Faktor Pendorong Perkembangan Pasar Modern di Indonesia

menengah sekitar 49 persen sedangkan berpendidikan tinggi sekitar 4 persen. Bila dilihat dari masing-masing tingkat pendidikan, persentase jumlah tenaga kerja yang berpendidikan rendah memiliki porsi yang semakin berkurang yakni tenaga kerja yang tidakbelum pernah sekolah memiliki pesentase sebesar 6 persen pada tahun 1999 menjadi hanya 3 persen di tahun 2004 sedangkan tenaga kerja yang tidakbelum tamat SD terserap sebesar 15 persen pada 1999 namun pada 2004 hanya sebesar 10 persen begitupula dengan tenaga kerja berpendidikan SD yang sebelumnya berjumlah 36 persen pada 1999 menjadi 34 persen pada 2004. Berbeda dengan porsi tenaga kerja berpendidikan rendah, tenaga kerja berpendidikan menengah daya serapnya meningkat yaitu tenaga kerja berpendidikan SMTP dari 18 persen menjadi 23 persen pada tahun 2004. Untuk SMTA dar 22 persen pada 1999 menjadi 26 persen pada 2004 sedangkan untuk tenaga kerja berpendidikan tinggi dari universitas juga meningkat persentase penyerapannya dari 3 persen pada 1999 menjadi 4 persen pada 2004. Pergeseran persentase tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan ini cukup beralasan untuk terjadi karena semakin lama sistem perdagangan semakin modern sehingga semakin dibutuhkan tenaga kerja dengan kualifikasi yang cukup tinggi.

5.3. Faktor Pendorong Perkembangan Pasar Modern di Indonesia

Tren yang berkembang dalam bisnis perdagangan eceran saat ini lebih ditujukan pada pertumbuhan pasar modern. Usaha ritel modern merupakan usaha yang sangat diminati oleh kalangan dunia usaha karena perannya yang sangat strategis, tidak saja menyangkut kepentingan produsen, distributor dan konsumen juga perannya dalam menyerap tenaga kerja. Selain itu perdagangan eceran juga berperan sebagai sarana yang efisien dan efektif dalam pemasaran hasil produksi, sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk di pasar, termasuk preferensi yang dikehendaki oleh pihak konsumen Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, 2003. Pergeseran ini merupakan salah satu dampak dari diberlakukannya era perdagangan bebas dan globalisasi. Jumlah pasar tradisional yang cenderung menurun dipengaruhi oleh berkembangnya ritel modern di Indonesia, faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar modern antara lain berkaitan dengan faktor internal seperti ketidakmampuan pasar tradisional untuk mempertahankan keunggulan yang dimiliki sedangkan pasar modern masuk dengan berbagai keunggulan yang tidak dimiliki oleh pasar tradisional seperti harga barang murah, kemasan rapi, jenis barang lengkap, situasi bersih, aman dan nyaman sehingga konsumen beralih ke pasar modern termasuk masyarakat menengah ke bawah yang selama ini menjadi pasar potensial bagi pasar tradisional. Faktor internal perkembangan pasar modern antara lain dilihat dari : 1. Penurunan Daya Saing Pasar Tradisional Penurunan daya saing pasar tradisional dapat dilihat dari ketidakmampuan pasar tradisional dalam mempertahankan keunggulan yang dimilikinya selama ini. Ruang bersaing pasar tradisional kini mulai terbatas. Jika selama ini pasar tradisional dianggap unggul dalam memberikan harga relatif rendah untuk banyak komoditas, keunggulan tersebut mulai terkikis saat ini. Keunggulan biaya rendah telah bergeser ke pasar modern. Skala ekonomis pengecer modern yang cukup luas dan akses langsung mereka terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan mereka sehingga mampu menawarkan harga lebih rendah sedangkan pedagang di pasar tradisional umumnya memiliki skala yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli barang yang akan dijualnya. Selain dari segi harga, keunggulan pasar tradisional juga didapat dari lokasi. Awalnya masyarakat lebih suka berbelanja ke pasar tradisional karena lokasinya dekat. Seiring dengan ekspansi pasar modern ke berbagai daerah, saat ini telah banyak ditemukan pasar atau toko modern di lokasi-lokasi yang dekat dengan pemukiman sehingga keunggulan lokasipun tidak dapat dijadikan sumber keunggulan yang berkelanjutan. Jika diamati, pasar tradisional yang masih bertahan dan banyak dikunjungi adalah pasar-pasar khusus seperti Pasar Tanah Abang untuk garmen dan Pasar Glodok untuk elektronik karena pasar-pasar tersebut mempunyai citra khusus di mata konsumen dan mampu menawarkan produk dengan harga yang menarik. Pasar tradisional hingga saat ini sebenarnya masih memilki keunggulan dalam penjualan produk kebutuhan sehari-hari, terutama bahan mentah. Untuk komoditas ini pasar tradisional mampu bersaing dengan memberikan harga yang relatif murah dan produk yang segar sedangkan di pasar modern harga kebutuhan pokok lebih mahal karena kualitas dan penyajian yang lebih baik. 2. Penurunan Segmen Konsumen Pasar Tradisional Pusat perbelanjaan modern merupakan pesaing dan ancaman bagi keberadaan pasar tradisional, terutama setelah segmen pasar modern memasuki segmen menengah ke bawah. Jika dahulu pasar modern lebih banyak ditujukan untuk penduduk berpendapatan menengah ke atas, kini pasar modern mulai memasuki berbagai segmen yang bervariasi. Menurut laporan First Pasific Davies, sasaran konsumen pasar modern pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok menengah ke atas, kelompok menengah dan kelompok menengah ke bawah. Diperkirakan bahwa kelompok menengah berjumlah sekitar 18 persen sedangkan kelompok menengah ke bawah sebesar 69 persen. Kelompok menengah ke atas adalah kelompok tenaga terampil dan tenaga manajemen yang memiliki pendapatan sangat tinggi untuk dibelanjakan. Kelompok ini merupakan sasaran pusat perbelanjaan seperti Sogo, Metro, Galeria serta sejumlah toko khusus speciality store seperti Mark and Spencer. Kelompok menengah merupakan kelompok yang baru tumbuh daya belinya. Kelompok ini umumnya terdiri atas tenaga manager muda dan teknisi terampil, sejumlah mal seperti Mal Puri Indah dan Mega Mal serta beberapa departement store merupakan pusat perbelanjaan yang mengincar kelompok ini. Kelompok terakhir adalah kelompok menengah ke bawah, kelompok ini umumnya memiliki pendidikan lebih baik dan lebih terbuka dengan alternatif belanja dibanding generasi tuanya. Kelompok ini lebih suka berbelanja di pasar modern daripada pasar tradisional. Kelompok ini diduga memiliki potensi pertumbuhan yang kuat. Department store lokal seperti Matahari dan Ramayana merupakan pengecer yang sangat aktif menggarap kelompok ini. Di masa mendatang, generasi muda ini sangat potensial menyebabkan pergeseran kegiatan belanja dari pasar tradisional ke pusat perbelanjaan modern Napitupulu, 2006. Selain faktor internal, ada faktor eksternal yang mendorong perkembangan pasar modern antara lain berhubungan dengan kondisi demografis Indonesia yang sangat potensial untuk dijadikan konsumen bagi pasar modern. Menurut Sukaesih 1994 berkembangnya pasar modern di Indonesia didorong oleh beberapa faktor antara lain meningkatnya jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, persentase wanita yang bekerja serta pendapatan perkapita masyarakat. Berikut ini akan dideskripsikan empat faktor eksternal yang mendorong perkembangan pasar modern di Indonesia.

