Pengungkapan Modal Intelektual Intellectual Capital Disclosure ICD
Keduanya, baik IAS 38 maupun FRS 10, menyatakan bahwa aktiva tidak berwujud harus 1 dapat diidentifikasi, 2 bukan aset keuangan dan 3 tidak memiliki
substansi fisik. Sementara APB 17 tentang intangible assets tidak menyajikan definisi yang jelas tentang aktifa tidak berwujud. Tabel berikut meringkas perbandingan
diantara standar akuntansi tentang aktiva tidak berwujud. Tabel 2.1. Perbandingan standar akuntansi tentang aktiva tidak berwujud.
FRS 10 Goodwill and
intangible assets
IAS 38 intangible
assets APB 17
intangible assets
PSAK 19 Aktiva tidak
berwujud
Definisi intangible
assets Aktiva
tetap non-keuangan
yang tidak
mempunyai wujud
fisik tetapi
dapat diidentifikasi
dan dikendalikan
oleh
entitas melalui
penjagaan dan undang-
undang. Aktiva non-
moneter yang dapat
diidentifikasi dan
tidak mempunyai
wujud fisik
serta dimiliki untuk
digunakan dalam
menghasilkan atau
menyerahkan barang
atau jasa,
disewakan kepada pihak
lainnya atau untuk tujuan
administratif. Tidak
ada definisi
yang eksplisit.
Aktiva non- moneter yang
dapat diidentifikasi
dan
tidak mempunyai
wujud fisik
serta dimiliki untuk
digunakan dalam
menghasilkan atau
menyerahkan barang
atau jasa,
disewakan kepada pihak
lainnya atau untuk tujuan
administratif.
FRS 10
Goodwill and intangible
assets IAS 38
intangible assets
APB 17 intangible
assets PSAK 19
Aktiva tidak berwujud
Klasifikasi intangible
assets Suatu
kategori: aktiva
tidak berwujud yang
memiliki ciri, Ilmu
pengetahuan dan
teknologi, desain dan
Diklasifikasikan berdasarkan
beberapa dasar yang
berbeda:dapat Ilmu
pengetahuan dan
teknologi, desain dan
fungsi atau
kegunaan implementasi
sistem atau diidentifikasi,
cara implementasi
sistem atau yang
sama didalam bisnis
perusahaan, misalnya:
lisensi, kuota, paten,
hak cipta,
franchises, trademarks.
proses baru, lisensi
hak kekayaan
intelektual, pengetahuan
mengenai Pasar
dan merek
dagang. perolehannya,
masa manfaat
yang diharapkan,
dapat dipisahkan dari
keseluruhan perusahaan.
proses baru, lisensi,
hak kekayaan
intelektual, pengetahuan
mengenai pasar
dan merek
dagang.
amortisasi Aktiva
tidak berwujud yang
memiliki masa amanfaat
ekonomis yang terbatas,
maka
aktiva tersebut harus
diamortisasi secara
sistematis selama masa
manfaat tersebut.
Sedangkan aktiva
tidak berwujud yang
Jumlah yang dapat
diamortisasi dari
aktiva tidak
berwujud harus
dialokasikan secara
sistematis berdasarkan
perkiraan terbaik
dari masa
manfaatnya. Aktiva
tidak berwujud harus
diamortisasi melalui
pembebanan secara
sistematis selama periode
pendapatan berdasarkan
masa
manfaat yang
diperkirakan. Jumlah yang
dapat diamortisasi
dari
aktiva tidak
berwujud harus
dialokasikan secara
sistematis berdasarkan
perkiraan terbaik
dari masa
manfaatnya. Pada
umumnya
masa manfaat ekonomisnya
tidak dapat
didefinisikan, maka
aktiva tersebut tidak
dapat diamortisasi.
masa manfaat dari
aktiva tidak
berwujud tidak
akan melebihi
20 tahun
sejak tanggal aktiva
siap digunakan.
Sumber: Brenman dan Connell 2000; IAI 2002, diolah. Salah satu definisi IC yang paling banyak digunakan adalah yang ditawarkan
oleh organisation for economic Co-operation and development OECD, 1999 yang menjelaskan IC sebagai nilai ekonomis dari dua kategori aset tak berwujud: 1
organisational structural capital; 2 human capital. Lebih tepatnya, organisational structural capital mengacu pada hal-hal
seperti sistem software, jaringan distribusi dan rantai pasokan. Human capital meliputi sumber daya manusia didalam organisasi yaitu sumber daya tenaga
kerjakaryawan dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan supplier. Meskipun demikian, definisi yang diajukan OECD
menyajikan cukup perbedaan dengan meletakan IC sebagai bagian terpisah dari dasar penetapan intangible asset secara keseluruhan suatu perusahaan. Dengan demikian,
terdapat item-item intangible asset yang secara logika tidak membentuk bagian dari IC suatu perusahaan. Salah satunya adalah reputasi perusahaan. Reputasi perusahaan
mungkin merupakan hasil sampingan dari penggunaan IC secara bijak dalam perusahaan, tetapi itu bukan merupakan bagian dari IC.
