Kemitraan Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Perdagangan Eceran

Pertumbuhan pasar tradisional harus tetap didorong untuk tumbuh dan berkembang baik di perkotaan maupun di pedesaan, termasuk untuk meningkatkan kemandirian koperasi dan pengusaha kecil dan menengah agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan dan pertumbuhan pasar modern serta kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan berkembang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan perekonomian. 2. Pembangunan Pasar Pembangunan sarana pasar harus di lokasi dengan peruntukannya menurut Rencana Tata Ruang Wilayah. Pembangunan pasar modern juga diwajibkan menyertakan Analisa Dampak Lingkungan AMDAL dengan penekanan pada aspek kajian sosial ekonomi khususnya pembinaan dan pengembangan koperasi dan pengusaha kecil. a. Lokasi pasar modern harus mempertimbangkan keberadaan koperasi, pengusaha kecil dan menengah serta pasar tradisional b. Pembangunan dan pengembangan sarana pasar diprioritaskan bagi koperasi dan pengusaha kecil c. Pengusaha besar yang akan membangun sarana pasar, wajib bermitra dengan koperasi dan pengusaha kecil, baik dalam hal kepemilikan, pembangunan, pengelolaan maupun pengembangan.

5.4.2. Kemitraan

Kemitraan adalah bentuk kerjasama usaha antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, menengah dan koperasi disertai dengan kegiatan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar atas dasar prinsip saling menguntungkan. Kemitraan tersebut dilakukan dengan pola yang sesuai dengan sifat dan karakteristik usaha yang dimitrakan sehingga akan tercipta suatu sistem atau mekanisme yang dapat menciptakan praktek usaha yang sehat dan kompetitif. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang atau Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau besar dengan syarat kemitraan, maka bidang atau jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah dan besar dengan persyaratan kemitraan dengan usaha kecil adalah melalui berbagai bentuk pola kemitraan yang terdiri dari penyertaan saham, inti plasma dan subkontraktor atau waralaba atau dagang umum. Kebijakan di bidang kemitraan ini diharapkan mampu menopang upaya penataan dan pengembangan pasar tradisional maupun pasar modern dengan didukung oleh infrastruktur lainnya secara sinergi. Arah kebijakan pemerintah dalam pola kemitraan adalah untuk menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya melalui pemberian kesempatan dalam berbagai kegiatan ekonomi bagi para pelaku ekonomi. Peraturan dalam bentuk Keputusan Menteri mengenai penataan dan pembinaan pasar bila dikaitkan dengan hasil penelitian mengenai pergeseran ini cukup berpengaruh karena pada periode 2000 dan 2005 jumlah pembangunan pasar modern telah mulai berkurang dibandingkan dengan periode 1995 dan 2000. Salah satu penyebabnya diduga karena berlakunya peraturan mengenai penataan dan pembinaan pasar walaupun belum sepenuhnya berhasil karena pasar tradisional masih mengalami pertumbuhan yang negatif. Selain itu, dalam perkembangannya sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka implementasi Keputusan Menteri tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar dan pertokoan dianggap sudah tidak aspiratif karena adanya beberapa masalah, antara lain: 1. Kerjasama kemitraan sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan usaha kecil, menengah, koperasi dan pasar tradisional belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena implementasinya tergantung kepada masing-masing peritel besar. 2. Tidak adanya kejelasan atau terjadi tumpang tindih antara fungsi perdagangan eceran dengan fungsi grosir atau pedagang besar. 3. Pembinaan dan penataan pasar dan pertokoan antar daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda. 4. Pelaksanaan Keputusan Bersama kurang koordinatif sehingga pembinaan dan penataan pasar dan pertokoan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda serta adanya penguasaan lahan yang relatif luas, di tempat strategis oleh ritel skala besar yang diduga dapat mengganggu keberadaan pedagang kecil, menengah, koperasi dan pasar tradisional yang sudah ada sebelumnya. 