2. Anggota profesi harus menampilkan pelayanan khusus yang didasarkan atas
teknik-teknik intelektual, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang unik. 3.
Pelayanan dilakukan secara rutin dan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan
teori dan metode ilmiah. 4.
Para anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit.
5. Memerlukan pendidikan dan latihan dlaam jangka waktu yang cukup lama.
6. Para anggota dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur
seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi ataupum sertifikasi. 7.
Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam memberikan
pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan professional yang
dimaksud.
8. Para anggotanya lebih mementingkan pelayanan yang bersifat sosial daripada
pelayanan yang mengejar keuntungan yang bersifat ekonomi. 9.
Standar tingkah laku bagi anggoatanya dirumuskan secara eksplisit melalui kode etik yang benar-benar diterapkan.
10. Para anggota terus-menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan
kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat literature dalam bidang pekerjaan itu, menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta
berperan serta secara aktif dalam pertemuan-pertemuan sesama anggota.
Jadi jika disimpulkan, profesi memiliki cirri-ciri antara lain: 1 suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi dna kebermaknaan social; 2
memiliki keahlian atau keterampilan tertentu; 3 diperlukan pendidikan dan latihan dalam jangka waktu yang lama; 4 memiliki kerangka ilmu yang sama,
jelas, sistematik dan eksplisit; 6 memiliki standar kualifikasi minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan, latihan, dan lisensi serta sertifikasi; 6 berpegang
teguh pada kode etik; 7 mengembangkan organisasi dan profesi.
2.2.3 Pengertian professional
Professional berasal dari bahasa Latin yaitu “profesia”, pekerjaan, keahlian jabatan, jabatan guru besar seseorang yang melibatkan diri dalam salah
satu keahlian yang harus dipelajari dengan khusus, lawan amatir Komarudin,
2000:205. Sedangkan menurut Prayitno 2004:338, professional menunjuk kepada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi. Kedua,
penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 4, professional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta mermerlukan pendidikan profesi.
Jadi professional adalah pekerjaan atau kegiatan seorang ahli dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesi, kemahiran, keterampilan dan
memenuhi standar mutu dan pendidikan profesi.
2.2.4 Pengertian profesionalisasi
Profesionalisasi berasal dari kata professionalization yang berarti kemampuan profesional. Profesionalisasi menurut Prayitno 2004:339 menunjuk
pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota suatu uprofesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai
anggota suatu profesi. Profesionalisasi dapat ditinjau dari karakteristik profesipekerjaan. Ada 8
karakteristik pengembangan profesionalisasi, antara lain: 1 kode etik, 2 pengetahuan yang terorganisir, 3 keahlian dan kompetensi yang bersifat khusus,
4 tingkat pendidikan, 5 sertifikat keahlian, 6 proses tertentu sebelum memangku profesi untuk bisa memangku tugas dan tanggung jawab, 7
kesempatan untuk menyebarluaskan dan pertukaran ide di antara anggota profesi,
8 adanya tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjadi mal praktek oleh profesi.
Profesionalisasi menurut Danim 2011:105 mengandung memiliki dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan kemampuan praktis. Dimensi
pertama meliputi upaya profesi yang terorganisir untuk memenuhi kriteria yang menandai tipe profesi yang ideal itu atau dalam hal profesi yang telah mantap,
untuk memelihara atau bahkan memperbaiki posisi yang mempunyai hak-hak istimewa. Dimensi ini dari profesionalisasi akan berbeda dari masyarakat ke
masyarakat, tapi beberapa unsurnya ialah periode persiapan yang kian panjang, keanggotaan yang berijazah dengan suatu batas yang tegas antara mereka yang
sah berhak untuk membuka praktek dan mereka yang tidak, suatu pengawasan yang meningkat atas kegiatan profesi, pengawasan atas pendidikan dari perijinan
dari para calon anggota dan seterusnya. Dimensi kedua adalah kemampuan praktis improvement of practice
meliputi peningkatan pengetahuan dan kecakapan secara terus-menerus dari mereka yang menjalankan praktek.
2.2.5 Upaya Profesionalisasi