GAMBARAN UMUM PASAR TRADISIONAL DAN MODERN

III. GAMBARAN UMUM PASAR TRADISIONAL DAN MODERN

Perdagangan eceran merupakan subsektor dari sektor perdagangan yang memerlukan pasar dalam menjembatani transaksi yang berlangsung di dalamnya baik dalam bentuk pasar tradisional maupun pasar modern. Pasar tradisional dalam beberapa dekade yang lalu sekitar tahun 1970 masih memegang peranan penting dalam menyediakan kebutuhan masyarakat karena pasar modern belum berkembang. Pemerintah pada saat itu juga masih berperan aktif dalam memelihara keberadaan pasar tradisional. Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya beberapa Instruksi Presiden mengenai pasar tradisional seperti Instruksi Presiden RI No.7 Tahun 1976 tentang Bantuan Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar atau yang lebih dikenal sebagai Program Inpres Pasar serta Inpres No. 8 tahun 1979 tentang Program Bantuan Kredit Konstruksi Pembangunan dan Pemugaran Pusat Pertokoan, Perbelanjaan dan Perdagangan. Kedua Inpres Pasar tersebut diharapkan dapat mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya atau dengan kata lain distribusi pendapatan dari kegiatan usaha perdagangan dapat menjadi lebih merata secara proporsional terutama dalam pemerataan kesempatan berusaha. Namun pada tahun-tahun berikutnya, program Inpres Pasar tersebut berjalan lambat sehingga perkembangan jumlah pasar tradisional turut melambat. Bahkan dalam satu dekade terakhir yaitu periode 1994-2005 jumlah pasar tradisional cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini terlihat dalam Gambar 3.1. 6954 9140 8309 7394 2000 4000 6000 8000 10000 JU M L A H 1994 1995 2000 2005 TAHUN PASAR TRADISIONAL Sumber : Departemen Perdagangan, 2005. Gambar 3.1. Perkembangan Jumlah Pasar Tradisional di Indonesia Periode 1994-2005 Berbeda dengan kondisi jumlah pasar tradisional yang cenderung menurun, jumlah pasar modern dalam periode 1994-2005 justru mengalami peningkatan. Seperti yang terlihat dalam Gambar 3.2. 637 925 1119 1277 200 400 600 800 1000 1200 1400 JUM L AH 1994 1995 2000 2005 TAHUN PASAR MODERN Sumber : Departemen Perdagangan, 2005. Gambar 3.2. Perkembangan Jumlah Pasar Modern di Indonesia Periode 1994-2005 Bisnis retail modern mulai bangkit pada tahun 1999 setelah hadirnya hypermarkert Carrefour dan Continent. Selain dalam bentuk hypermarket, pasar modern juga mengalami perkembangan pesat dalam bentuk lain seperti supermarket, perkulakan dan department store.

1. Supermarket dan Minimarket

Merupakan sebuah toko yang umumnya menyediakan bahan makanan, tetapi kegiatannya terus meningkat hingga penyediaan pakaian dan beberapa homewares tertentu. Membaiknya iklim bisnis retail membuat sejumlah pengusaha supermarket mulai menambah jumlah outletnya pada tahun 2000 sampai 2002. Supermarket yang berhasil menambah jumlah outlet dan melakukan ekspansi usaha antara lain adalah Hero dan Indomaret. Pada tahun 1999 jumlah outlet Hero di seluruh Indonesia baru 70 outlet, kemudian pada 2003 total jumlah outletnya menjadi 89. Bukan hanya jumlah outlet yang bertambah tetapi juga penjualan bersih yang mengalami peningkatan dari sebesar Rp. 1,69 triliun menjadi Rp. 2,40 triliun di tahun 2002. Indomaret berhasil melakukan ekspansi dengan mengandalkan konsep mini market dan waralaba franchise yang penempatan lokasi usahanya lebih mendekat ke kawasan perumahan sehingga pada tahun 2003 Indomaret telah memiliki outlet sebanyak 740 unit di seluruh Indonesia.

