Analisis Persepsi Pergeseran Konsumen dari Retail Tradisional ke Retail mMdern di Kecamatan Medan Merelan, Kota Medan

(1)

ANALISIS PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI

RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN

DI KECAMATAN MEDAN MERALAN

KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

NUZULIATI

117018011/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

S

E K O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N A


(2)

ANALISIS PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI

RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN

DI KECAMATAN MEDAN MERALAN

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUZULIATI

117018011/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN DI KECAMATAN MEDAN MARELAN Nama Mahasiswa : Nuzuliati

Nomor Pokok : 117018011

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, MS Ketua

) (Dr. Rujiman, MA

Anggota )

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)

Direktur

(Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)

Tanggal Lulus : 28 Agustus 2013


(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 28 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, MS

Anggota : 1. Dr. Rujiman, MA

2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE., M.Ec 3. Dr. Rahmanta, M.Si


(5)

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN DI KECAMATAN

MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji mengenai Pengaruh Persepsi Pergeseran Konsumen Dari Retail Tradisional Ke Retail Modern Di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan menggunakan pendekatan Model Analisis regresi berganda yang terdiri dari Uji Asumsi Klasik, Uji Regresion logistic dan uji mann white u test. Pengolahan data variabel menggunakan Program SPSS 19 yang merupakan analisis Ordinary Least Square. Data yang digunakan adalah data Primer dengan jumlah sampel sebanyak 100 sampel dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50 responden yang berada di retail tradisional dan 50 responde retail modern dengan Lokasi penelitian di lakukan di kecamatan Medan Marelan. Objek penelitian ini adalah responden yang berbelanja di retail tradisional dan retail modern. Penelitian ini merupakan hubungan kausal (Causal Effect), dimana penelitian yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara empiris pengaruh Persepsi terhadap perilkau,melihat tingkat pendapatan masyarakat yang berpinda dari retail tradisional ke retail modern, perbedaan belanja konsumen antara retil tradisional dengan retail modern. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Ada peningkatan Pendapatan sehingga terjadi pergeseran belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan dengan nilai 11,230 rupiah. Ada perbedaan signifikan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.dengan nilai z -6.268 dan sig2 tailed 0.00. Ada pengaruh Positif Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail tradisional dengan nilai harga ( -0.088), kelengkapan ( -0.285) layout ( 0.527), suasana ( 0.014), lokasi ( 0.336), promosi (0.378), trend( 0.063), prestige( 0.069), dan pendapatan ( -0.073) Ada pengaruh Positif signifikan Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di pasar modern dengan nilai harga (0.011), kelengkapan ( 0.086) layout ( 0.410), suasana ( 0.034), lokasi ( 0.183), promosi ( 0.077), trend( 0.045), prestige( -0.043), dan pendapatan ( 0.161)


(6)

THE ANALYSIS OF THE PERCEPTION OF CONSUMER SHIFT FROM TRADITIONAL RETAIL TO MODERN RETAIL IN MEDAN

MARELAN SUBDISTRICT, THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The purpose of this study was to study the influence of the perception of consumer shift from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan using the approach of multiple regression analysis model consisting of Classic Assumption Test, Logistic Regression Test, and Mann White U Test. The data obtained were procesed through Ordinary Least Square using SPSS 19 program. The data used for this study conducted in Medan Marelan Subdistrict were the primary data obtained from 100 consumers shopping in both traditional and modern retails consisting of 50 respondents belonged to traditional retails and 50 respondents belonged to modern retails. This Causal-Effect study was carried out to empirically prove the influence of perception on behavior, to look at the income level of the community shifting from traditional to modern retails, to find out the difference between the consumers’ purchase in traditional and modern retails. The result of this study showed that the level of consumers’ income in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan, increased that they shift to shop from traditional retail to modern retail with the value of Rp. 11.230. There was a significant difference in the perception of consumers shfting from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan with the value of z -6.268 and sig2 tailed 0.00. There was a positive perception of consumers on shopping behavior in traditional retail with the value of price (-0.088), completeness (-0.285), layout (0.527), atmosphere (0.014), location (0.336), promotion (0.378), trend (0.063), prestige (0.069), and income (-0.073). There was a positive and significant perception of consumers on shopping behavior in modern retail with the value of price (0.011), completeness (0.086), layout (0.410), atmosphere (0.034), location (0.183), promotion (0.077), trend (0.045), prestige (-0.043), and income (0.161).


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa Karena dengan Ridho dan karunianya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TESIS) Magister Ekonom Pembangunan dengan Judul: analisis persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan, Kota Medan. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih yang seikhlasnya kepada:

1. Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Bapak Prof.Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E.,M.Ec yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi perbaikan tesis ini,

2. Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara sekaligus Pembimbing I Bapak Prof Dr. Ramli SE., MS yang telah banyak memberikan masukan dan saran saran demi perbaikan tesis ini.

3. Bapak Dr. Rujiman. MA sebagai Pembimbing II yang telah banyak

memberikan masukan dan saran-saran demi perbaikan tesis ini.

4. Bapak Dr.Rahmanta,M.Si dan Bapak Dr. HB.Tharmizi,SU sebagai dosen


(8)

5. Bapak dan Ibu Dosen serta staf administrasi Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Teman-teman Angkatan 21 Program Studi Magister Ekonom Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Terakhir saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharapkan Saran dan Kritik yang konstruktif guna penyempurnaan tesis ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan kiranya tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Agustus 2013

Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nuzuliati, SE

Tempat / Tanggal lahir : Medan, 31 Januari 1964

Tempat Tinggal : Jln Sei Wampu Baru No 19 C Kelurahan

BaburaKec Medan Baru

HP : 081396272172

Pekerjaan : Wiraswasta

PENDIDIKAN :

Tahun 2011s/d 2013 : Magister Ekonomi Pembangunan ( MEP ) USU -

Medan

Tahun 1989 : Lulus dari Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen

Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas HBP Nomensen - Medan

Tahun 1983 : Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri, SMU

1-Medan

Tahun 1980 : Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri,

SMP 1 Medan

Tahun 1976 : Lulus dari Sekolah Dasar Negeri. SD 060884 d/h


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitan ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1. Teori Pasar ... 9

2.2. Persepsi ... 12

2.3. Stimulus Konsumen ... 15

2.3.1. Harga ... 15

2.3.2. Layout yang lebih menarik ... 18

2.3.3. Suasana yang nyaman ... 18

2.3.4. Layanan penjaga outlet yang ramah ... 18

2.3.5. Lokasi yang strategis ... 19

2.3.6. Promosi ... 19

2.4. Faktor Psikologis ... 19

2.4.1. Faktor Trend ... 19

2.4.2. Faktor Prestige ... 20

2.5. Faktor Pendapatan Konsumen ... 21

2.6. Tingkat Perubahan Perilaku Belanja Konsumen ... 22

2.6.1. Perubahan Belanja Konsumen ... 22

2.6.2. Perilaku konsumen ... 22

2.7. Kerangka Konseptual ... 24

2.8. Hipotesis Peneltian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2. Jenis Penelitian ... 27

3.3. Populasi dan Sampel... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5. Jenis dan sumber data ... 29

3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

3.7. Teknik Analisa Data ... 30


(11)

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 31

3.8. Uji Asumsi Klasik ... 31

3.8.1. Uji Multikolinieritas ... 31

3.8.2. Uji Heteroskedastisitas ... 32

3.8.3. Uji Normalitas ... 32

3.8.4. Uji Linieritas ... 32

3.8.5. Uji Autokorelasi ... 32

3.9. Metode Analisa ... 33

3.9.1. Analisis Logistic Regression ... 33

3.9.2. Analisis Mann – Whitney U – Test ... 33

3.9.3. Analisis Uji Beda ... 34

3.9.4. Analisis Regresi Linier Berganda... 39

3.9.5. Uji Parsial (Uji t) ... 39

3.9.6. Uji Simultan (Uji F) ... 38

3.9.7. Koefisien Determinasi (R)2... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 9

4.1. Deskripsi Kecamatan Medan Marelan ... 9

4.1.1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Medan Marelan .. 39

4.1.2. Kependudukan wilayah Kecamatan Medan Marelan ... 39

4.2. Karakteristik Responden ... 40

4.2.1. Jenis Kelamin ... 41

4.2.2 Jenis Pekerjaan ... 41

4.2.3 Jenis Tingkat Pendidikan ... 42

4.3. Persepsi Hasil Jawaban Responden ... 43

4.3.1. Persepsi Variabel Harga (X1) ... 43

4.3.2. Persepsi Variabel Kelengkapan Produk (X2) ... 44

4.3.3 Persepsi Variabel Layout (X3) ... 45

4.3.4 Persepsi Variabel Suasana dan Layanan (X4) ... 46

4.3.5 Persepsi Variabel Lokasi (X5) ... 48

4.3.6 Persepsi Variabel Promosi (X6) ... 49

4.3.7 Persepsi Variabel Trend (X7)... 51

4.3.8 Persepsi Variabel Prestige (X8) ... 52

4.3.9 Persepsi Variabel Pendapatan Konsumen (X9) ... 53

4.3.10 Persepsi Variabel Perilaku Belanja Konsumen (Y)... 54

4.4 Uji Validitas ... 55

4.4.1 Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Tradisional... 56

4.4.2 Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Modern ... 57

4.5 Uji Reliabilitas ... 59

4.5.1 Hasil Uji Reliabilitas Instrument ... 60

4.5.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrument ... 60

4.6 Pengujian Multikolinearitas... 61

4.7 Pengujian Heteroskedastisitas ... 64

4.8 Pengujian Autokorelasi ... 67

4.9 Pengujian Normalitas ... 70


(12)

