Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat .1 Sampel Rancangan Penelitian 3..3.1 Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Magnesium, Besi, Timbal dan Kadmium dalam abu letusan gunung Sinabung.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi USU, Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS Medan pada bulan Desember 2010 – Januari 2011. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Sampel Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah abu letusan gunung Sinabung yang diperoleh dari desa Sigarang-garang, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo Gambar dapat dilihat pada Lampiran 35 Halaman 78. 3.2.2 Pereaksi Bahan yang digunakan kecuali disebutkan lain adalah pro analisis keluaran E. Merck yaitu Asam Nitrat 65, Asam Klorida 37, Amonium Klorida, Larutan Standar Mg 1000 ppm, Larutan Standar Fe 1000 ppm, Larutan Standar Pb 1000 ppm dan Larutan Standar Cd 1000 ppm, Dithizon, Ammonium hidroksida 25, Kalium Sianida, Kalium Tiosianat, dan Kuning Titan.

3.2.3 Alat-alat

Spektrofotometer Serapan Atom GBC Avanta ∑, Australia lengkap dengan lampu katoda Mg, Fe, Pb dan Cd, neraca analitik AND GF-200, Mortir Universitas Sumatera Utara dan stamper, ayakan 100 mesh , pH indikator universal E.Merck, kertas saring whatman no. 42, dan alat-alat gelas Pyrex.

3.3 Rancangan Penelitian 3..3.1 Sampel

3.3.1.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara langsung. Sampel diambil secara sampling purposive yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa semua abu letusan gunung Sinabung mengandung logam Mg, Fe, Pb dan Cd Sudjana, 2005. Pelaksanaan sampling meliputi pengambilan abu vulkanik di desa Sigarang-garang, kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo yang terletak ±5 km dari puncak gunung Sinabung sebanyak 2,5 kg dengan cara ditampung langsung pada saat terjadi letusan sebanyak 5 titik pengambilan.

3.3.1.2 Persiapan Sampel

Abu vulkanik dihaluskan dengan cara digerus dalam lumpang, kemudian diayak menggunakan ayakan ukuran 100 mesh. 3.3.2 Pembuatan Pereaksi 3.3.2.1 Asam Klorida 1 N Larutan HCl 1 N dibuat dengan mengencerkan 83 ml HCl 37 bb dengan air hingga 1000 ml Ditjen POM, 1995.

3.3.2.2 Asam Nitrat 1 N

Larutan HNO 3 1 N dibuat dengan mengencerkan 69 ml HNO 3 65 bb dengan air hingga 1000 ml Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara

3.3.2.3 Amonium klorida 10

Larutan Amonium Klorida 10 dibuat dengan melarutkan 3,15 g amonium klorida dalam air hingga 1000 ml Ditjen POM, 1979.

3.3.2.4 Larutan Dithizon 0,005 bv

Larutkan 5 mg Difeniltiokarbazen dithizon dalam 100 ml kloroform Vogel, 1990.

3.3.2.5 Larutan NH

4 OH 1 N bv Larutan NH 4 OH 1 N dibuat dengan cara mengencerkan 7,4 ml Ammonium hidroksida 25 vv dalam 100 ml akuades Ditjen POM, 1995.

3.3.2.6 KCN 10

Larutan KCN 10 dibuat dengan cara melarutkan 1 g kristal KCN dalam 10 ml akuades Ditjen POM, 1995.

3.3.2.7 Kuning Titan 0,1 Larutan Kuning Titan 10 dibuat dengan cara melarutkan 0,1 g Titan

Yellow dalam 100 ml akuades Vogel, 1990.