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,20 persen pada tahun 2004. Jumlah penduduk yang cukup besar merupakan pasar yang potensial untuk dijadikan konsumen pasar modern. 119.208 147.49 179.381 194.754 205.843 217.854 50 100 150 200 250 J UM L AH P E ND UD U K J UT A J IW A 1971 1980 1990 1995 2000 2004 TAHUN JUMLAH PENDUDUK Sumber : BPS, 1995-2004. Gambar 5.6. Perkembangan Jumlah Penduduk di Indonesia Periode 1971-2004

2. Jumlah Rumah Tangga

Sama halnya dengan jumlah penduduk, jumlah rumah tangga keluarga di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rumah tangga sebesar 5,56 persen pada tahun 2004. Jumlah rumah tangga di Indonesia tentunya akan terus bertambah sehingga rumah tangga juga merupakan pasar potensial untuk dijadikan konumen bagi pasar modern. Perkembangan jumlah rumah tangga di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.7. 30,373 39,695 45,653 52,008 54,898 10 20 30 40 50 60 J u m la h R um a h T a ngga J u ta Ke lu a rg a 1980 1990 1995 2000 2004 TAHUN JUMLAH RUMAH TANGGA Sumber : BPS, 1995-2004. Gambar 5.7. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga di Indonesia Periode 1980-2004 3. Jumlah Wanita yang Bekerja Jumlah wanita yang bekerja di Indonesia cukup banyak, untuk dijadikan sampel, maka digunakan data jumlah wanita yang bekerja pada instansi pemerintah sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS di mana pada tahun 2004 mencapai 1.456.651 dengan laju pertumbuhan sebesar 2,53 persen sebagai dampak positif dari kesempatan kerja yang terbuka bagi kaum wanita. Peningkatan jumlah wanita yang bekerja telah meningkatkan besarnya penghasilan yang dapat dibelanjakan dan mendorong peningkatan permintaan akan sarana yang dapat menghemat waktu dan tenaga serta makanan yang mudah disiapkan. Trend ini kemungkinan masih akan berlanjut untuk beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu bagi wanita yang bekerja, seringkali tidak cukup waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional tetapi dengan berbelanja ke swalayan hanya dalam waktu singkat sudah dapat dipenuhi berbagai kebutuhan. 1.37 1.44 1.46 1.42 1.48 1.48 1.30 1.35 1.40 1.45 1.50 1995 1997 1999 2001 2003 2004 TAHUN J UM L AH W ANI T A BE K E RJ A JUT A J IW A JUMLAH WANITA BEKERJA PNS Sumber : BPS, 1995-2004. Gambar 5.8. Perkembangan Jumlah Wanita Bekerja PNS di Indonesia Tahun 1995-2004 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa peningkatan jumlah wanita yang bekerja merupakan pasar potensial dan membuka peluang berkembangnya pasar modern. Disisi lain untuk menarik minat berbelanja, terutama wanita maka pasar modern banyak melakukan terobosan dan inovasi guna merebut pangsa pasar baik melalui penggunaan iklan, penyediaan fasilitas pelayanan, pemberian potongan harga, bonus dan pengadaan fasilitas rekreasi di lingkungan pasar modern sebagai bagian strategi yang ditempuh untuk menciptakan daya tarik dan dalam kenyataannya strategi ini cukup berhasil untuk menarik minat konsumen berbelanja di pasar modern.