4.10.1 Uji Lagrange Multiplier ... 72

4.11 Pengujian Logistic Regression ... 73

4.12 Pengujian Mann – Whitney U – Test ... 74

4.13 Perbedaan Persepsi Konsumen Retail Tradisional dan Retail Modern ... 75

4.14 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Harga (X1) ... 76

4.15 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Kelengkapan Produk (X2) 77 4.16 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Layout (X3) ... 78

4.17 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Suasana dan Layanan (X4) ... 80

4.18 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Lokasi (X5) ... 81

4.19 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Promosi ... 82

4.20 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Trend (X7) ... 83

4.21 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Prestige (X8) ... 84

4.22 Perbedaan Persepsi Konsumen Terhadap Pendapatan Konsumen (X9) ... 85

4.23 Analisis Regresi Linier Berganda Terhadap Perilaku Belanja Retail Tradisional ... 88

4.24 Analisis Regresi Linier Berganda Terhadap Perilaku Belanja Retail Modern ... 94

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 99


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007 – 2010 ... 2

1.2. Pangsa Penjualan Barang Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Tradisional dan Modern ... 4

3.1. Definisi Operasional ... 30

4.1 Data Retail Modern di Kecamatan Medan Marelan ... 40

4.2. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

4.3. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 42

4.4. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Tingkat Pendidikan ... 42

4.5. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Harga (X1) ... 43

4.6. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kelengkapan Produk (X2) ... 44

4.7. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Layout (X3) ... 46

4.8. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Suasana dan Layanan (X4) ... 47

4.9. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Lokasi (X5) ... 49

4.10. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Promosi (X6) ... 50

4.11. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Trend (X7) ... 51

4.12. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Presige (X6) ... 52

4.13. Distribusi Pendapatan Responde Retail Tradisional perbulan ... 53

4.14. Distribusi Pendapatan Responden Retail Modern perbulan ... 54

4.15. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Belanja Konsumen (Y) 54 4.15. Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Tradisional ... 56

4.16. Hasil Uji Validitas Instrument Variable Persepsi Konsumen Di Retail Modern ... 57

4.17. Uji reliabilitas Instrument ... 60

4.18. Uji reliabilitas Instrument ... 60

4.19. Uji Multikolinieritas... 62

4.20 Uji Multikolinieritas coefficient tradisional... 62

4.21. Uji Multikolinieritas coefficient modern ... 63

4.22. Uji Multikolinieritas coefficient modern ... 64

4.23. Uji Heteroskedastisitas Model Regresi Linier Berganda Retail Tradisional ... 66

4.24. Uji Heteroskedastisitas Model Regresi Linier Berganda Retail Modern 67 4.25. Uji Autokorelasi Tradisional... 69

4.27 Uji Normalisasi ... 70

4.28. Uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 71

4.29. Uji Lagrange Multiplier ... 72

4.29. Uji Logistic Regresion ... 73

4.30. Mann – Whitney U – Test ... 74

4.32. Paired Samples Statistics X1 (Harga) ... 76

4.33. Uji T Paired Samples Statistics X1 (Harga) ... 77


(14)

4.35. Uji T Paired Samples Statistics X2 (Kelengkapan Produk) ... 78

4.36. Paired Samples Statistics X3 (Layout) ... 79

4.37. Uji T Paired Samples Statistics X3 (Layout) ... 79

4.38. Paired Samples Statistics X4 (Suasana dan Layanan ) ... 80

4.39. Uji T Paired Samples Statistics X3 (Suasana dan Layanan) ... 80

4.40. Paired Samples Statistics X5 (Lokasi)... 81

4.41. Uji T Paired Samples Statistics X5 (Lokasi) ... 81

4.42. Paired Samples Statistics X6 (Promosi) ... 82

4.43. Uji T Paired Samples Statistics X6 (Promosi)... 83

4.44. Paired Samples Statistics X7 (Trend) ... 83

4.45. Uji T Paired Samples Statistics X7 (Trend) ... 84

4.46. Paired Samples Statistics X8 (Prestige) ... 84

4.47. Uji T Paired Samples Statistics X7 (Prestige)... 85

4.48. Paired Samples Statistics X9 (Pendapatan Konsumen) ... 86

4.49. Uji T Paired Samples Statistics X9 (Pendapatan Konsumen) ... 86

4.50. Hasil Analisis Regresi terhadap Perpindahan Belanja di Retail Tradisional ... 89


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 25

4.1. Peta Kecamatan Medan Marelan ... 39

4.2. Gambaran Perkembangan Retail ... 40

4.3. Uji Gltser Retail Tradisional ... 65


(16)

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI PERGESERAN KONSUMEN DARI RETAIL TRADISIONAL KE RETAIL MODERN DI KECAMATAN

MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji mengenai Pengaruh Persepsi Pergeseran Konsumen Dari Retail Tradisional Ke Retail Modern Di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan menggunakan pendekatan Model Analisis regresi berganda yang terdiri dari Uji Asumsi Klasik, Uji Regresion logistic dan uji mann white u test. Pengolahan data variabel menggunakan Program SPSS 19 yang merupakan analisis Ordinary Least Square. Data yang digunakan adalah data Primer dengan jumlah sampel sebanyak 100 sampel dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50 responden yang berada di retail tradisional dan 50 responde retail modern dengan Lokasi penelitian di lakukan di kecamatan Medan Marelan. Objek penelitian ini adalah responden yang berbelanja di retail tradisional dan retail modern. Penelitian ini merupakan hubungan kausal (Causal Effect), dimana penelitian yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara empiris pengaruh Persepsi terhadap perilkau,melihat tingkat pendapatan masyarakat yang berpinda dari retail tradisional ke retail modern, perbedaan belanja konsumen antara retil tradisional dengan retail modern. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Ada peningkatan Pendapatan sehingga terjadi pergeseran belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan dengan nilai 11,230 rupiah. Ada perbedaan signifikan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern, di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.dengan nilai z -6.268 dan sig2 tailed 0.00. Ada pengaruh Positif Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail tradisional dengan nilai harga ( -0.088), kelengkapan ( -0.285) layout ( 0.527), suasana ( 0.014), lokasi ( 0.336), promosi (0.378), trend( 0.063), prestige( 0.069), dan pendapatan ( -0.073) Ada pengaruh Positif signifikan Persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di pasar modern dengan nilai harga (0.011), kelengkapan ( 0.086) layout ( 0.410), suasana ( 0.034), lokasi ( 0.183), promosi ( 0.077), trend( 0.045), prestige( -0.043), dan pendapatan ( 0.161)


(17)

THE ANALYSIS OF THE PERCEPTION OF CONSUMER SHIFT FROM TRADITIONAL RETAIL TO MODERN RETAIL IN MEDAN

MARELAN SUBDISTRICT, THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The purpose of this study was to study the influence of the perception of consumer shift from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan using the approach of multiple regression analysis model consisting of Classic Assumption Test, Logistic Regression Test, and Mann White U Test. The data obtained were procesed through Ordinary Least Square using SPSS 19 program. The data used for this study conducted in Medan Marelan Subdistrict were the primary data obtained from 100 consumers shopping in both traditional and modern retails consisting of 50 respondents belonged to traditional retails and 50 respondents belonged to modern retails. This Causal-Effect study was carried out to empirically prove the influence of perception on behavior, to look at the income level of the community shifting from traditional to modern retails, to find out the difference between the consumers’ purchase in traditional and modern retails. The result of this study showed that the level of consumers’ income in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan, increased that they shift to shop from traditional retail to modern retail with the value of Rp. 11.230. There was a significant difference in the perception of consumers shfting from traditional retail to modern retail in Medan Marelan Subdistrict, the City of Medan with the value of z -6.268 and sig2 tailed 0.00. There was a positive perception of consumers on shopping behavior in traditional retail with the value of price (-0.088), completeness (-0.285), layout (0.527), atmosphere (0.014), location (0.336), promotion (0.378), trend (0.063), prestige (0.069), and income (-0.073). There was a positive and significant perception of consumers on shopping behavior in modern retail with the value of price (0.011), completeness (0.086), layout (0.410), atmosphere (0.034), location (0.183), promotion (0.077), trend (0.045), prestige (-0.043), and income (0.161).


