Kehadiran pasar modern dapat menimbulkan dampak negatif terhadap eksistensi pasar tradisional yang digerakkan oleh para pengusaha kecil , menengah
dan koperasi seperti pengurangan pola jam kerja dan pengurangan volume penjualan serta persaingan dalam bentuk lain, sehingga diperlukan bentuk tatanan
perekonomian yang memungkinkan berkembangnya potensi ekonomi masyarakat dan terjadinya interaksi yang saling menguntungkan diantara para pelaku ekonomi.
Tatanan itu dapat terwujud melalui pola kemitraan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil dan koperasi Departemen Perdagangan, 2005.
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pergeseran pasar dari tradisional ke modern telah dilakukan, antara lain hasil survei AC Nielsen, pada tahun 2004 yang
menyatakan bahwa jumlah pasar tradisional di Indonesia telah mencapai 1,7 juta atau sebesar 73 persen dari keseluruhan pasar yang ada. Sedang sisanya sebanyak
27 persen berupa pasar modern. Namun ternyata laju pertumbuhan pasar modern jauh lebih tinggi dibandingkan pasar tradisional. Pertumbuhan pasar tradisional
sebesar 5 persen per tahun sedang pasar modern mencapai 16 persen. Dilihat dari organik pasar modern, minimarket mempunyai pasar sebesar 5 persen dengan laju
pertumbuhan sebesar 15 persen sedangkan untuk supermarket pangsa pasarnya mencapai 17 persen dengan tingkat pertumbuhan 7 persen. Sementara hypermarket
besar pasarnya 5 persen dengan laju pertumbuhan 25 persen per tahun. Bila dirata- ratakan tingkat pertumbuhan pasar modern sebesar 16 persen setiap tahunnya.
Dengan besar pasar dan tingkat pertumbuhan kedua pasar yang berbeda jauh,
maka lambat laun pasar-pasar tradisional akan tergantikan. Besarnya eliminasi dari pasar tradisional menurut perhitungan AC Nielsen setiap tahunnya mencapai 1,5
persen Nafi, 2004. AC Nielsen Indonesia juga menemukan fakta mengenai penurunan pangsa
penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional seperti yang terlihat pada Tabel 2.1. Pada tahun 2001 pasar tradisional masih menguasai pangsa sebesar
75,2 persen dari total penjualan barang-barang konsumsi di dalam negeri. Namun sumbangan penjualan pedagang di pasar tradisional mengalami penurunan menjadi
hanya sebesar 67,6 persen pada tahun 2005.
Tabel 2.1. Pangsa Penjualan Barang Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Tradisional dan Modern Tahun 2001-2005
Tahun Pasar Modern
Pasar Tradisional
2001 24,8 75,2 2002 25,1 74,8
2003 26,3 73,7 2004 30,4 69,6
2005 32,4 67,6
Sumber : Silitonga, 2006.
AC Nielsen Indonesia menaksir nilai belanja produk kebutuhan sehari-hari pada tahun 2004 sebesar 57,24 triliun rupiah dengan rincian pasar modern 18,55 triliun
dan pasar tradisional 38,70 triliun. Penelitian lain yang dilakukan oleh AC Nielsen pada tahun 2005
menyebutkan bahwa di negara-negara Asia Pasifik kecuali Jepang, pada tahun 1999-2004 rasio keinginan masyarakat berbelanja di pasar tradisional cenderung
menurun sedangkan di pasar modern meningkat.
Tabel 2.2. Rasio Keinginan Masyarakat Berbelanja di Pasar Tradisional dan di Pasar Modern Tahun 1999-2004 Studi Kasus : Negara-negara
Asia Pasifik
Tahun Pasar Modern
Pasar Tradisional
1999 35 65 2000 37 63
2001 40 60 2002 43 52
2003 44 56 2004 47 53
Sumber : Departemen Perdagangan, 2006.
2.3. Kerangka Pemikiran