5. Pembentukan peraturan perundang-undangan berdasarkan Undang-undang No.10 Tahun 2004 dalam pasal 7 ayat 1 ditegaskan bahwa Peraturan Menteri PERMEN tidak termasuk dalam jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan yaitu: 1 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2 Undang-undangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang; 3 Peraturan Pemerintah; 4 Peraturan Presiden dan 5 Peraturan Daerah. Hal ini berdampak kurang diakuinya Peraturan Menteri dalam pembuatan peraturan daerah walaupun Peraturan Menteri diakui keberadaanya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi ayat 4 Undang-undang No.10 Tahun 2004. Untuk mengatasi masalah perihal Keputusan Menteri yang kurang aspiratif maka pemerintah melalui Departemen Perdagangan saat ini sedang menyiapkan draft kebijakan berupa Peraturan Presiden tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Modern dan Toko Modern sebagai pedoman hukum bagi pembinaan perdagangan eceran secara nasional dengan pokok-pokok pengaturan antara lain: 1. Pendirian atau pengusahaan pasar modern dan toko modern harus sesuai dengan Rencana Umum dan Tata Ruang Wilayah RUTRW dan harus memperhatikan keberadaan pasar tradisional dan usaha kecil yang telah ada sebelumnya serta dilakukan secara terintegrasi dalam pasar modern dengan melibatkan pedagang kecil didalamnya. 2. Permohonan Izin Prinsip Pendirian Pasar Modern IP3M dan Izin Prinsip Pendirian Toko Modern IP2TM berada pada Bupati atau Walikota dan khusus untuk pemerintah Propinsi DKI Jakarta berada pada Gubernur dengan melampirkan rencana pendirian dan atau pengusahaan pasar modern dan atau toko modern disertai dokumen pendukung studi kelayakan dan studi AMDAL serta rencana kemitraan dengan usaha kecil, menengah dan koperasi. 3. Penerbitan IP3M dan IP2TM setelah mendapat pertimbangan dan rekomendasi dari Tim Penataan Pasar Modern dan Toko Modern TP2TM yang dibentuk oleh Bupati atau Walikota atau Gubernur untuk pemerintah Propinsi DKI Jakarta, yang keanggotaannya terdiri dari unsur dinas terkait, asosiasi pengusaha ritel yang diakui oleh pemerintah dan lain-lain yang dianggap perlu. 4. Setiap penanggungjawab usaha pasar modern dan atau toko modern wajib melaksanakan kemitraan dengan usaha kecil, menengah dan koperasi. 5. Pelanggaran terhadap Peraturan Presiden ini akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku atau sanksi administratif yang akan ditentukan lebih lanjut oleh Peraturan Menteri. 6. TP2TM dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota atau Gubernur khusus untuk pemerintah Propinsi DKI Jakarta. 7. Kewenangan penerbitan Izin Usaha Pasar Modern IUPM dan Izin Usaha Toko Modern IUTM berada pada menteri. Namun demikian kewenangan menteri dapat diserahkan atau dilimpahkan baik kepada Bupati atau walikota atau Gubernur untuk pemerintah Propinsi DKI Jakarta. 8. Pasar modern atau toko modern dapat melakukan kegiatan usaha setelah memiliki IUPM atau IUTM. 9. Toko Modern yang berada di dalam pasar modern tidak diwajibkan memiliki IUPM tetapi wajib memiliki IUTM. Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah memiliki tujuan yang sangat baik. Hanya saja dalam pelaksanaannya di lapangan kelak diperlukan ketegasan dan koordinasi dengan pemerintah-pemerintah di daerah. Sebab, dalam era otonomi ini banyak pemerintah di daerah yang justru mengundang kehadiran pasar modern di wilayahnya. Alasannya adalah demi Pendapatan Asli Daerah PAD dan mengurangi pengangguran. Selain itu, pemerintah pusat maupun daerah harus lebih serius lagi dalam menata dan membina pasar modern. Perusahaan- perusahaan pengelola pasar di daerah jangan hanya menjadikan pasar sebagai objek retribusi namun pengelola pasar juga harus memiliki sistem manajemenn perusahaan yang inovatif dan kreatif. Selain melalui bentuk kebijakan, upaya untuk memberdayakan pasar tradisional di tengah persaingan ketat dalam bisnis ritel dilakukan oleh pemerintah melalui perbaikan sarana dan prasarana pasar yang bekerjasama dengan pihak swasta. Kerjasama tersebut antara lain dilakukan pemerintah melalui Departemen Perdagangan. Departemen Perdagangan siap memfasilitasi pihak swasta yang berminat membangun pusat distribusi, yang menjadi pemasok bagi pedagang kecil, sehingga harga jual produk di pasar tradisional menjadi lebih kompetitif. Dengan pendirian pusat distribusi, maka pedagang dapat mengakses langsung ke pihak industri dan mampu menegosiasikan harga. Hal itu selama ini tidak mampu dilakukan oleh pedagang sendiri. Beberapa perusahaan swasta sudah menyatakan minatnya. Namun