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi. Pasar menjadi tempat bertemunya penjual berbagai kebutuhan masyarakat dan pembeli yang ingin memenuhi kebutuhannya.Interaksi penjual dan pembeli seperti ini sudah berlangsung sejak zaman dahulu, yang kemudian penjual dan pembeli tersebut berkumpul dan memusat di suatu daerah yang dijadikan pusat perekonomian yang disebut pasar. Pada mulanya segala sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat hanya dapat diperoleh di suatu tempat yang disebut pasar tradisional. Namun perkembangan jaman membawa perubahan yang cukup besar sehingga mulai terjadi pergeseran-pergeseran dari pasar tradisional ke pasar modern.

Pergeseran tersebut sangat jelas di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan dan lainnya. Sebagai contoh, di Medan telah dibangun banyak pasar swalayan atau toko ritel yang lebih modern dengan segala macam keunikan penawaran maupun fasilitas untuk para pembeli, walaupun toko-toko ritel tradisional masih banyak di berbagai tempat.Persaingan Pasar Tradisional dengan Toko Modern saat ini bisa dikatakan sebagai persaingan global.

Perkembangan Toko Modern mendorong pertumbuhan sub sektor perdagangan dalam sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sehingga dapat mendorong pertumbuhan PDRB suatu wilayah. Hal ini tentu saja menarik minat pemerintah daerah untuk mengembangkan Toko Modern. Toko Modern sangat


(19)

erat kaitannya dengan sektor perindustrian, yaitu sebagai distributor atau agen agar hasil produksi yang dihasilkan oleh produsen dapat sampai ke tangan konsumen. Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, memiliki sektor perindustrian yang mampu memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan nasionalnya (Produk Domestik Bruto, PDB), yaitu rata-rata sekitar 25 persen atau seperempat komponen pembentukan PDB total selama lima tahun terakhir.

Hal ini terlihat dari peranannya terhadap struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan Tahun 2009-2012, di bawah ini:

Tabel 1.1 Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007 – 2010

No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2007 2008 2009 2010

1 Pertanian 2,845 2,868 2,371 2,84

2 Pertambangan dan

Penggalian

0,006 0,004 0,004 0,01

3 Industri Pengolahan 16,283 15,978 15,091 15,68

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,877 1,726 1,786 1,86

5 Bangunan 9,774 9,557 9,626 9,47

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran

25,438 25,938 25,795 25,93

7 Pengangkutan dan

Komunikasi

19,022 19,099 19,471 19,63

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

14,127 14,528 14,728 14,10

9 Jasa-Jasa 10,628 10,302 10,769 10,51

Sumber : BPS Kota Medan.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran cenderung memiliki kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kota Medan bila dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya pada periode 2007-2010. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran juga cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 25,438 % meningkat pada tahun 2010 menjadi 25,93 %. Nilai kontribusi maupun pertumbuhan yang meningkat dari


(20)

tahun ke tahun diduga dipengaruhi oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan kondisi politik yang kurang kondusif.Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki pertumbuhan yang senantiasa lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB dalam periode 2007-2010.

Perdagangan merupakan salah satu sektor dalam sistem perekonomian nasional yang berperan dalam menjembatani sektor produksi dengan konsumsi baik antar sektor maupun secara regional. Dari dua bentuk perdagangan yaitu perdagangan besar dan eceran, perdagangan eceran merupakan bentuk perdagangan yang langsung memenuhi kebutuhan hidup atau konsumsi orang banyak. Dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan retail, dalam skala kecil, menengah dan bisnis perdagangan retail modern, maka pasar tradisional perlu diperdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang, serasi dan saling memerlukan, memperkuat serta saling menguntungkan.

Menurut Perpres No.112 Tahun 2007 dan Permendag 53/2008, perusahaan retail terbagi kedalam perusahaan retail tradisional dan retail modern. Ritel modern atau toko modern yaitu toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket, ataupun Grosir berbentuk Perkulakan. Sedangkan ritel tradisional dapat didefenisikan sebagai perusahaan yang menjual barang eceran selain berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan ritel tradisional adalah perusahaan kelontong yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berada di wilayah perumahaan, pedagang kaki lima, pedagang yang berjualan di pasar tradisional.


(21)

Tahun ketahun dimulai dari tahun 2000, pangsa pasar retail tradisional terus menurun karena semakin menjamurnya retail-retail modern, hal tersebut diperparah dengan adanya pergeseran kondisi sosial ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku retail modern yang pada awalnya hanya di kujungi oleh kalangan konsumen kelas atas, sekarang merambah ke konsumen menengah dan bawah. Keberadaan pasar-pasar tradisional makin lama makin terpinggirkan, sejalan dengan menjamurnya mall, hypermarket dan minimarket. Pasar tradisional, terpaksa harus menyingkir ke belakang panggung, menjadi semacam budaya yang terlupakan.

Pada penelitian Nilesen dalam Hartati (2006), diungkapkan fakta mengenai penurunan pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Pada tahun 2001 pasar tradisional masih menguasai pangsa pasar sebesar 75,2 persen dari total penjualan barang-barang konsumsi di dalam negeri. Namun pada tahun 2005 pasar tradisional mengalami penurunan pangsa pasar menjadi sebesar 67,6 persen. Berbanding terbalik dengan yang dialami pasar tradisional, pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar modern justru mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 1.2. Pangsa Penjualan Barang Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Tradisional dan Modern

Tahun Pasar Modern (%) Pasar Tradisional (%)

2001 24,8 75,2

2002 25,1 74,8

2003 26,3 73,7

2004 30,4 69,6

2005 32,4 67,6

Sumber : Penelitian Nielsen, 2005

Bila dilihat dalam kenyataan saat ini, pembangunan retail modern semakin marak dan cenderung telah menggeser peranan retail tradisional karena sebagian


(22)

masyarakat terutama masyarakat perkotaan lebih banyak memenuhi kebutuhan rumah tangga dari retail modern. Masyarakat lebih memilih untuk berbelanja di retail modern karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan retail tradisional antara lain suasana pasar yang bersih, nyaman dan aman serta harga yang seringkali lebih murah dibandingkan dengan retail tradisional.

Pertumbuhan pesat retail modern belakangan ini, perlu memperhatikan kelangsungan retail tradisional yang selama ini masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah baik sebagai tempat berbelanja maupun untuk berusaha.Untuk itu, perlu adanya suatu kebijakan dari pemerintah yang dapat menyelaraskan antara kepentingan pengusaha retail modern dengan pengusaha retail tradisional.

Pergeseran tuntutan pelanggan tidak hanya dipengaruhi oleh implementasi dari program bauran pemasaran saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan secara keseluruhan. Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja pelanggan tidak hanya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel tradisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi (un met need) jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel yang semakin tajam

Fenomena lain yang membuat konsumen berpindah dari pasar tradisional ke pasar modern yaitu pelayanan dan tempat yang mereka sajikan ke konsumen sangat jauh berbeda. Perbedaan ini dapat dilihat dari segi suasana yang ditawarkan


(23)

antara pasar tradisional dan pasar modern yaitu pada pasar tradisional, konsumen banyak sekali disuguhi dengan suasana kotor, sumpek, dan sering kali tidak ada jaminan terhadap barang yang konsumen beli, sedangkan pada pasar modern yang luas dan ber AC dingin, sehingga nyaman apabila konsumen berbelanja, membuat konsumen betah berlama-lama disana, sehingga sangat memungkinkan konsumen untuk berbelanja barang yang lain diluar catatan barang yang sudah konsumen rencanakan.

Keadaan ini merupakan peluang bagi mereka yang mampu memanfaatkan situasi tersebut.Industri ritel telah menjadi salah satu pemenuhan kebutuhan konsumen.Maraknya perkembangan pasar modern seperti minimarket, supermarket, dan hypermarket akhir-akhir ini telah menggeser peran pasar tradisional. Sebagian masyarakat kini telah memenuhi kebutuhan rumah tangganya dari pasar modern, terutama masyarakat di perkotaan.

Berdasarkan gambaran di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan konsumen dihadapkan oleh dua pilihan, retail tradisionil atau retail modern yang memenuhi barang-barang kebutuhannya. Apakah retail modern akan mematikan aktivitas retail tradisionil, bersaing sudah pasti, yang akan eksis akan di butuhkan oleh kondisi lingkungan masyarakat itu sendiri. Keadaan ini menjadi perhatian penulis yang di kemas dengan judul analisis persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan, Kota Medan.