3.3.2.8 Kalium Tiosianat 10

Larutan KCNS dibuat dengan melarutkan 1 g Kalium tiosianat dalam 10 ml akuades Ditjen POM, 1995. 3.3.3 Pembuatan Larutan Sampel 3.3.3.1 Pembuatan Larutan Sampel untuk Mg Ditimbang sebanyak 1 g sampel, di masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dengan NH 4 Cl 10. Dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan NH 4 Cl 10. . Disaring dengan kertas saring dan 5 ml filtrat pertama dibuang selanjutnya ditampung ke dalam erlenmeyer. Kemudian disaring dengan Universitas Sumatera Utara kertas saring whatman no 42, dan 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol. Dan dilakukan uji kualitatif terhadap larutan filtrat dan residu.

3.3.3.2 Pembuatan Larutan Sampel untuk Fe

Ditimbang sebanyak 1 g sampel, di masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dengan HCl 1 N. Dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan HCl 1 N. Disaring dengan kertas saring dan 5 ml filtrat pertama dibuang selanjutnya ditampung ke dalam erlenmeyer LIB I. Dan dilakukan uji kualitatif terhadap larutan filtrat dan residu. Dipipet 5 ml dari LIB I dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan diencerkan dengan HCl 1 N sampai garis tanda. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman no 42, dan 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol.

3.3.3.3 Pembuatan Larutan Sampel untuk Pb

Ditimbang sebanyak 40 g sampel, di masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dengan HNO 3 1 N. Dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan HNO 3 1 N. Disaring dengan kertas saring dan 5 ml filtrat pertama dibuang selanjutnya ditampung ke dalam erlenmeyer. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman no 42, dan 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol. Dan dilakukan uji kualitatif terhadap larutan filtrat dan residu.

3.3.3.4 Pembuatan Larutan Sampel untuk Cd

Ditimbang sebanyak 40 g sampel, di masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dengan HNO 3 1 N. Dicukupkan volumenya sampai garis Universitas Sumatera Utara tanda dengan HNO 3 1 N. Disaring dengan kertas saring dan 5 ml filtrat pertama dibuang selanjutnya ditampung ke dalam erlenmeyer. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman no 42, dan 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol. Kemudian dilakukan uji kualitatif terhadap larutan filtrat dan residu. 3.3.4 Pemeriksaan Kualitatif 3.3.4.1 Pemeriksaan Kualitatif Terhadap Filtrat Sampel

3.3.4.1.1 Pemeriksaan Kualitatif Terhadap Filtrat Mg

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, diatur pH-nya mendekati netral pH=7, ditambahkan 3 tetes reagensia kuning titan dan 3 tetes NaOH 2 M. Dihasilkan warna atau endapan merah Vogel, 1990.

3.3.4.1.2 Pemeriksaan Kualitatif Terhadap Filtrat Fe

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, ditambahkan 3 tetes kalium tiosianat 10 . Dihasilkan warna merah darah Vogel, 1990.

3.3.4.1.3 Pemeriksaan Kualitatif Terhadap Filtrat Pb

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, diatur pH-nya netral atau sedikit basa pH=8 dengan penambahan ammonium hidroksida 1 N, ditambahkan 2 tetes kalium sianida 10, ditambahkan 2 ml dithizon 0,005 bv, dikocok kuat, dibiarkan lapisan memisah. Terbentuk warna merah tua pada lapisan kloroform berarti sampel mengandung Timbal Vogel, 1990.

3.3.4.1.4 Pemeriksaan Kualitatif untuk Filtrat Cd

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, diatur pH=12 dengan penambahan ammonium hidroksida 1 N, ditambahkan 2 ml dithizon Universitas Sumatera Utara 0,005 bv, kocok kuat, dibiarkan larutan memisah. Terbentuk warna merah muda pada lapisan kloroform berarti sampel mengandung Kadmium Fries, 1977. 3.3.4.2 Pemeriksaan Kualitatif Terhadap Residu Sampel 3.3.4.2.1 Pemeriksaan Kualitatif Terhadap Residu Mg Residu dari larutan sampel dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. Dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan NH 4 Cl 10 dan dikocok. Disaring dengan kertas saring dan filtratnya ditampung ke dalam erlenmeyer. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml filtrat, ditambahkan 3 tetes reagensia kuning titan dan 3 tetes NaOH 2 M. Dihasilkan warna atau endapan merah Vogel, 1990.