2. Hypermarket

Hypermarket merupakan sebuah toko distribusi self service dengan area penjualan seluas 5000 m 2 atau lebih, menjual variasi barang konsumsi yang lebih luas berisikan gabungan produk makanan dan non makanan dalam berbagai ukuran transaksi atau kuantitas dan dalam berbagai bentuk kemasan. Konsep yang dikembangkan oleh hypermarket adalah one stop shopping. Keunggulan yang menjadi diferensiasinya adalah permodalan, luas ruang outlet, kelengkapan barang, teknologi maupun manajemen sehingga mendapatkan harga yang lebih murah dibanding supermarket lain. Hypermarket yang telah meramaikan bisnis retail di Indonesia antara lain Carrefour dan Giant. Jumlah hypermarket mengalami peningkatan yang cukup pesat sejak kemunculannya pertama kali sekitar tahun 1998-1999 seperti yang terlihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Hypermarket Tahun 1998-2003 di Indonesia Tahun Jumlah Hypermarket unit Pertumbuhan 1998 4 - 1999 6 50,00 2000 7 16,67 2001 8 14,29 2002 10 25,00 2003 17 70,00 Sumber : Departemen Perdagangan, 2005. Kehadiran hypermarket dalam tatanan bisnis retail modern merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan. Terutama karena hypermarket umumnya dimiliki oleh investor asing, sehingga peran pemerintah sangat diharapkan guna memfasilitasi terjadinya iklim persaingan yang sehat antara pengusaha lokal dan asing dalam bisnis ini.

3. Perkulakan

Perkembangan bisnis supermarket berimbas positif pada bisnis perkulakan. Hingga saat ini di Indonesia beroperasi lima pusat perkulakan , yaitu PT. Alfa Retailindo, PT. Makro Indonesia, PT. Goro Batara Sakti, PT. Indo Grosir dan The Club Store. Prinsip dari bisnis perkulakan adalah menjual harga secara grosir yang relatif lebih murah, meskipun dapat juga menjual secara eceran. Meskipun keuntungan perkulakan tidak terlalu besar untuk tiap satuan produk, namun karena kuantitas yang dijualnya dalam partai besar maka secara keseluruhan bisnis perkulakan masih mendapatkan keuntungan yang cukup besar.