4. Tingkat Pendapatan

Jumlah penduduk bukan satu-satunya faktor pertimbangan bagi pendirian pasar modern, tetapi juga dikaitkan dengan daya beli masyarakat. Pendapatan masyarakat merupakan faktor yang paling dominan sebagai pertimbangan pendirian pasar modern. Secara umum, pendapatan setiap penduduk Indonesia dicerminkan oleh pendapatan nasional perkapita. Pada umumnya sasaran konsumen dari pasar modern adalah masyarakat yang berpenghasilan menengah keatas. Semakin besar pendapatan masyarakat maka pengeluaran masyarakat untuk barang konsumsi sandang, pangan dan papan yang seluruhnya dipenuhi oleh pengecer akan semakin besar pula. Oleh karena itu, pengusaha menilai tingkat pendapatan yang tinggi sebagai prospek yang cerah bagi bisnis pasar modern dan mendorong perkembangan pasar modern. 1,86 1,98 2,1 2,2 2,06 2,01 1,97 1,93 1,87 1,87 1,6 1,7 1,8 1,9 2 2,1 2,2 2,3 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 TAHUN P E NDAP AT AN P E RKAP IT A J UT A RP PENDAPATAN PERKAPITA Sumber : BPS, 1995-2004. Gambar 5.9. Perkembangan Tingkat Pendapatan Perkapita di Indonesia Tahun 1994-2003 Pendapatan perkapita masyarakat seperti terlihat pada Gambar 5.9 cenderung mengalami peningkatan kecuali pada tahun 1998 mengalami penurunann akibat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Pendapatan kembali meningkat pada tahun 1999 seiring dengan mulai membaiknya kondisi perekonomian. Pendapatan masyarakat yang meningkat menyebabkan perubahan pada pola konsumsi masyarakat, yaitu semakin banyak penduduk yang mengkonsumsi makanan non karbohidrat dengan memperhatikan kualitas barang sehingga semakin banyak konsumsi makanan olahan. Perubahan pola konsumsi juga menuntut perubahan cara berbelanja seperti barang berkualitas tinggi, cukup bervariasi dan dengan penampilan yang menarik. Dengan meningkatnya pendapatan, konsumen juga menghendaki tempat belanja yang lebih baik daripada sebelumnya, seperti suasana yang lebih nyaman, bersih dan aman serta rekreatif. Disini faktor pribadi dan hubungan antara pedagang dan konsumen tidak diperhitungkan kecuali hubungan yang bersifat bisnis. Dengan demikian perkembangan pasar modern dalam arti modernisasi pasar akan sejalan dengan pertumbuhan pendapatan masyarakat. Disamping itu, hal-hal lain yang tidak menutup kemungkinan adanya pemekaran pasar modern sebagai akibat dari demonstration effect yang ditimbulkan pasar modern promosi, diskon dan kedekatan pasar modern dengan tempat tinggal konsumen kelas menengah ke atas maupun karena gengsiprestise. Dengan demikian, tingkat pendapatan konsumen merupakan indikator yang diperlukan untuk mengetahui status sosial ekonomi konsumen, sehingga dapat diketahui pula seberapa besar daya belinya Sukaesih, 1994. Dengan munculnya pasar modern maka akan menambah ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Meskipun unsur pelayanan tidak diperlukan, namun tenaga kerja yang diserap oleh dunia usaha ini cukup banyak, seperti kasir, karyawan yang mengawasi keluar masuknya barang dari gudang, delivery barang siap jual, petugas kebersihan, keamanan, parkir dan lain sebagainya.

5.4. Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Perdagangan Eceran