(24)

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah :

1. Pada Tingkat Pendapatan berapa pergeseran konsumen berbelanja dari retail

tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

2. Apakah ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional

ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

3. Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di

retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

4. Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pendapatan pergeseran

konsumen berbelanja dari retail tradisional ke retail modern.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan persepsi pergeseran

konsumen dari retail tradisional ke retail modern.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi konsumen terhadap

perilaku berbelanja di retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi konsumen terhadap

perilaku berbelanja di retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan


(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai diharapkan akan memberikan masukan bagi :

1. Sebagai sumbangsih untuk pemerintah kota Medan dalam menentukan

kebijakan perlindungan terhadap retail tradisionil di kecamatan Medan marelan, kota Medan.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi pedagang tradisional dan

retail modern untuk pengembangan usaha kedepan.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi retail modern dalam

mengembangkan usaha di kecamatan Medan Marelan, Kota Medan

4. Tambahan Referensi bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan

persepsi pergeseran perilaku konsumen dari retail tradisional ke retail modern.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Teori Pasar

Pasar pada masyarakat mempunyai peranan penting yaitu sebagai pusat kegiatan ekonomi dan pusat kebudayaan.Sebagai pusat kegiatan ekonomi, pasar merupakan tempat bertemunya produsen dan konsumen. Melalui pasar, masyarakat dapat memperoleh kebutuhan produksinya seperti modal, peralatan, dan tenaga. Di bidang distribusi pasar mempunyai peranan dalam menyebarluaskan barang-barang hasil produksi yang dibutuhkan masyarakat. Sedangkan di bidang konsumsi, pasar menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan tambahan lainnya (Depdikbud, 1990:159).

Menurut Koentjaraningrat dalam Siwarni (2009:3) pengertian pasar adalah pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antara penjual dan pembeli yang bertujuan untuk mengadakan transaksi pertukaran benda-benda, jasa ekonomi dan uang, dan tempat hasil transaksi yang dapat disampaikan pada waktu yang akan datang berdasarkan harga yang ditetapkan.

Berdasarkan teori diatas dapat di simpulkan bahwa, pasar adalah tempat pertemuan antara produsen dan konsumen yang melakukan transaksi barang dan jasa berdasarkan harga yang di tetapkan.

Berikut perbedaan pasar tradisional dan pasar modern : 1) Pasar tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan


(27)

Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar (Perpres No.112 Tahun 2007).

Ritel tradisional dapat didefenisikan sebagai perusahaan yang menjual barang eceran selain berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan ritel tradisional adalah perusahaan kelontong yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berada di wilayah perumahaan, pedagang kaki lima, pedagang yang berjualan di pasar tradisional

2) Pasar Modern

Pasar Modern adalah pasar atau toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. Adapun ritel modern yang diatur keberadaan lokasinya bahwa minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan.Berdasarkan luas lantai toko minimarket memiliki luas lantai < 400 m2 (Perpres No.112 Tahun 2007).

Bisnis retail modern mulai bangkit pada tahun 1999 setelah hadirnya

hypermarkert Carrefour dan Continent. Selain dalam bentuk hypermarket, pasar modern juga mengalami perkembangan pesat dalam bentuk lain seperti supermarket, perkulakan dan department store


(28)

1. Supermarket

Merupakan sebuah toko yang umumnya menyediakan produk teoletris, food, drink, paresible dengan luas toko >1000 m

2.

<5000 m 2

tetapi kegiatannya terus

meningkat hingga penyediaan pakaian dan beberapa homewares tertentu.

Membaiknya iklim bisnis retail membuat sejumlah pengusaha supermarket mulai menambah jumlah outletnya pada tahun 2000 sampai 2002. Supermarket yang berhasil menambah jumlah outlet dan melakukan ekspansi usaha antara lain adalah Hero dan Indomaret.

2. Hypermarket

Hypermarket merupakan sebuah toko distribusi self service dengan area penjualan

seluas 5000 m2 atau lebih, menjual variasi barang konsumsi yang lebih luas

berisikan gabungan produk makanan dan non makanan dalam berbagai ukuran transaksi atau kuantitas dan dalam berbagai bentuk kemasan.

Konsep yang dikembangkan oleh hypermarket adalah one stop

shopping.Keunggulan yang menjadi diferensiasinya adalah permodalan, luas ruang outlet, kelengkapan barang, teknologi maupun manajemen sehingga

mendapatkan harga yang lebih murah dibanding supermarket lain. Hypermarket

yang telah meramaikan bisnis retail di Indonesia antara lain Carrefour dan Giant 3. Perkulakan

Perkembangan bisnis supermarket berimbas positif pada bisnis perkulakan. Hingga saat ini di Indonesia beroperasi lima pusat perkulakan , yaitu PT. Alfa Retailindo, PT. Makro Indonesia, PT. Goro Batara Sakti, PT. Indo Grosir dan The Club Store. Prinsip dari bisnis perkulakan adalah menjual harga secara grosir yang relatif lebih murah, meskipun dapat juga menjual secara


(29)

eceran.Meskipun keuntungan perkulakan tidak terlalu besar untuk tiap satuan produk, namun karena kuantitas yang dijualnya dalam partai besar maka secara keseluruhan bisnis perkulakan masih mendapatkan keuntungan yang cukup besar. 4. Department Store

Merupakan sebuah toko retail dengan luas area yang bervariasi, biasanya berhubungan dengan proses retailing, penyortiran barang konsumsi yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia atau gaya hidup, self service atau pelayanan penjualan biasanya di bawah satu manajemen umum. Sebuah

department store boleh meliputi sebuah supermarket yang luasnya tidak lebih dari 2000 m

2 .

Bisnis department store di Indonesia dijalani oleh sejumlah perusahaan seperti Matahari, Ramayana, atau Rimo Department Store sedangkan peritel asing

yang memasuki bisnis departement store dalam skala besar antara lain Sogo

Department Store, Yaohan dan Seibu. Kehadiran department store asing tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja department store lokal karena segmen pasar antara department store asing dan lokal sudah jelas, di mana department store

lokal lebih berkonsentrasi untuk pasar menengah ke bawah sedangkan department store asing lebih memfokuskan pada pasar kelas atas.Persaingan department store

ini umumnya terjadi di pusat-pusat perbelanjaan mewah yang dibangun dengan konsep mall, yaitu memadukan aspek berbelanja dengan unsur rekreasi.

2.2. Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi


(30)

lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.

Persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli dasar berupa cahaya, warna dan suara diseleksi, diorganisasikan, dan diinterprestasikan (Solomon, 1996). Persepsi bersifat subyektif karena persepsi setiap individu terhadap suatu obyek akan berbeda satu sama lain. Persepsi yang dibentuk oleh seorang individu dipengaruhi oleh isi memori dan pengalaman masa lalu yang disimpan di dalam memori. Proses persepsi diawali melalui proses seleksi perseptual, yaitu persepsi yang terjadi ketika seseorang menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada berbagai informasi yang ada di dalam memori yang dimilikinya. Sebelum seleksi persepsi terjadi stimulus harus mendapat perhatian terlebih dahulu. Dua proses yang terjadi dalam seleksi ini meliputi perhatian dan persepsi selektif. Perhatian

yang dilakukan dapat terjadi secara sengaja (voluntary attention) dan tidak

sengaja (involuntary attention).Voluntary attention terjadi ketika seseorang memiliki keterlibatan tinggi terhadap sesuatu secara aktif mencari informasi

mengenai sesuatu dari berbagai sumber.Involuntary attention terjadi ketika

seseorang dipaparkan stimuli berupa hal-hal yang dapat menarik atau tidak terduga dan tidak berhubungan dengan tujuan atau kepentigan seseorang. Secara otomatik jika seseorang dipaparkan stimuli seperti itu akan langsung memberikan respon.

Proses pengorganisasian stimuli terjadi setelah konsumen melakukan proses seleksi terhadap stimuli. Dalam proses ini, konsumen mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman tersebut (Assael, 1998).


(31)

Artinya konsumen akan mengintegrasikan berbagai simulus untuk memberikan deskripsi lengkap tentang suatu obyek sehingga memudahkan mereka memproses informasi dan memberikan pengertian yang terintegrasi terhadap stimulus.

Stimulus adalah rangsangan yang di berikan oleh suatu perusahaan kepada konsumennya, agar konsumen tersebut tertarik untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang di hasilkan oleh suatu perusahaan, dan agar terjalin hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan antara pihak perusahaan dengan para konsumen.

Dari teori dan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah interpretasi beberapa stimulus yang mempengaruhi perubahan minat belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern antara lain harga, kelengkapan barang, layout, suasana dan layanan, lokasi strategis, dan promosi

Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus misalnya suara yang jernih, gambar yang jelas, Kekayaan sumber stimulus misalnya media multi-channel seperti audio-visual, persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.

Psikologis adalah pendekatan segmentasi yang di kembangkan dengan menggunakan teori-teori psikologi (Kasali, 2003:256).Psikologis adalah: Faktor- faktor kejiwaan/psikologi yang mempengaruhi perilaku seseorang di dalam proses pengambilan keputusan. Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku belanja konsumen dari retail tradisonal ke retail modern adalah trend, prestage dan pendapatan konsumen.


(32)

2.3. Stimulus Konsumen 2.3.1. Harga

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1991) harga adalah nilai barang yang di tentukan/dirupakan dengan uang/jumlah uang/alat tukar lain yang senilai, yang harus di bayar untuk produk dan jasa. Harga adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang, kalau mungkin) yang di butuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa (Fuad, 2000:129).Harga adalah jumlah uang yang di tagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang di pertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. (Kotler, 1996:340).

