C. Pengalaman
23. Sering gugup ketika akan melaksanakan konseling dengan siswa.
24. Kurang mengenal karakteristik para personil BK karena belum lama bekerja
sama. 25.
Kurang berani mengemukakan pendapat kepada guru BK lain yang lebih senior. 26.
Materi layanan yang diberikan kepada siswa tidak disesuaikan dengan isu-isu terbaru yang sedang banyak dibicarakan.
27. Jarang mengupdate informasi terbaru seputar bidang bimbingan dan konseling.
28. Kurang kreatif dalam menyampaikan isi materi layanan BK kepada siswa.
29. Merasa selalu tertinggal apabila ada informasi terbaru seputar bimbingan dan
konseling. 30.
Kesulitan melakukan olah data need assessment dengan menggunakan computer.
31. Kesulitan mengupdate informasi terbaru tentang bimbingan dan konseling
karena tidak bisa menggunakan fasilitas internet. 32.
Cenderung kesulitan untuk menerapkan teknik konseling ketika proses konseling berlangsung.
33. Kurang memahami cara menggunakan instrument non tes untuk
mengidentifikasi kebutuhan siswa. 34.
Sulit membedakan antara layanan bimbingan kelompok dan konsleing kelompok.
D. Keadaan Kesehatan
35. Masa kerja mendekati masa pensiun.
36. Merasa daya tahan tubuh lemah.
37. Sering sakit kepala sehingga sulit berkonsentrasi ketika sedang melayani
konsultasi siswa. 38.
Memiliki penglihatan yang kabur. 39.
Mudah merasa lelah ketika sedang memberikan layanan di kelas. 40.
Mudah mengantuk ketika memberikan layanan di kelas. 41.
Cenderung tampil kurang bersemangat ketika memberikan layanan kepada siswa.
42. Rendahnya motivasi untuk meningkatkan kompetensi di bidang bimbingan dan
konseling karena sebentar lagi masa kerja sudah memasuki masa pensiun.
E. Motivasi Kerja
43. Sering mengeluh karena banyak administrasi bimbingan dan konsleing yang
harus dikerjakan. 44.
Sering menunda menyelesaikan pengadministrasian data pribadi siswa. 45.
Layanan BK cenderung dilaksanakan secara insidental karena tidak direncanakan terlebih dahulu.
46. Cenderung merasa puas hanya dengan siswa yang datang ke ruang BK untuk
berkonsultasi. 47.
Merasa tidak bersemangat jika menemukan kasus yang belum pernah ditangani sebelumnya.
48. Mudah putus asa ketika siswa tidak berminat mengikuti layanan BK yang
direncanakan. 49.
Cepat merasa bosan saat mengadakan konsleing dengan siswa. 50.
Merasa malas untuk membuat satuan layanan kepada siswa. 51.
Pasif dalam menanggapi masalah siswa.
F. Kompetensi guru BK
52. Kurang menguasai fase dan tugas perkembangan yang terjadi pada setiap
individu. 53.
Program BK yang dibuat tidak disesuaikan dengan identifikasi siswa dan tugas perkembangannya.
54. Layanan BK di sekolah dilaksanakan hanya jika ada siswa yang bermasalah.
55. Sulit bekerja sama dengan guru mata pelajaran dan wali kelas untuk memantau
kondisi siswa. 56.
Personil BK tidak memiliki hubungan kerja yang baik dan tidak memahami tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
57. Sulit melaksanakan konferensi kasus karena sulit mengadakan pertemuan antara
pihak yang berkaitan.
58. Cenderung menganggap tidak perlu melakukan alih tangan kasus karena kurang
memahami kehiatan pendukung tersebut. 59.
Hanya menggunakan instrument non tes untuk mengidentifikasi masalah siswa. 60.
Tidak membuat program BK, karena layanan yang diberikan bersifat insidental. 61.
DCM, IKMS, Sosiometri tidak digunakan untuk mengidentifikasi masalah siswa, karena sulitnya waktu bertemu secara klasikal dengan siswa.
62. Cenderung tidak memperbaharui program BK tiap tahunnya karena kebutuhan
siswa dianggap sama. 63.
Sulit mengkolaborasikan materi bimbingan dengan media bimbingan karena merepotkan.
64. Setiap ada siswa yang bermasalah langsung dimarahi dan diberi sanksi.
65. Belum memiliki karya penelitian dalam bidang bimbingan dan konseling.
66. Tidak tertarik untuk menjadikan salah satu layanan yang saya berikan untuk
menjadi bahan penelitian.
G. Kedisiplinan Kerja di Sekolah