring
Tujuan penentuan teknologi penangkapan tepat guna unt uk usaha penangkapan rajungan adalah untuk mendapatkan jenis unit penangkapan
rajungan yang mempunyai keragaan yang baik ditinjau dari aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi, sehingga didapat unit penangkapan rajungan yang cocok
untuk dikembangkan. Penentuan unit penangkapan rajungan menggunakan metode skoring,
sebagai berikut : 1
Analisis aspek biologi: komposisi target spesies X
1
, ukuran panjang karapas rajungan hasil tangkapan X
2
, musim penangkapan rajungan X
3
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan.
2 Analisis aspek teknis perahu, alat penangkapan rajungan dan hasil
tangkapan. Sedangkan penilaian kriteria teknis dari unit penangkapan rajungan yaitu mencakup produksi per tahun X
1
, produksi per trip X
2
, produksi per tenaga kerja X
3
, dan produksi per jam operasi X
4
. 3
Analisis aspek sosial yakni berkaitan dengan tenaga kerja yang diserap setiap unit penangkapan rajungan antara lain jumlah tenaga kerja perunit
penangkapan rajungan X
1
, pendapatan nelayan pertahun X
2
, kemungkinan kepemilikan X
3
, dan tingkat penguasaan teknologi X
4
. 4 Analisis aspek ekonomi dapat dijabarkan menjadi aspek ekonomi kriteria
efisiensi usaha. Aspek ekonomi kriteria efisiensi usaha meliputi: penerimaan kotor per tahun X
1
, penerimaan kotor per trip X
2
, penerimaan kotor per tenaga kerja X
3
, penerimaan kotor per jam operasi X
4
. Metode skoring dapat digunakan untuk penilaian kriteria yang mempunyai
satuan berbeda. Skoring diberikan dengan nilai terendah sampai nilai tertinggi. Untuk nilai tertinggi diberikan urutan prioritas 1 begitupun seterusnya. Untuk
35 menilai semua kriteria atau aspek digunakan nilai tukar, sehingga semua nilai
mempunyai standar yang sama. Unit usaha yang memperoleh nilai tertinggi berarti lebih baik daripada yang lain. Untuk menghindari pertukaran yang terlalu
banyak, maka digunakan fungsi nilai yang menggambarkan preferensi pengambil keputusan dalam menghadapi kriteria majemuk.
Standarisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dari Mangkusubroto dan Trisnadi 1985 sebagai berikut :
∑
=
= −
− =
n a
i a
Xi Vi
A V
X X
X X
X V
i = a,b,c,d…….n Dimana : VX
= Fungsi nilai dari variable X
X = Nilai Variabel X
X
a
= Nilai Tertinggi pada kriteria X X
= Nilai Terendah pada kriteria X VA
= Fungsi nilai dari alternatif A V
1
X
i
= Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke- i Kriteria V adalah fungsi nilai yang mencerminkan preferensi pengambil
keputusan maka alternatif yang terbaik adalah alternatif yang memberikan nilai VX
tertinggi merupakan alat tangkap rajungan yang terpilih untuk dikembangkan.
Adapun asumsi yang digunakan adalah bahwa dari hasil determinasi yang dilakukan terhadap dua alat tangkap yang dioperasikan nelayan rajungan di daerah
Gebang Mekar Kabupaten Cirebon, nilai skor terbesar diprioritaskan untuk dikembangkan dibandingkan alat tangkap yang lebih kecil skor nilainya.
3.5.2 Analisis Kelayakan Investasi