terkendala dengan ketiadaan lahan yang dijadikan gudang penyimpanan barang. Posisi swasta sebagai pemasok merupakan suatu peluang bisnis yang banyak dilirik, sekalipun penerima pasokan barangnya adalah pedagang di pasar tradisional yang tergolong kelas kecil dan menengah. Sebagai gambaran peluang bisnis itu, jika sebuah pusat distribusi melayani 300 toko di pasar tradisional yang masing-masing beromzet lima juta rupiah per hari, maka transaksi yang dikelola pusat distribusi minimal 1,5 miliar rupiah. Seandainya untung yang bisa diperoleh 2 persen dari transaksi itu, maka pusat distribusi bisa menghasilkan 30 juta rupiah per hari. Ini merupakan peluang bisnis yang banyak dilirik. Namun, niat untuk membangun pusat distribusi masih teganjal oleh adanya kendala keterbatasan lahan. Untuk keperluan memasok sekitar 300 toko di pasar tradisional dibutuhkan lahan pusat distribusi seluas enam sampai tujuh hektar sedangkan dana yang investasi yang dibutuhkan adalah sekitar 50 miliar Departemen Perdagangan, 2006. Pembangunan pusat distribusi bukan merupakan satu-satunya cara yang ditempuh untuk memberdayakan pasar atau pedagang tradisional. Cara lain yang dilakukan untuk meningkatkan peranan pasar tradisional adalah dengan membangun sebuah pasar tradisional modern seperti yang dilakukan di Bumi Serpong Damai BSD atau dengan merenovasi pasar tradisional seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Pasar tradisional modern merupakan sebuah konsep pasar yang baru dikelola oleh BSD. Ciri-ciri khas dari pasar tradisional modern adalah kebersihan tempat berjualan sangat dijaga dengan sistem drainase keamanan terus menerus sepanjang hari, tempat parkir yang teratur baik untuk mobil maupun motor selanjutnya adalah lapak-lapak tempat berjualan bagi para pedagang tradisional yang sudah dikelompokkan cluster, pemanfaatan bagian luar pasar untuk kafe tenda, manajemen pasar dikelola secara profesional yaitu ada tata tertib tertulis yang yang harus ditaati oleh para pedagang pasar, pembayaran hanya dilakukan melalui kasir sehingga tidak terjadi pungutan-pungutan liar, jumlah SDM yang sedikit karena untuk sistem outsources untuk pengelolaan parkir, keamanan dan kebersihan diserahkan kepada perusahaan yang sangat berkompeten sehingga hasilnya menjadi optimal. Konsep pasar tradisional modern adalah tetap pasar tradisional yang artinya para pembeli dan pedagang dapat tawar menawar harga barang yang dijual bukan harga tetap. Para pedagang di bagian tengah berjualan dengan konsep tempat lapak dan pedagangnya adalah pedagang tradisional yang berasal dari pasar tradisional sebelumnya yang berada di sekitar BSD. Berbeda dengan konsep pasar tradisional modern yang dikembangkan di BSD, Pemerintah Propinsi Pemprop DKI Jakarta berusaha memberdayakan pasar tradisional dengan cara merubah kesan kumuh pasar tradisional. Untuk merubah kesan tersebut, Pemprop DKI melalui PD Pasar Jaya akan merenovasi pasar tradisional menjadi pasar yang lebih modern dan jauh dari kesan kumuh. Peremajaan pasar tradisional merupakan upaya modernisasi pasar yang akan berdampak pada perubahan pandangan masyarakat dari kesan kumuh, bau tidak sedap dan tidak nyaman agar pasar tradisional dapat bersaing dengan supermarket yang berkembang pesat di Jakarta. Pasar yang dijadikan percontohan untuk proyek renovasi adalah Pasar Cibubur Jakarta Timur serta Pasar Tugu di Jakarta Utara. Pasar percontohan tersebut telah memenuhi syarat sebagai pasar yang dibutuhkan masyarakat dengan disediakannya ruangan khusus bagi perokok di tiap lantai, membuat sumur resapan, perlengkapan pemadam kebakaran dan mesin pengolah limbah. Pasar tradisional yang akan direnovasi direncanakan sebanyak 20 unit dari total pasar tradisional sekitar 161 unit, dan diperkirakan memerlukan anggaran sekitar 200 miliar. Renovasi pasar yang akan mengalami peremajaan diutamakan untuk pasar bekas pasar Inpres atau pasar kelas C. Pembangunan pasar Cibubur sendiri menghabiskan biaya sekitar 45,8 miliar sedangkan untuk Pasar Tugu diperkirakan sebesar 10,3 miliar. Harga jual tempat usaha di kedua pasar berkisar antara 6,6 juta rupiah sampai 14,8 juta rupiah per meter persegi untuk jangka waktu 20 tahun. Berarti bila dirata-ratakan setiap bulannya penyewa harus membayar sekitar Rp. 110.000 hingga Rp. 240.000 per tempat usaha.

5.5. Beberapa Keterbatasan dalam Penelitian Ini