4. Department Store

Merupakan sebuah toko distribusi dengan luas area yang bervariasi, biasanya berhubungan dengan proses retailing, penyortiran barang konsumsi yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia atau gaya hidup, self service atau pelayanan penjualan biasanya di bawah satu manajemen umum. Sebuah department store boleh meliputi sebuah supermarket yang luasnya tidak lebih dari 2000 m 2 . Bisnis department store di Indonesia dijalani oleh sejumlah perusahaan seperti Matahari, Ramayana, atau Rimo Department Store sedangkan peritel asing yang memasuki bisnis departement store dalam skala besar antara lain Sogo Department Store, Yaohan dan Seibu. Kehadiran department store asing tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja department store lokal karena segmen pasar antara department store asing dan lokal sudah jelas, di mana department store lokal lebih berkonsentrasi untuk pasar menengah ke bawah sedangkan department store asing lebih memfokuskan pada pasar kelas atas. Persaingan department store ini umumnya terjadi di pusat-pusat perbelanjaan mewah yang dibangun dengan konsep mall, yaitu memadukan aspek berbelanja dengan unsur rekreasi . Selain mengalami perkembangan jumlah pasar yang cenderung menurun, pasar tradisional juga mengalami pertumbuhan yang lambat dan cenderung menurun dalam jumlah omzet penjualan sedangkan pasar modern memiliki pertumbuhan omzet yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasar tradisional. Berikut ini akan disajikan data mengenai omzet penjualan di pasar tradisional dan di pasar modern dalam bentuk supermarket, minimarket dan hypermarket pada Tabel 3.2, 3.3 dan 3.4. Tabel 3.2. Perkembangan Omzet Penjualan Pasar Tradisional Di Indonesia Tahun 1998-2003 Tahun Omzet penjualan Miliar Rupiah Perubahan Omzet Miliar Rupiah Pertumbuhan 1998 124,88 - - 1999 149,74 24,86 19,90 2000 181,50 31,76 21,21 2001 223,94 42,44 23,38 2002 272,08 48,14 21,50 2003 302,80 30,72 11,29 Rata-rata pertumbuhan per tahun 17,11 Sumber : Departemen Perdagangan, 2005. Jumlah o mzet penjualan di pasar tradisional terus mengalami peningkatan selama periode 1998-2003 namun perubahan peningkatan omzet pada tahun 2002- 2003 mengalami penurunan dan menjadi lebih kecil daripada tahun 2001-2002. Pertumbuhan omzet juga menunjukkan peningkatan sampai tahun 2001 dan setelah itu menurun terus sampai tahun 2003. Tabel 3.3. Perkembangan Omzet Penjualan Supermarket dan Minimarket di Indonesia Tahun 1998-2003 Omzet Penjualan Miliar Rupiah Tahun Supermarket Minimarket Total Perubahan Omzet Miliar Rp Pertumbuhan 1998 5,32 965 6,28 0,68 12,13 1999 6,18 1,13 7,32 1,03 16,44 2000 7,93 2,03 9,96 2,64 36,01 2001 12,07 1,54 13,62 3,66 36,72 2002 15,53 2,19 17,72 4,10 30,11 2003 18,99 2,83 21,81 4,10 23,14 Rata-rata pertumbuhan per tahun 25,75 Sumber : Departemen Perdagangan, 2005. Tabel 3.3. menunjukkan bahwa omzet di supermarket dan minimarket terus mengalami peningkatan begitupula dengan perubahan peningkatannya terus bertambah dalam kurun waktu 1998-2003. Pertumbuhan omzet penjualan rata-rata per tahun supermarket dan minimarket sebesar 25,75 persen. Pertumbuhan omzet per tahun yang cukup besar, merupakan salah satu alasan bagi para pengusaha untuk melakukan ekspansi usaha di bidang ini. Tabel 3.4. Perkembangan Omzet Hypermarket di Indonesia Tahun 1998-2003 Tahun Omzet hypermarket Miliar Rupiah Perubahan Omzet Miliar Rupiah Pertumbuhan 1998 2,81 - - 1999 3,35 0,54 19,07 2000 4,68 1,33 39,85 2001 6,16 1,48 31,56 2002 8,42 2,26 36,72 2003 10,95 2,53 30,11 Rata-rata pertumbuhan per tahun 31,46 Sumber : Departemen Perdagangan, 2005. Pertumbuhan omzet hypermarket cenderung mengalami peningkatan sejak kemunculannya pada tahun 1998 hingga tahun 2003. Pertumbuhan omzet pertahun dari hypermarket juga cukup tinggi yaitu sebesar 31 persen. Hal ini merupakan salah satu penyebab perkembangan jumlah hypermarket yang cukup pesat di Indonesia. Dilihat dari segi tenaga kerja, saat ini terdapat sekitar 12,6 juta pedagang yang tersebar di 13.450 unit pasar Kompas online, 2006. Jumlah pedagang ini tergolong cukup besar sehingga bila terjadi pergeseran dari pasar tradisional menjadi modern dikhawatirkan para pedagang di pasar tradisional tidak mampu bersaing sehingga usaha mereka terpaksa akan tutup. Hal ini akan berakibat pada meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Namun survei AC Nielsen menyebutkan bahwa bila terjadi pergeseran dari pasar tradisional menjadi modern hal tersebut tidak terlalu merisaukan. Bila dibangun pasar modern tetap ada kesempatan kerja dan berusaha yang terbuka karena satu hypermarket saja yang dibangun telah mampu menampung sekitar 400 orang pekerja Nafi, 2004.

IV. METODOLOGI PENELITIAN