Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
                                                                                Menurut  Khasmir  2005:  263  untuk  mengetahui  kondisi  suatu  perusahaan maka  dapat  dilihat  dari  laporan  keuangan  yang  disajikan  oleh  perusahaan  secara
periodik.  Penilaian  terhadap  kinerja  suatu  perusahaan  dapat  dilakukan  dengan menganalisis  laporan  keuangan  yang  merupakan  hasil  akhir  dari  kegiatan  akuntansi
peusahaan  yang  bersangkutan.  Analisis  yang  dapat  dipakai  dalam  laporan  keuangan salah satunya adalah menggunakan analisis rasio.
Analisis  rasio  merupakan  metode  analisis  yang  objektif  karena  didasarkan pada  data  akuntansi  yang  tersedia  dalam  laporaan  keuangan.  Rasio  keuangan  yang
digunakan  sebagai  indikator  dalam  mengukur  kinerja  keuangan  perusahaan  dalam penelitian ini adalah Return On Asset ROA. ROA merupakan salah satu rasio yang
sering  dipakai  untuk  menentukan  tingkat  profitabilitas  perusahaan.  ROA  digunakan untuk  mengukur  efektifitas  perusahaan  dalam  menghasilkan  keuntungan  dengan
memanfaatkan  aktiva  yang  dimiliki  oleh  perusahaan.  ROA  diproksikan  dengan  laba sebelum  pajak  yang  dibagi  dengan  total  aktiva  yang  dimiliki  bank.  Semakin  besar
ROA suatu bank, semakin besar pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset Dendawijaya, 2005; 118.
Banyak  variabel  yang  telah  diungkapkan  untuk  menguji  kinerja  keuangan perusahan.  Penelitian  ini  menggunakan  intellectual  capital  sebagai  variabel  untuk
menguji  kinerja  keuangan  perusahaan.  Intellectual  capital  merupakan  bagian  dari intangible  asset  yang  memegang  peranan  lebih  besar  dalam  menentukan  kinerja
keuangan  perusahaan  dibandingkan  dengan  tangible  asset.  Intangible  asset  mampu untuk menciptakan nilai tambah atas pengelolaan tangible asset perusahaaan menjadi
output  yang  mendatangkan  penghasilan  bagi  perusahaan.  Intangible  asset  ini  terdiri
atas  sumber  daya  manusia  yang  dapat  diukur  melalui  intellectual  capitalnya  dan teknologi informasi yang mampu untuk memperkenalkan dan membuka jaringan bagi
perusahaan. Intellectual  capital  merupakan  keunggulan  kompetitif  yang  harus  dimiliki
perusahaan  dalam  menghadapi  persaingan  bisnis  saat  ini.  Intellectual  capital  yang diperoleh  dari  budaya  pengembangan  perusahaan  maupun  kemampuan  perusahaan
dalam memotivasi karyawannya akan menghasilkan ide-ide kreatif serta inovasi yang akan  mampu  mempertahankan  eksistensi  perusahaan  tersebut  atau  bahkan
membuatnya  berkembang.  Menurut  Guthrie,  et  al.  2006  dalam  Ulum  2007:  12, teori  yang  lebih  tepat  menjelaskan  tentang  intellectual  capital  adalah  teori
stakeholder. Berdasarkan  teori  stakeholder,  manajemen  organisasi  diharapkan  untuk
melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas  tersebut  kepada  stakeholder.  Teori  ini  menyatakan  bahwa
akuntabilitas  organisasi  jauh  melebihi  kinerja  keuangan  atau  ekonomi  sederhana. Tujuan  utama  dari  teori  stakeholder  adalah  untuk  membantu  manajer  korporasi
mengerti  lingkungan  stakeholder  dan  melakukan  pengelolaan  dengan  lebih  efektif dalam meningkatkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas mereka dan meminimalkan
kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pihak  perusahaan  harus  dapat  mengelola  organisasi  secara  maksimal
khususnya  dalam  upaya  penciptaan  nilai  bagi  perusahaan  agar  dapat  mendorong meningkatnya  kinerja  keuangan  perusahaan  Ulum,  2007:  15.  Penciptaan  nilai
adalah  dengan  memanfaatkan  seluruh  potensi  yang  dimiliki  perusahaan  melalui
intellectual capitalnya, yang terdiri dari human capital ketrampilan, kemampuan dan
motivasi karyawan, aset fisik, maupun customeremployed capital.
Dalam beberapa penelitian terdahulu terdapat bukti empiris yang menyatakan pengaruh pengungkapan sukarela dan pengungkapan modal intelektual terhadap nilai
perusahaan  atau  kapitalisasi  pasar,  walaupun  bukan  dalam  konteks  IPO.  Hasil penelitian  Healy  dan  Palepu  1993,  Welker  1995  dan  Botosan  1997
mengindikasikan  bahwa  pengungkapan  modal  intelektual  yang  makin  tinggi  akan memberikan  informasi  yang  kredibel  atau  dapat  dipercaya,  dan  akan  mengurangi
kesalahan  investor  dalam  mengevaluasi  harga  saham  perusahaan,  sekaligus meningkatkaan kapitalisasi pasar.
Abdolmohammadi  2005  membuktikan  bahwa  jumlah  pengungkapan komponen modal intelektual dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap
nilai  kapitalisasi  pasar  perusahaan.  Artinya,  perusahaan  yang  mengungkapkan  lebih banyak  komponen  modal  intelektual  dalam  laporan  tahunannya  cenderung  memiliki
nilai kapitalisasi pasar yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Sitohang dan Winata  2008  dengan  mengambil  sampel  perusahaan  publik  di  Indonesia  yang
berbasis teknologi, menemukan bukti bahwa ada kecenderungan peningkataan dalam pengungkapan modal intelektual selama periode pengamatan. Penelitian tersebut juga
menemukan  bukti  bahwa  terdapat  hubungan  positif  antara  tingkat  pengungkapan modal intelektual dengan kapitalisasi pasar.
Seperti  yang  telah  dijelaskan  sebelumnya,  VAIC  merupakan  komponen  dari modal  intelektual,  VAIC  terdiri  dari  CEE,  HCE  dan  SCE  yang  masing-masing
menggambarkan  sumber  daya  yang  dimiliki  perusahaan.  Kombinasi  dari  ketiga
komponen  tersebut  akan  menghasilkan  nilai  perusahaan.  Perusahaan  dalam mengelola  pengetahuan,  ketrampilan  dan  keahlian  modal  manusia  dengan  didukung
oleh  modal  struktural  yang  memudahkan  dalam  kegiatan  operasional  perusahaan, ditambah  pula  dengan  modal  yang  digunakan  akan  meningkatkan  aset  perusahaan
tersebut.  Semakin  baik  perusahaan  dalam    mengelola  ketiga  komponen  IC, menunjukan  semakin  baik  pula  perusahaan  dalam  mengelola  aset  yang  dimilikinya.
Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan  dan  tentu  saja  kinerja  perusahaan  akan  semakin  meningkat.  Modal
intelektual  diakui  sebagai  aset  perusahaan  karena  mampu  menghasilkan  keunggulan kompetitif  dan  kinerja  keuangan  yang  superior  Barney,  1991.  Modal  intelektual
akan  memberikan  konteribusi  terhadap  kinerja  keuangan  perusahaan  Harrison  dan Sullivan, 2000; Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005.
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan sebelumnya, maka variabel yang terkait  dalam  penelitian  ini  dapat  dirumuskan  melalui  suatu  kerangka  pemikiran
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
                