Menurut Busch dan houston (1985:558) Harga adalah nilai yang di berikan untuk manfaat yang di terima seseorang dari barang atau jasa. Harga menggambarkan suatu nilai dari produk atau jasa bagi pembeli maupun penjual.Suatu harga dapat di nyatakan dalam moneter atau non moneter term (Ervans, 1989:368).

Kebijakan penetapan harga ada 3, yaitu: 1. Penetapan harga di atas harga pesaing.

Cara ini dapat di lakukan kalau kita dapat meyakinkan konsumen bahwa barang yang kita jual mempunyai kualitas yang lebih baik, bentuk yang lebih menarik, dan mempunyai kelebihan-kelebihan lain dari barang yang sejenis yang telah ada di pasar.

2. Penetapan harga di bawah harga pesaing.

Kebijaksanaan ini di pilih untuk menarik lebih banyak langganan untuk barang yang baru di perkenalkan dan belum stabil kedudukannya di pasar.


(33)

3. Mengikuti harga pesaing.

Cara ini di pilih untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ke tempat lain.

Tujuan penetapan harga dapat bermacam-macam antara lain: 1. Mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

2. Mendapatkan laba sekarang maksimum. 3. Pendapatan sekarang maksimum. 4. Pertumbuhan penjualan maksimum. 5. Skimming pasar maksimum.

6. Kepemimpinan kualitas-produk. 7. Tujuan penetapan harga lainnya.

Toko yang menjual barang-barang berharga murah akan selalu di datangi kosumen. Konsumen tidak akan menanyakan besar-kecilnya toko, dan lengkap atau tidaknya barang, tapi murah atau tidaknya toko itu menjual suatu barang

(Royan, 2002:104). Harga merupakan salah satu faktor Stimulus yang penting

bagi konsumen, karena elastisitas harga (price elastisity) konsumen Indonesia tinggi. Harga yang di tawarkan oleh retail tradisional dan retail modern ada 2 yaitu:

1. Harga eceran/retail.

Harga eceran (untuk produk kering) yang di tawarkan oleh pasar tradisional adalah harga end user (konsumen akhir).Jadi harga eceran yang di tetapkan oleh pasar tradisional biasanya harga eceran tertinggi yang di sarankan oleh salesman.Sedangkan harga eceran (untuk produk kering) yang di tawarkan oleh retail modern adalah harga grosir, jadi harga eceran yang di patok oleh retail


(34)

modern lebih murah dari pada harga eceran yang di patok oleh penjual di pasar tradisional.

2. Harga Partai/grosir/Wholesaler.

Untuk harga partai/grosir (produk kering), harga yang di tetapkan oleh penjual di pasar tradisional adalah harga pokok perolehan di tambah profit margin seminimum mungkin. Hal ini sama dengan penetapan harga partai/grosir yang di patok oleh retail modern, tetapi harga partai di retail modern relatif lebih murah dari pada harga partai/grosir yang di tawarkan oleh penjual di retail tradisional, karena retail modern membeli produk dari supplier ataupun perusahaan dalam jumlah yang besar, sehingga retail modern memperoleh harga pokok pembelian serendah mungkin. Sedangkan untuk penjual di retail tradisional, biasanya membeli barang dalam jumlah yang tidak

terlalu besar, di sesuaikan dengan daya serap pasar untuk barang tersebut, dan di sesuaikan dengan kapasitas modalnya yang cenderung terbatas.

Tidak jarang pula perusahaan–perusahaan besar yang memilih supermarket/hypermarket sebagai sarana promosi untuk barangnya, dengan sistem sewa rak. Dengan menggunakan sistem ini pihak supermarket/hypermarket dan pihak perusahaan sama-sama di untungkan. Karena pihak supermarket / hypermarket akan mendapat harga yang murah dari perusahaan dan dapat memberikan harga promosi kepada konsumen, dan pihak perusahaan dapat melakukan promosi (direct promotion) produknya secara efektif dan efisien di supermarket/hypermarket tersebut.


(35)

2.3.2. Layout yang lebih menarik

Layout barang dagangan di retail modern diatur secara lebih

menarik.Barang dagang diletakkan pada rak-rak yang terkategorisasi dan eye

catching.Layout ini bisa memanjakan konsumen dalam berbelanja.Pada tingkat tertentu, layout ini dapat memunculkan keputusan belanja spontan (tak terencana) karena konsumen tertarik display barang dalam rak.

2.3.3. Suasana yang nyaman

Ritel modern menawarkan suasana belanja yang nyaman.Ritel modern mementingkan kebersihan ruangan, penerangan yang sangat cukup, fasilitas air conditioning, dan alunan musik.Tentunya, investasi yang tidak sedikit harus ditanamkan untuk menghadirkan suasana nyaman ini. Namun, penciptaan suasana

nyaman ini akan mendorong konsumen untuk stay lebih dan berbelanja dengan

tenang. Selain itu, suasana nyaman ini dapat membentuk brand image di benak konsumen sehingga mereka akan selalu memilih ritel modern untuk berbelanja.

2.3.4. Layanan penjaga outlet yang ramah

Setiap konsumen yang masuk dalam ritel modern seringkali disambut oleh salam khas oleh para penjaga outlet. Tidak peduli apakah salamnya dijawab atau tidak, begitu konsumen membuka pintu toko, penjaga otomatis mengucapkan salam itu. Selama konsumen di dalam ruangan toko, mereka siap siaga memberikan pelayanan, mulai dari menunjukkan rak di mana barang yang dicari berada sampai dengan mengambilkan barang belanjaan. Di akhir sesi, mereka mengucapkan salam lagi dan sembari mengingatkan untuk kembali berbelanja di

lain waktu. Disadari atau tidak, keramahan ini merupakan wujud dari careness


(36)

2.3.5. Lokasi yang strategis

Ritel modern dimanapun berdiri di lokasi yang strategis, dekat dengan keramaian, dan memiliki space parkir kendaraan bermotor yang cukup. Setiap orang akan setuju kalau dinyatakan bahwa lokasi yang strategis adalah salah satu pendorong atau pemicu keunggulan bersaing. Pemilihan lokasi yang strategis ini menunjukkan bahwa retail modern tidak saja menjadikan masyarakat sekitar sebagai konsumen sasaran tetapi juga mereka yang berlalu-lintas di keramaian.

2.3.6. Promosi

Ritel modern yang berjaringan secara nasional mampu menyelenggarakan promosi yang bersifat massal.Secara kolektif, ritel modern bisa mempromosikan diri secara kolektif untuk menumbuhkan minat belanja konsumen.Kegiatan promosi ini mulai dari iklan di televisi, lomba mewarnai, hadiah undian, sampai dengan souvenir belanja.Pengelolaan promosi yang teintegrasi semacam ini semakin memperkokoh branding dari retail modern pada benak konsumen dan masyarakat.

2.4. Faktor Psikologis 2.4.1. Faktor Trend

Trend adalah sesuatu yang sedang "menjamur" atau sedang disukai dan digandrungi oleh orang banyak.Cirinya mudah saja, apabila masyarakat mulai cendrung berbelanja di retail modern dibandingkan dengan retail tradisional. Istilah “trend” dalam kehidupan sehari-sehari sering digunakan untuk mengungkapkan keadaan dimana suatu hal sedang digemari atau sedang menjadi


(37)

perhatian kebanyakan orang.Selain kaitannya dengan fashion, trend pun memiliki kaitan erat dengan market business khususnya berbelanja di retail modern. Trend belanja masa depan masyarakat Indonesia adalah di mall- mall dan retail moden (Ananta&Anwar, 1996). Saat trend masyarakat dalam hal berbelanja, mulai mengarah ke retail modern (supermarket/ hypermarket), karena naiknya tingkat pendapatan perkapita masyarakat surabaya, konsumen lebih mementingkan faktor kenyamanan dan keamanan dari pada faktor harga, dan semakin banyaknya orang kaya di Indonesia. Trend hidup masyarakat perkotaan di mana eksistensi dan aktualisasi diri yang ikut mendorong perpindahan kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional ke pasar modern.

2.4.2. Faktor Prestige

Menurut Kamus Ekonomi (2000) prestige adalah suatu keadaan di mana seseorang merasa mempunyai kebanggan tersendiri, pada saat mengkonsumsi barang dan jasa tertentu yang di hasilkan oleh perusahaan. Salah satu nilai jual dari retail modern adalah faktor gengsi, karena seorang konsumen merasa lebih prestige berbelanja di retail modern dari pada di retail tradisional, karena selama ini pasar tradisional selalu identik dengan segmen kalangan bawah, dan supermarket/hypermarket identik dengan kalangan menengah ke atas. Dan Faktor prestige merupakan salah satu alasan mengapa seorang konsumen belanja di retail modern.

Salah satu nilai jual dari retail modern adalah gengsi, karena seorang konsumen merasa lebih prestige berbelanja di retail modern dari pada di retail tradisional, karena selama ini pasar tradisional selalu identik dengan segmen


(38)

kalangan bawah, dan supermarket/hypermarket identik dengan kalangan menengah ke atas.