3.3.4.2.2 Pemeriksaan Kualitatif Terhadap Residu Fe

Residu dari larutan sampel dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. Dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan HCl 1 N dan dikocok. Disaring dengan kertas saring dan filtratnya ditampung ke dalam erlenmeyer. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml filtrat, ditambahkan 3 tetes kalium tiosianat 10 . Dihasilkan warna merah darah Vogel, 1990.

3.3.4.2.3 Pemeriksaan Kualitatif Terhadap Residu Pb

Residu dari larutan sampel dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. Dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan HNO 3 1 N dan dikocok. Disaring dengan kertas saring dan filtratnya ditampung ke dalam erlenmeyer. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml filtrat, diatur pH-nya netral atau sedikit basa pH=8 dengan penambahan ammonium hidroksida 1 N, ditambahkan 2 tetes kalium sianida 10, ditambahkan 2 ml dithizon 0,005 bv, dikocok kuat, Universitas Sumatera Utara dibiarkan lapisan memisah. Terbentuk warna merah tua pada lapisan kloroform berarti sampel mengandung Timbal Vogel, 1990.

3.3.4.2.4 Pemeriksaan Kualitatif Terhadap Residu Cd

Residu dari larutan sampel dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. Dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan HNO 3 1 N dan dikocok. Disaring dengan kertas saring dan filtratnya ditampung ke dalam erlenmeyer. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml filtrat, diatur pH=12 dengan penambahan ammonium hidroksida 1 N, ditambahkan 2 ml dithizon 0,005 bv, kocok kuat, dibiarkan larutan memisah. Terbentuk warna merah muda pada lapisan kloroform berarti sampel mengandung Kadmium Fries, 1977. 3.3.5 Pemeriksaan Kuantitatif 3.3.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi

3.3.5.1.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Magnesium Mg

Larutan baku Mg 1000 mcgml sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu diencerkan dengan NH 4 Cl 10 hingga garis tanda. Dari larutan tersebut 10 mcgml masing-masing di pipet 2,5 ml; 5 ml; 10 ml; 15 ml; dan 20 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan diencerkan dengan NH 4 Cl 10 hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,5 mcgml; 1,0 mcgml; 2,0 mcgml; 3,0 mcgml; dan 4,0 mcgml, dan diukur pada panjang gelombang 202,6 nm dengan tipe nyala udara asetilen.

3.3.5.1.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi Fe

Larutan baku Fe 1000 mcgml sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu diencerkan dengan HCl 1 N hingga garis tanda. Dari larutan tersebut 10 mcgml masing-masing di pipet 2,5 ml; 5 ml; 10 ml; 15 ml; dan 20 Universitas Sumatera Utara ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan diencerkan dengan HCl 1 N hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,5 mcgml; 1,0 mcgml; 2,0 mcgml; 3,0 mcgml; dan 4,0 mcgml, dan diukur pada panjang gelombang 248,3 nm dengan tipe nyala udara asetilen.

3.3.5.1.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Timbal Pb

Larutan baku Pb 1000 mcgml sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu diencerkan dengan HNO 3 1 N hingga garis tanda. Dari larutan tersebut 10 mcgml masing-masing di pipet 2,5 ml; 5 ml; 10 ml; 15 ml; dan 20 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan diencerkan dengan HNO 3 1 N hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,5 mcgml; 1,0 mcgml; 2,0 mcgml; 3,0 mcgml; dan 4,0 mcgml, dan diukur pada panjang gelombang 283,3 nm dengan tipe nyala udara asetilen.

