Pengaruh Structural Capital Efficiency SCE terhadap tingkat Intellectual

Pengembangan dan pemanfaatan structural capital oleh organisasi akan membuat perusahaan memiliki sistem prosedur yang baik dalam memanfaatkan potensi serta teknologi yang ada dengan secara maksimal. Menurut Sawarjuwono dan Kadir 2003, seorang individu yang memiliki intelektual yang tinggi serta organisasi memiliki prosedur yang baik maka intellectual capitalnya dapat mencapai kinerja yang optimal. Menurut Margaretha dan Rukman 2006 dan Ulum, dkk 2008, structural capital yang tinggi dapat mendorong perusahaan menghasilkan keunggulan bersaing yang secara relatif menghasilkan kinerja keuangan yang lebih tinggi. Dengan adanya structural capital yang memadai dalam suatu perusahaan maka akan mendorong karyawannya untuk bekerja lebih efisien pula, akibatnya produktifitas akan meningkat dan tentu saja kinerja perusahaan semakin meningkat. Apabila kinerja suatu perusahaan meningkat maka akan mendorong perusahaan tersebut untuk melakukan tingkat pengungkapan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tan et. Al 2008 yang menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang. Rata-rata pertumbuhan modal intelektual berhubungan positif dengan kinerja perusahaan dimasa mendatang. Kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan industrinya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah: H 3 : Structural Capital Efficiency SCE berpengaruh positif terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure ICD

d. Pengaruh kinerja keuangan perusahaan ROA terhadap tingkat Intellectual

Capital Disclosure ICD Leif Edvinsson dan Pat Sullivan 2000 mendefinisikan intellectual capital sebagai knowledge yang dapat dikonversikan menjadi nilai Tobing, 2007. VAIC sebagai ukuran efisiensi modal intelektual terdiri dari tiga komponen yaitu CEE, HCE dan SCE. Kombinasi dari ketiga komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, ketrampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola komponen Intellectual Capital-nya menunjukan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return On Asset ROA. Modal intelektual diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior Barney, 1991. Modal intelektual akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan Harrison dan Sulivan, 2000; Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005. Hasil penelitian Sarayuth Saengchan 2007 di Thailand menunjukan bahwa VAIC Value Added Intellectual capital secara positif signifikan berkaitan dengan ROA. Semakin tinggi nilai VAICnya maka perusahaan dapat memperoleh ROA dengan lebih baik. Apabila kinerja perusahaan meningkat karena pemanfaatan VAICnya, maka perusahaan akan menginformasikan kepada pihak eksternal melalui laporan tahunan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggungjawab untuk melaporkan kinerjanya kepada pihak eksternal. Hal ini sejalan pula dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa stakeholder berhak untuk mendapatkan informasi dari perusahaan, karena informasi yang didapat akan mempengaruhi opini mereka terhadap perusahaan dan akan berdampak pada kelangsungan perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah: H 4 : ROA berpengaruh positif signifikan terhadap ICD

e. Pengaruh Capital Employed Efficiency CEE, kinerja keuangan perusahaan

terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure ICD Teori stakeholder menyatakan bahwa para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen. Dengan berpayung pada teori ini, maka prerusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan kinerjanya demi meningkatkan produktifitas dan kinerja perusahaan yang akan berpengaruh juga pada tingkat pengungkapannya. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha untuk terus memperbaiki kinerjanya agar semakin baik sehingga akan meningkatkan profitabilitas selain itu apabila kinerja perusahaan meningkat, maka para stakeholderpun akan merespon baik hal ini.