Citra yang baik di mata konsumen tentang sebuah pasar merupakan salah satu pertimbangan konsumen dalam memutuskan tempat belanjanya. Kebanyakan konsumen Indonesia telah memiliki persepsi yang kurang baik terhadap citra retail tradisional. Ketika berbicara mengenai retail tradisional yang ada dibenak para konsumen adalah sempit, kotor, bau, semrawut, terlalu ramai, tidak aman, panas dan lain-lain. Pola pikir yang telah terbentuk tersebut menyebabkan retail tradisional sulit untuk menarik konsumen kalangan menengah ke atas dan sulit berhadapan langsung dengan retail moderen yang memberikan kenyamanan jauh dari retail tradisional. Perubahan citra terhadap retail tradisional perlu dilakukan secara bertahap agar retail tradisional tidak kehilangan konsumennya.

2.5. Faktor Pendapatan Konsumen

Pendapatan konsumen/masyarakat sangat di pengaruhi oleh Pola konsumsi masyarakat itu sendiri, dapat diterangkan dengan berbagai teori konsumsi, salah satunya menutut JM Keynes(1936) Konsumsi seseorang akan tegantung pada tingkat pendapatan yang telah diterima oleh seorang masyarakat.

Jika terjadi kenaikan pendapatan aktual maka kenaikan konsumsinya lebih kecil dari kenaikan pedapatan aktual yang diterimanya. Hal ini dikarenakan seseorang pasti menyisihkan sebagian pendapatan yang diterimanya untuk tujuan lain yaitu menabung dan membayar hutang, hal ini juga dapat di gambarkan denganRumus Menghitung Pendapatan


(39)

Dimana : Y = Pendapatan C = Konsumsi

S = Saving / Tabungan

2.6. Tingkat Perubahan Perilaku Belanja Konsumen 2.6.1. Perubahan Belanja Konsumen

Menurut Limanjaya dan Wijaya (2006: 53-64), tingkat perpindahan belanja konsumen dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Pindah

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990) pindah adalah : beralih atau bertukar tempat. Dalam hal ini pindah mempunyai pengertian bahwa konsumen beralih ke Pasar Modern dan jarang sekali berbelanja di pasar tradisional.

b. Coba-coba (trial)

Coba-coba (trial) menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990) adalah berbuat sesuatu untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Dalam hal ini coba-coba (trial) mempunyai pengertian bahwa konsumen hanya coba-coba berbelanja di pasar modern, namun tetap secara rutin konsumen tersebut berbelanja di pasar tradisional.

c. Cari alternative (switching)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990) cari alternatif (switching) mempunyai pengertian bahwa konsumen tersebut kadang- kadang berbelanja di pasar modern dan kadang-kadang juga berbelanja di pasar tradisional. Jadi perilaku belanja konsumen antara berbelanja dipasar tradisional dan belanja di pasar modern adalah 50%-50%.


(40)

Menurut Engel yang disitasi oleh Priyono (2006), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. David dan Bitta (1988) lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa. Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen menyoroti perilaku baik individu maupun rumah tangga, perilaku konsumen menyangkut suatu proses pengambilan keputusan sebelum pembelian sampai dengan mengkonsumsi produk, dan tujuan mempelajari perilaku konsumen adalah untuk menyusun strategi pemasaran yang berhasil.

Menurut Limanjaya dan Wijaya dalam Chotimah (2010) terdapat tiga jenis proses pemilihan tempat belanja konsumen dintaranya:

1. Memecahkan masalah secara luas (extended problem solving) adalah suatu

proses pengambilan keputusan dalam memilih tempat belanja dimana pelanggan memerlukan usaha dan waktu yang cukup besar untuk meneliti dan menganalisis berbagai alternatif. Pelanggan terlibat dalam pemecahanan masalah yang luas ketika sedang membuat suatu keputusan belanja untuk mencukupi suatu kebutuhan yang penting, atau ketika mereka hanya mempunyai sedikit pengetahuan tentang produk atau jasa tersebut. Ritel mempengaruhi pelanggan yang terlibat dengan pemecahan masalah yang luas dengan menyediakan informasi yang diperlukan dengan menyampaikan


(41)

informasi tentang barang dan jasa pada pelanggan dengan cara-cara yang mudah dipahami serta sekaligus meyakinkan pelanggan dengan menawarkan jaminan uang kembali. Contoh, ritel memberikan informasi tentang produk dan jasa pada pelanggan dengan menyediakan brosur yang menggambarkan barang dagangan beserta spesifikasinya.

2. Pemecahan masalah secara terbatas (limited problem solving) adalah proses pengambilan keputusan dalam memilih tempat belanja yang melibatkan upaya dan waktu yang tidak terlalu besar. Dalam situasi ini, pelanggan cenderung lebih mengandalkan pengetahuan pribadi dibanding dengan informasi ekternal. Pelanggan umumnya memilih suatu ritel dan barang dagangan yang dibeli berdasarkan pengalaman masa lalu. Pelanggan mendapatkan pengalaman situasional ketika berbelanja pada ritel atau toko tertentu, maupun pengalaman dalam pemilihan dan pembelian barang dagangan sesuai kebutuhan.

3. Pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaaan (habitual decision making) adalah proses keputusan dalam memilih tempat belanja yang melibatkan sedikit sekali usaha dan waktu. Pelangan masa kini mempunyai banyak tuntutan atas waktu mereka. Salah satu cara untuk mengurangi tekanan waktu itu adalah dengan menyederhanakan proses pengambilan keputusannya. Kesetiaan pada merek dan kesetiaan toko adalah contoh pengambilan keputusan berdasarkan kebiasaan.

2.7. Kerangka Konseptual

Penelitian ini membahas tentang tingkat persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern, dan faktor- faktor yang mempengaruhi


(42)

pergeseran konsumen dari retail tradisional beralih ke retail modern. Faktor yang menyebabkan persepsi pergeseran konsumen merubah perilaku belanjanya, dari retail tradisional beralih ke retail modern adalah faktor stimulus. Faktor stimulus terdiri dari 9, yaitu: harga murah, kelengkapan produk, layout, suasana dan layanan, lokasi, promosi, trend, prestige dan pendapatan konsumen.

Faktor stimulus merupakan faktor yang mempengaruh persepsi pegergesran konsumen dari retail tradisional beralih ke retail modern kami golongkan menjadi 3, yaitu: sekedar cobacoba (trial), cari alternatif, dan pindah. Faktor stimulus sangat berperan di dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam hal memilih tempat belanja yang akan di kunjungi. Dan konsumen dapat memutuskan tempat belanja mana yang terbaik, dan paling sesuai dengan pilihan konsumen.

Secara diagram, kerangka konsep dapat digambarkan seperti di bawah ini :

Pasar Retail Pergeseran /perilaku konsumen (Y) Coba-coba Persepsi Cari Alternatif 1.Harga 2.Lengkap 3. Layout 4. Suasana & Layanan 5. Lokasi 6. Promosi 7. Trend 8. Prestige 9. Pendapatan Pindah Retail Modern Persepsi 1.Harga 2.Lengkap 3. Layout 4. Suasana & Layanan 5. Lokasi 6. Promosi 7. Trend 8. Prestige


(43)

Gambar 2.1 kerangka Konseptual 2.8. Hipotesis Peneltian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada peningkatan pendapatan bergesernya belanja konsumen dari retail

tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. 2. Ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail

modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

3. Ada pengaruh Positif persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di

retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

4. Ada pengaruh Positif persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di Kecamatan Marelan di Kota Medan yaitu: disepanjang jalan Marelan Raya dari Kelurahan Tanah Enam Ratus sampai Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Objek penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di retail tradisional dan retail modern. Waktu penelitian ini dilaksanakan 3 ( tiga ) bulan yang dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Nazir (2005: 54) menyatakan bahwa: penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan anatar fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini adalah riset kausal, riset kausal merupakan tipe riset konklusif yang bertujuan untuk menentukan hubungan sebab akibat dari suatu fenomena. Dan pembuktian teori serta untuk mengetahui adanya perbedaan persepsi deskriptif.


(45)

3.3. Populasi dan Sampel

Menurut Usman dan Akbar (1995:182), sampel ialah sebagian anggota yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling, yang digunakan agar dapat:

1. Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili

populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan.

2. Lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak.

3. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berkunjung ke retail tradisionil berjumlah 471 dan retail modern berjumlah 478 konsumen. Untuk efisiensi penelitian dilakukan penarikan sampel dengan metode proforsional random samplingSampel dari penelitian ini adalah konsumen dari retail tradisional dan retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Untuk menentukan besarnya jumlah sampel debgan mengunakan Slovin (Umar, 2003) yaitu:

� =1+NNε ²

Dimana :

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

e = nilai kritis = 10% (0,10)

Dengan demikian jumlah sampel di retail tradisionil adalah: � =1+(471471)(0

,1)2


(46)

Retail modern adalah:

� =1+ 478 (478)(0,1)2

n = 49,91...dibulatkan menjadi 50 sample.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dalam pengumpulan

data peneliti menggunakan Data primer (primary data) adalah data yang

dikumpulkan langsung melalui obyeknya (sumber pertama) melalui daftar pernyataan atau kuesioner. Daftar pernyataan dibuat sedemikian rupa sehingga obyektivitasnya atau tujuannya menjadi jelas bagi pihak responden.

