yaitu:1 Guru bimbingan dan konseling belum dapat memaksimalkan kemampuannya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling karena
keterbatasan jumlah guru bimbingan dan konseling di sekolah; 2 Sarana ruang bimbingan dan konseling yang belum kondusif dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling; 3 Dana yang terbatas dalam pengadaan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling di sekolah; 4 Penjadwalan
waktu yang belum efektif dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling; 5 Siswa takut untuk memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling karena masih ada persepsi yang salah terhadap keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya peran
guru bimbingan dan konseling di sekolah;6 Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua siswa dengan guru bimbingan dan konseling dalam penangan
siswa yang memiliki masalah belum berjalan sebagaimana mestinya.
2.2 Profesionalisasi
2.2.1 Pengertian profesi
Profesi berasal dari kata profession yang berasal dari bahasa Latin profesus yang berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan. Istilah
“profesi” memang selalu dikaitkan dengan pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat dikatakan profesi. Menurut Prayitno, profesi merupakan suatu
pekerjaan atau atau jabatan yang menuntut keahlian dari para petugasnya 2004. Sedangkan menurut Pidarta, profesi ialah pekerjaan yang harus dilakukan oleh
orang yang ahli, orang yang sudah memiliki daya pikir, ilmu dan keterampilan
yang tinggi Saondi dan Suherman, 2012: 26. Dirjen Dikti Depdiknas menyebutkan Profesi merupakan pekerjaan atau karir yang bersifat pelayanan
bantuan keahlian dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan
pengguna berdasarkan norma-norma yang berlaku 2004: 5.
Jadi profesi adalah pekerjaan atau jabatan yang dilakukan oleh ahli dan bersifat melayani yang memiliki organisasi profesi dan diatur oleh suatu kode
etik.
2.2.2 Ciri-ciri profesi
Profesi merupakan suatu pekerjaan tetapi tidak setiap pekerjaan merupakan profesi. Adapun pekerjaan yang tergolong profesi memiliki cirri-ciri
sebagai berikut Sanusi dalam Saondi dan Suherman, 2012:9: 1.
Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan crusial.
2. Jabatan yang menuntut keterampilan keahlian tertentu.
3. Keterampilankeahlian yang dituntut jabatan itu dapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah. 4.
Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu
yang cukup lama. 6.
Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol organisasi profesi. 8.
Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dan memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas
dari campur tangan orang lain. Sedangkan ciri-ciri profesi menurut McCully, dkk., dalam Prayitno
2004:339-340 adalah sebagai berikut: 1.
Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.
2. Anggota profesi harus menampilkan pelayanan khusus yang didasarkan atas
teknik-teknik intelektual, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang unik. 3.
Pelayanan dilakukan secara rutin dan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan
teori dan metode ilmiah. 4.
Para anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit.
5. Memerlukan pendidikan dan latihan dlaam jangka waktu yang cukup lama.
6. Para anggota dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur
seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi ataupum sertifikasi. 7.
Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam memberikan
pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan professional yang
dimaksud.
8. Para anggotanya lebih mementingkan pelayanan yang bersifat sosial daripada
pelayanan yang mengejar keuntungan yang bersifat ekonomi. 9.
Standar tingkah laku bagi anggoatanya dirumuskan secara eksplisit melalui kode etik yang benar-benar diterapkan.
10. Para anggota terus-menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan
kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat literature dalam bidang pekerjaan itu, menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta
berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan sesama anggota.
Jadi jika disimpulkan, profesi memiliki cirri-ciri antara lain: 1 suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi dna kebermaknaan social; 2
memiliki keahlian atau keterampilan tertentu; 3 diperlukan pendidikan dan latihan dalam jangka waktu yang lama; 4 memiliki kerangka ilmu yang sama,
jelas, sistematik dan eksplisit; 6 memiliki standar kualifikasi minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan, latihan, dan lisensi serta sertifikasi; 6 berpegang
teguh pada kode etik; 7 mengembangkan organisasi dan profesi.
2.2.3 Pengertian professional