35 menilai semua kriteria atau aspek digunakan nilai tukar, sehingga semua nilai
mempunyai standar yang sama. Unit usaha yang memperoleh nilai tertinggi berarti lebih baik daripada yang lain. Untuk menghindari pertukaran yang terlalu
banyak, maka digunakan fungsi nilai yang menggambarkan preferensi pengambil keputusan dalam menghadapi kriteria majemuk.
Standarisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dari Mangkusubroto dan Trisnadi 1985 sebagai berikut :
∑
=
= −
− =
n a
i a
Xi Vi
A V
X X
X X
X V
i = a,b,c,d…….n Dimana : VX
= Fungsi nilai dari variable X
X = Nilai Variabel X
X
a
= Nilai Tertinggi pada kriteria X X
= Nilai Terendah pada kriteria X VA
= Fungsi nilai dari alternatif A V
1
X
i
= Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke- i Kriteria V adalah fungsi nilai yang mencerminkan preferensi pengambil
keputusan maka alternatif yang terbaik adalah alternatif yang memberikan nilai VX
tertinggi merupakan alat tangkap rajungan yang terpilih untuk dikembangkan.
Adapun asumsi yang digunakan adalah bahwa dari hasil determinasi yang dilakukan terhadap dua alat tangkap yang dioperasikan nelayan rajungan di daerah
Gebang Mekar Kabupaten Cirebon, nilai skor terbesar diprioritaskan untuk dikembangkan dibandingkan alat tangkap yang lebih kecil skor nilainya.
3.5.2 Analisis Kelayakan Investasi
Penilaian atas suatu investasi dilakukan dengan membandingkan semua penerimaan yang diperoleh akibat investasi tersebut dengan semua pengeluaran
yang harus dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan. Baik penerimaan maupun pengeluaran dinyatakan dalam bentuk uang agar dapat dibandingkan dan
harus dihitung pada waktu yang sama. Dalam analisis ini akan dikembalikan pada
36 nilai kini present value, karena baik penerimaan maupun pengeluaran berjalan
bertahap, maka terjadi arus pengeluaran dan penerimaan yang dinyatakan dalam bentuk arus tunai cash flow. Diantara bermacam- macam kriteria yang akan
digunakan dalam studi kelayakan pada penelitian ini didasarkan pada analisis biaya-manfaat baik secara finansial maupun ekonomi. Kriteria-kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1 Net Present Value NPV
Net Present Value dapat diartikan sebagai nilai bersih sekarang present
value yang diperoleh dari selisih antara manfaat benefit dan biaya cost pada
suatu tingkatan diskonto tertentu. Suatu usaha dikatakan layak untuk dilakukan jika present value benefit lebih besar dibandingkan present value cost atau
NPV 0. Sebaliknya jika nilai NPV0, merupakan indikasi bahwa usaha tersebut
tidak layak dilakukan karena benefit tidak mampu menutupi cost selama umur ekonomis proyek. Nilai NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
∑
= =
+ −
=
n t
t n
c t
i B
B NPV
1 atau
∑
= =
− =
n t
t t
t
df C
B NPV
Dengan: B
t
: Benefit pada tahun ke-t c
t
: Cost pada tahun ke-t i
: Tingkat suku bunga yang berlaku t
: Lama periode waktu df
: Discount factor
2 Net Benefit-Cost Ratio Net BC
Net Benefit Cost Ratio Net BC Ratio merupakan perbandingan benefit
bersih dari tahun-tahun yang bersangkutan yang telah dipresent-valuekan dengan biaya bersih dalam tahun dimana B – C yang telah dipresent-valuekan yaitu biaya
kotor benefit kotor. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan
37 dipilih apabila Net BC Ratio 1. Sebaliknya bila suatu proyek menghasilkan Net
BC Ratio 1 proyek tidak diterima.
Dalam analisa proyek rumus Net BC Ratio dituliskan:
∑ ∑
= =
− +
− −
+ −
=
n t
t n
t t
Ct Bt
i Ct
Bt Ct
Bt i
Ct Bt
CRatio NetB
1 1
1 1
Dengan: B = benefit, C = cost, i = discount rate dan t = periode.
3 Internal Rate of Return IRR
Analisis Internal Rate of Return IRR digunakan untuk mengetahui prosentase keuntungan yang diperoleh setiap tahun dari investasi yang
ditanamkan. Informasi nilai IRR dapat pula dijadikan tolak ukur kemampuan usaha untuk mengembalikan bunga pinjaman.
Pada prinsipnya, nilai IRR menunjukkan tingkatan discount rate dimana NPV=0
atau Net BC=1. Implikasi dari prinsip tersebut adalah perlu dilakukan simulasi terhadap berbagai tingkatan discount rate yang lebih tinggi dari
ketentuan sehingga dihasilkan NPV yang bernilai positif dan NPV negatif. Formulasi IRR dapat dihitung melalui persamaan interpolasi berikut:
i i
NPV NPV
NPV i
IRR −
×
−
+ =
Dengan: i
’
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i
”
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV
’
= NPV pada tingkat bunga i
’
NPV
”
= NPV pada tingkat bunga i
”
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan acap kali berubah. Oleh karena itu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat dampak dari
perubahan kondisi di masa mendatang terhadap tingkat kelayakan usaha yang dilakukan. Beberapa kondisi yang diprediksi dapat terjadi diantaranya:
1. Peningkatan suku bunga pinjaman
2. Kenaikan biaya usaha
3. Penurunan penerimaan usaha
4. Penurunan volume hasil tangkapan
38 Berdasarkan empat kondisi yang dirancang skenario kejadian yang
merupakan derivasi dari kondisi diatas: 1.
Peningkatan suku bunga perbankan 18 dan 21 ; 2.
Peningkatan biaya usaha sebesar 10 dan 20; 3.
Penurunan tangkapan 10 dan 20 ; 4.
Penurunan harga ikan 10 dan 20 ; 5.
Penurunan penerimaan sebesar 10 dan 20 ; 6.
Penurunan volume tangkapan 10 dan 20 ; Analisis finansial dilakukan dengan beberapa asumsi yang merupakan
prediksi terhadap kondisi yang tidak dapat diketahui secara pasti. Diharapkan dengan asumsi yang ditetapkan hasil estimasi tidak akan berbeda nyata dengan
kondisi aktual di lapangan. Berikut asumsi-asumsi yang mendasari perhitungan finasial:
1. Harga yang digunakan adalah bukan harga pasar tetapi harga yang berlaku
pada tingkatan nelayan; 2.
Modal usaha seluruhnya bersumber dari kas pribadi; 3.
Umur proyek ditetapkan 10 tahun berdasarkan umur ekonomis komponen utama usaha penangkapan yaitu kapal;
4. Discount factor yang digunakan merupakan tingkat suku bunga BI pada saat
penelitian dilakukan 15 dan suku bunga prediksi 18 dan 21.
3.5.3 Analisis SWOT Strength, Weakness, Oppurtunities and Threats