3.5. Jenis dan sumber data

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang di butuhkan dalam penyelesaian, penelitian ini di perikan langsung kepada responden yaitu konsumen retail tradosional dan retail modern berupa dokumentasi dengan pengumpulan bahan buku , catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip.

3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap suatu variabel dengan menspesifikasi kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur memanipulasinya. (Sularso, 2003:50). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Variabel bebas (Independen) Persepsi (a) , dan memiliki 9 indikator yaitu harga (x1), kelengkapan (x2), layout (x3),


(47)

suasana dan pelayanan (x4), lokasi (x5), promosi (x6), trend (x7), prestage (x8), pendapatan konsumen (x9) Variabel terikat (Dependen) Prilaku konsumen (y) dengan indikator yaitu berpindah (y1), coba-coba (y2), cari alternatif (y3),

Tabel 3.1. Definisi Operasional No Variabel penelitian Definisi

Operasional

Parameter Skala

1 Variabel bebas

(Independen) Persepsi (x) Interpretasi beberapa stimulus yang mempengaruhi perubahan minat belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern di kecamatam Medan Marelan, kota Medan harga, kelengkapan barang, layout, suasana dan layanan, lokasi

strategis, dan promosi,trend, prestage, pendapatan konsumen

Likert

2 Variabel terikat

(Dependen) Perilaku Belanja Konsumen (y) Tingkat perubahan perilaku belanja konsumen dari retail tradisional ke retail modern

1. Pindah

2. Cari alternative 3. Coba- coba

Likert

3.7.Teknik Analisa Data 3.7.1. Uji Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam mengukur apa yang ingin diukur. Dalam pengujian instrument pengumpulan data, validitas bias dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total


(48)

keseluruhan faktor), sedangkan pengukuran validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji untuk memastikan apakah kuesioner penelitian yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data variabel penelitian reliabel atau tidak. Kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut dilakukan pengukuran berulang, akan medapatkan hasil yang sama.

3.8. Uji Asumsi Klasik 3.8.1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen.

3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). (Ghozali, 2005).


(49)

3.8.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena

dataini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar) (Ghozali, 2005).

3.8.3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. (Ghozali, 2005).

3.8.4. Uji Linieritas

Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Adapun ringkasan hasil uji linearitas dan keberartian regresi linieritas yang dilakukan menggunakan alat bantu program SPSS versi 19.0

3.8.5. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t -1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya . Masalah ini timbul karena residual ( kesalahan pengganggu ) tidak bebas dari observasi ke


(50)

observasi lainnya. Hal ini sering ditentukan pada data runtut waktu (timeseries karena gangguan pada seorang kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada kelompok yang sama pada periode berikutnya

3.9. Metode Analisa

3.9.1. Analisis Logistic Regression

Pengujian untuk masalah pertama yaitu Pada Tingkat Pendapatan berapa pergeseran konsumen berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Diuji dengan menggunakan metode analisa Logistic regression, dimana analisa Logistic regression sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan yaitu untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel continue (metric) dan kategorial (non metric ). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan logistic regression karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Jadi Logistic regression umumnya dipakai jika asumsi multivariate normal distribution tidak terpenuhi. (Ghozali 2001)

3.9.2. Analisis Mann – Whitney U – Test

Untuk menjawab hipotesis masalah kedua yaitu Apakah ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Menggunakan Analisis Mann – Whitney U- Test, dimana pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel independent bila datanya berbentuk ordinal test .


(51)

Bila dalam suatu pengamatan data berbentuk interval. Maka perlu dirubah dulu ke dalam data interval. Sebenarnya dapat menggunakan t test untuk pengujiannya. Tetapi bila asumsi t – test tidak dipenuhi ( Misalnya data harus normall) maka tes ini tidak dapat digunakan. (Sugiyono 2003).

3.9.3. Analisis Uji Beda

Analisis Uji Beda ini juga digunakan untuk menjawab hipotesis kedua yaitu Apakah ada perbedaan persepsi pergeseran konsumen dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Marelan, dimana metode analalsis Uji Beda (t test) ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua populasi/ kelompok data yang independen. Tujuan penggunaan metode analisis adalah untuk mengetahui adanya perbedaan persepsi konsumen terhadap retail tradisional dengan persepsi konsumen terhadap retail modern.

Rumus matematis dari t test yang digunakan dalam penelitian ini adalah: �= ���− ���

����2

���+�� �2

���

dimana :

Xa = rata-rata kelompok persepsi konsumen terhadap retail tradisional Xb = rata-rata kelompok persepsi konsumen terhadap retail modern

Sa = standar deviasi kelompok persepsi konsumen terhadap retail tradisional Sb = standar deviasi kelompok persepsi konsumen terhadap retail modern na = jumlah sampel kelompok persepsi konsumen terhadap retail tradisional nb = jumlah sampel persepsi konsumen terhadap retail modern


(52)

3.9.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi menguji hipotesa ketiga dan keempat yaitu Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja di retail tradisional di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan dan Apakah ada pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku berbelanja retail modern di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Analisa regresi linier berganda ini dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel berupa hubungan kausal atau fungsional. Analisis regresi digunakan apabila ingin mengetahui bagaimana variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau prediktor, secara individual.Penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda yang berguna untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi, analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua (Sugiyono, 1999).

Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen atau bebas yaitu harga (X1), kelengkapan produk (X2), layout (X3), suasana dan layanan (X4), lokasi (X5), promosi (X6), trend (X7), prestige (X8) dan pendapatan konsumen (X9) terhadap perilaku berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan (Y).

Fungsi matematis Y= f (x1,x2,x3,x4,x5,x6,x7,x8,x9) Fungsi ini ditransfer kedalam model :

Rumus matematis dari regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(53)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8+ b9X9 + e Keterangan:

Y = Perilaku berbelanja retail tradisional a = constanta

b1 = Koefisien regresi antara harga dengan perpindahan berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan

b2 = Koefisien regresi antara kelengkapan produk dengan perilaku berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan b3 = Koefisien regresi antara layout dengan perilaku berbelanja dari retail

tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan

b4 = Koefisien regresi antara suasana dan layanan dengan perilaku berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan b5 = Koefisien regresi antara lokasi strategis dengan perilaku berbelanja dari

retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan

b6 = Koefisien regresi antara promosi dengan perilaku berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan

b7 = Koefisien regresi antara trend dengan perilaku berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan

b8 = Koefisien regresi antara prestige konsumen dengan perilaku berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan

b8 = Koefisien regresi antara pendapatan konsumen dengan perilaku

berbelanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan


(54)

X2 = Kelengkapan produk

X3 = Layout

X4 = Suasana dan layanan X5 = Lokasi

X6 = Promosi X7 = Trend X8 = Prestige

X9 = Indikator pendapatan konsumen e = error disturbances

3.9.5. Uji Parsial (Uji t)

Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas secara parsial atau individual terhadap variabel terikat.

1. Merumuskan hipotetis statistik

a. H0 : βi = 0

Variabel independen secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

b. H1 : βi > 0

Variabel independen secara parsial berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

2. Mengukur taraf signifikansi

a. Probabilitas < 0,05 = H0 ditolak dan H1 diterima b. Probabilitas > 0,05 = H0 diterima dan H1 ditolak


(55)

3.9.6. Uji Simultan (Uji F)

Uji F yaitu suatu uji untuk mengetahui pengaruh variabel bebas, yaitu secara simultan terhadap variabel terikat, yaitu Perilaku Berbelanja (Y).

Tahapan pengujian hipotesis secara simultan dapat dilihat, sebagai berikut : harga (x1), kelengkapan (x2), layout (x3), suasana dan pelayanan (x4), lokasi (x5), promosi (x6), trend (x7), prestage (x8), pendapatan konsumen (x9).

1. Merumuskan hipotesis statistik

a. H0 : β1 = β2 = β3= 0

Variabel independen yaitu harga (x1), kelengkapan (x2), layout (x3), suasana dan pelayanan (x4), lokasi (x5), promosi (x6), trend (x7), prestage (x8), pendpatan konsumen (x9)secara simultan tidak berpengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu perilaku berbelanja.

b. H1 : β1, β2, β3 > 0

Variabel independen yaitu harga (x1), kelengkapan (x2), layout (x3), suasana dan pelayanan (x4), lokasi (x5), promosi (x6), trend (x7), prestage (x8), pendpatan konsumen (x9) secara simultan berpengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu perilaku berbelanja.

2. Mengukur taraf signifikansi

Pada tahap ini mempunyai kesamaan pada pengujian hipotesis secara simultan yaitu dengan menggunakan probabilitas sebesar 0,05 (5%) dengan kriteria sebagai berikut :

a. Probabilitas < 0,05 = H0 ditolak dan H1 diterima b. Probabilitas > 0,05 = H0 diterima dan H1 ditolak.