Bontis et al. 2000 menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu human capital HC, structural
capital SC, dan customer capital CC. Menurut Bontis et al. 2000, secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang
direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombiasi dari genetic inheritance; education; experience and attitude tentang kehidupan dan bisnis.
Lebih lanjut Bontis et al. 2000 menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini
adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya.
Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya
melalui jalannya bisnis Bontis et al., 2000. Pengungkapan memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan.
Apabila dikaitkan dengan data, pengungkapan berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Menurut Ghazali dan Chariri 2007,
tiga konsep pengungkapan yaitu cukup adequate, wajar fair, dan lengkap full. Cukup artinya pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar informasi tidak
menyesatkan. Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan
keuangan. Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan. Pengungkapan yang dilakukan secara transparan dan jujur
akan memenuhi kebutuhan informasi stakeholder. Sehingga kesenjangan informasi antara pihak manajemen dengan stakeholder dapat diminimalisir.
Secara umum tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani
berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda Suwardjono, 2008: 580. Sedangkan secara khusus tujuan pengungkapan yaitu:
1. Tujuan melindungi. Tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka
tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos laporan keuangan.
2. Tujuan informatif. Pengungkapan ditujukan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektivan pengambilan keputusan pemakai.
3. Tujuan kebutuhan khusus. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai sedangkan
untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan yang menuntut pengungkapan secara rinci.
Jika dikaitkan dengan pengungkapan informasi, Suwardjono 2008: 583 membedakan pengungkapan menjadi pengungkapan wajib mandatory disclosure
dan pengungkapan sukarela voluntary disclosure. Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang diharuskan oleh standar atau peraturan yang berlaku yang
ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang tidak diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Kedua jenis
pengungkapan ini bisa ditemukan pada laporan keuangan atau laporan tahunan perusahaan.
Menurut Bruggen et al 2009 pengungkapan modal intelektual mampu mengurangi asimetri informasi untuk menurunkan biaya modal dan meningkatkan
citra perusahaan serta mampu meningkatkan nilai relevansi laporan keuangan. Sampai saat ini belum ada standar yang mengatur pengungkapan modal intelektual
terkait dengan
pengikhtisaran, pengukuran,
dan pelaporan
sehingga pengungkapannya pun masih bersifat sukarela. Modal intelektual tidak dapat di
kuantitatifkan pada neraca, karena sulit untuk diukur. Sehingga muncullah ICD Index yang mengukur pengungkapan modal intelektual. Pengungkapan modal intelektual
dituangkan dalam informasi tambahan berupa laporan tahunan perusahaan yang sudah dipublikasikan. Dengan melakukan pengungkapan modal intelektual
perusahaan dapat mengurangi adanya asimetri informasi antara agent dan principal; meningkatkan kepercayaan para stakeholder yaitu ketika perusahaan melakukan
pengungkapan secara penuh makan akan meningkatkan kepercayaan para stakeholder tentang kinerja perusahaan karena kepercayaan stakeholder merupakan investasi
jangka panjang perusahaan dan juga sebagai media pemasaran perusahaan. Jenkin’s Report dalam Punomosidhi, 2005 mengusulkan kerangka kerja
untuk pengungkapan sukarela berdasarkan kebutuhan informasi dari investor dan kreditor. Laporan menyajikan luas pengungkapan informasi diurutkan ke dalam lima
kategori yaitu: 1. Data keuangan dan non keuangan;
2. Analisis manajemen data keuangan dan non keuangan;
3. Informasi masa depan; 4. Informasi tentang manajer dan pemegang kepentingan; dan
5. Latar belakang perusahaan. Dalam ekonomi baru yaitu ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi , dalam
aktivitasnya perusahaan lebih tergantung pada modal tidak berwujud dibandingkan dengan modal berwujud dalam menciptakan nilai Abeyysekera, 2006.
Pengungkapan informasi secara menyeluruh baik informasi keuangan maupun non keuangan menjadi sangat penting guna pengambilan keputusan. FASB menyebutkan
pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan
informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi yaitu informasi tentang sumber ekonomi, hutang, laba periodik dan lain-lain.