(56)

3.9.7. Koefisien Determinasi (R)2

Koefisien determinasi (R)2 persamaan regresi berguna untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh semua variabel independen tehadap nilai variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi dari 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati nol besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi, maka semakin kecil pula pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen. Sebaliknya, semakin mendekat satu besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi, maka semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen (Algifari, 2003).

Nilai adjusted (R)2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan nilai adjusted (R)2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted (R)2 negatif, maka nilai adjusted (R)2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai (R)2 = 1, maka Adjusted (R)2 = (R)2 = 1 sedangkan jika nilai (R)2 = 0, maka adjusted (R)2 = (1 – k)/(n – k). Jika k > 1,maka adjusted (R)2 akan bernilai negatif (Ghozali, 2005).


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Kecamatan Medan Marelan

Gambar 4.1. Peta Kecamatan Medan Marelan 4.1.1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Medan Marelan

Kecamatan Medan Marelan terletak di wilayah Utara Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Deli Serdang, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Deli Serdang, Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan Kecamatan Medan Marelan dengan luas wilayahnya 44,47 km2 Kecamatan Medan Marelan dengan penduduknya berjumlah 140.414 Jiwa (2011). Medan Marelan

4.1.2. Kependudukan wilayah Kecamatan Medan Marelan

Dilihat Dari Kependudukan Kecamatan Medan Marelan berjumlah 140.414 ribu jiwa.terdiri dari 5 kelurahan yaitu Tanah Enam Ratu dengan jumlah


(58)

Penduduk 2.076 jiwa, Kelurahan Rengas Pulau dengan jumlah penduduk 3.722 Penduduk, selanjutnya Kelurahan Terjun dengan Jumlah Penduduk 1.208 Penduduk, selanjutnya adalah Kelurahan Paya pasir dengan jumlah penduduk 1.178 dan labuhan Deli dengan Jumlah penduduk 593 penduduk. Dilihat dari pendidikan SD terdiri 54 buah, SLTP terdiri dari 15 buah, dan SMA sebanyak 10 buah. Di Kecamatan Medan Marelan terdiri dari 2 buah Pasar Tradisional dan 15 buah Pasar grosir.

Gambar 4.2. Gambaran Perkembangan Retail

Tabel 4.1 Data Retail Modern di Kecamatan Medan Marelan

No

Nama retail modern Suzuya Indomaret Alfamart Mandiri Irian Cool

mart

Smart

shop Irit Anugerah

Jlh 1 7 1 1 1 1 1 1 1

Data : Kuisioner

4.2. Karakteristik Responden

Sebagai awal proses analisis dalam hasil penelitian ini, dilakukan analisis terhadap karakteristik responden yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan.Jumlah responden yang menjadi objek

Pergeseran


(59)

penelitian adalah 100 responden yang terdiri dari 50 responden di retail tradisionil dan 50 responden di retail modern yang berada di kecamatan Medan Marelan, kota Medan (terlampir)

4.2.1. Jenis Kelamin

Berikut di bawah ini karakterik responden berdasarkan jenis kelamin yang diperoleh dari retail tradisional dan retail modern:

Tabel 4.2.Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Retail Jenis Kelamin

Pria Frekuensi Wanita Frekuensi

Tradisional 22 44 % 28 56 %

Modern 13 26 % 37 74 %

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diperoleh data, dari 50 orang jumlah responden di Retail Tradisional terdapat berjenis kelamin pria sebanyak 44% atau 22 orang. Responden wanita sebanyak 56% atau 28 orang. Ini berarti dalam penelitian di Retail Tradisional terdapat responden wanita lebih banyak jumlahnya dari pada responden pria. Sedangkan dari 50 orang jumlah responden di Retail Modern terdapat responden berjenis kelamin pria sebanyak 26% atau 13 orang. Responden wanita sebanyak 74% atau 37 orang. Ini berarti dalam penelitian di Retail Moder terdapat responden wanita lebih banyak jumlahnya dari pada responden pria.

4.2.2 Jenis Pekerjaan

Berikut di bawah ini karakterik responden berdasarkan jenis pekerjaan yang diperoleh dari retail tradisional dan retail modern:


(60)

Tabel 4.3. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Retail Belum Bekerja Buruh Ibu RT Pekerjaan (orang) PNS Pegawai Swasta Wiraswasta

Tradisional 1 7 14 2 9 17

Modern 2 5 20 1 14 8

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diperoleh data, dari 50 orang jumlah responden di Retail Tradisional terdapat responden yang terbesar berjenis pekerjaan wiraswasta sebanyak 34% atau 17 orang dan jenis pekerjaan yang terkecil belum bekerja sebanyak 2% atau 1 orang. Sedangkan dari 50 orang jumlah responden di Retail Modern terdapat responden yang terbesar berjenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 40% atau 20 orang dan jenis pekerjaan yang terkecil belum bekerja sebanyak 4% atau 2 orang.

4.2.3 Jenis Tingkat Pendidikan

Berikut di bawah ini karakterik responden berdasarkan jenis tingkat pendidikan yang diperoleh dari retail tradisional dan retail modern:

Tabel 4.4. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Tingkat Pendidikan

Retail

Tingkat Pendidikan (orang)

SD SLTP SMU Diploma 3

Perguruan Tinggi

Tradisional 9 8 28 3 2

Modern 2 4 33 7 4

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diperoleh data, dari 50 orang jumlah responden di Retail Tradisional terdapat responden yang terbesar tingkat pendidikan SMU sebanyak 56% atau 28 orang dan tingkat pendidikan terkecil terdapat pada perguruan tinggi sebanyak 2% atau 1 orang. Sedangkan dari 50 orang jumlah responden di Retail Modern terdapat responden yang terbesar


(61)

tingkat pendidikan SMU sebanyak 66% atau 33 orang dan tingkat pendidikan terkecil terdapat pada pendidikan SD sebanyak 4% atau 2 orang.

4.3. Persepsi Hasil Jawaban Responden 4.3.1. Persepsi Variabel Harga (X1)

Harga adalah jumlah uang yang di tagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang di pertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Dalam penelitian ini, yang di maksud dengan harga, yaitu satuan nilai uang yang di tetapkan oleh pihak pengelola retail modern dan retail tradisional. Pengukuran jawaban pernyataan-pernyataan tersebut di atas menggunakan skala interval kesetujuan berjenjang nilai 5 menujukkan sangat murah, nilai 4 menunjukkan murah, nilai 3 menunjukkan cukup murah, nilai 2 menunjukkan mahal dan nilai 1 menunjukkan sangat mahal.

Distribusi jawaban responden mengenai variabel harga pada retail tradisional dan retail modern dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Harga (X1)

Retail

Sagat

Murah Murah

Cukup

Murah Mahal

Sangat

Mahal Total Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Tradisional 0 0 16 32 29 58 5 10 0 0 50 100

Modern 0 0 14 26 36 72 0 0 0 0 50 100

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas di retail tradisional dari 50 orang jumlah responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan pernyataan harga yang ditawarkan yaitu cukup murah sebesar 58% atau 29 orang, pada bagian harga yang ditawarkan murah yaitu 32% atau 16 orang, dan pada bagian harga yang ditawarkan mahal hanya sebesar 10% atau 5 orang.


(62)

Tabel 4.5 di atas juga menjelaskan di retail modern dari 50 orang jumlah responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan pernyataan harga yang ditawarkan di retail modern yaitu cukup murah sebesar 72% atau 36 orang dan pada bagian harga yang ditawarkan murah yaitu 26% atau 14 orang. Pada retail tradisional dan modern bahwa mayoritas hasil jawaban responden adalah harga yang ditawarkan cukup murah.

4.3.2. Persepsi Variabel Kelengkapan Produk (X2)

Kelengkapan produk (X2) adalah menjual barang- barang dengan komplit. Dalam penelitian ini, yang di maksud dengan kelengkapan produk, yaitu: lengkap atau tidaknya jumlah ketersediaan produk yang di tawarkan oleh pihak pengelola

retail. Pengukuran jawaban pernyataan- pernyataan tersebut di atas menggunakan skala interval kesetujuan berjenjang dengan nilai 5 menujukkan sangat lengkap, nilai 4 menunjukkan lengkap, nilai 3 menunjukkan cukup lengkap, nilai 2 menunjukkan kurang lengkap dan nilai 1 menunjukkan sangat kuranga lengkap. Distribusi jawaban responden mengenai variabel kelengkapan produk pada retail tradisional dan retail modern dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6. Persepsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kelengkapan Produk (X2)

Retail

Sangat

Lengkap Lengkap

Cukup Legkap

Kurang Lengkap

Sangat Kurang Lengkap

Total Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Tradisional 2 4 2 4 31 62 14 28 1 2 50 100

Modern 16 32 14 28 10 20 10 20 0 0 50 100

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas di retail tradisional dari 50 orang jumlah responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan pernyataan kelengkapan produk yaitu cukup lengkap sebesar 62% atau 31 orang, pada bagian


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)