3.3.5.1.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Cadmium Cd

Larutan baku Cadmium 1000 mcgml sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu diencerkan dengan HNO 3 1 N hingga garis tanda. Dari larutan tersebut 50 mcgml dipipet 10 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml lalu di encerkan dengan HNO 3 1 N hingga garis tanda. Dari larutan tersebut 5 mcgml masing-masing dipipet 1 ml; 2 ml; 5 ml; 10 ml; dan 20 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan diencerkan dengan HNO 3 1 N hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,05 mcgml ; 0,1 mcgml; 0,25 mcgml; 0,5 mcgml; dan 1 mcgml, dan diukur pada panjang gelombang 228,8 nm dengan tipe nyala udara asetilen. Universitas Sumatera Utara 3.3.6 Penetapan Kadar Logam dalam Sampel 3.3.6.1 Penetapan Kadar Logam Mg Larutan sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 202,6 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku Mg. Konsentrasi Mg dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.3.6.2 Penetapan Kadar Logam Fe

Larutan sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 248,3 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku Fe. Konsentrasi Fe dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.3.6.3 Penetapan Kadar Logam Pb

Larutan sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 283,3 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku Pb. Konsentrasi Pb dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.3.6.4 Penetapan Kadar Logam Cd Larutan sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 228,8 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan Universitas Sumatera Utara baku Cd. Konsentrasi Cd dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Kadar logam Mg, Fe, Pb, dan Cd dalam sampel dapat dihitung dengan rumus berikut: Kadar mcgml = W CxVxFp Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel mcgml V = Volume larutan sampel ml F p = Faktor pengenceran W = Berat sampel mg

3.3.7 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi atau Limit of Detection LOD merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi atau Limit of Quantitation LOQ merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku = 2 2    n Yi Y LOD = slope SB x 3 LOQ = slope SB x 10 Harmita, 2004; Rohman, 2007 Universitas Sumatera Utara

3.3.8 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali Recovery

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar standard addition method. Dalam metode ini, kadar logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu Ermer, 2005. Larutan kerja yang ditambahkan yaitu, 25 ml larutan kerja Mg konsentrasi 3 mcgml, 10 ml larutan kerja Fe konsentrasi 2 mcgml, 25 ml larutan kerja Pb 2 mcgml dan 25 ml larutan kerja Cd konsentrasi 0,08 mcgml. Masing-masing dilakukan sebanyak 6 kali replikasi kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel . Persen perolehan kembali recovery dapat dihitung dengan rumus dibawah ini Harmita, 2004: 100 x n ditambahka yang baku logam Kadar awal sampel dalam logam Kadar - sampel dalam logam l Kadar tota Recovery 

3.3.9 Analisis Data Secara Statistik

Kadar Mg, Fe, Pb dan Cd yang diperoleh dari hasil pengukuran masing- masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi dengan rumus Sudjana, 2005: Untuk menghitung apakah data diterima atau ditolak digunakan rumus sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Dasar penolakan data jika t hitung ≥ t tabel dan bila t hitung mempunyai nilai negatif, ditolak jika t hitung ≤ - t tabel. Untuk mencari kadar sebenarnya dengan taraf kepercayaan 99, dengan derajat kebebasan dk = n – 1, digunakan rumus ; keterangan ; µ = interval kepercayaan = kadar rata-rata sampel x = kadar sampel t = harga t tabel sesuai dengan dk = n - 1 = tingkat kepercayaan dk = derajat kebebasan SD = standar deviasi n = jumlah perlakuan Wibisono, 2005

3.3.10. Simpangan Baku Relatif

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah: Universitas Sumatera Utara Keterangan : RSD = Relatif Standar Deviasi SD = Standar Deviasi Tabel 3. Rentang presisi yang diperbolehkan APVMA, 2004 No. Konsentrasi sampel Presisi 1 ≥10 ≤ 2 2 1.0 – 10.0 ≤ 5 3 0.1 – 1.0 ≤ 10 4 0.1 ≤ 20 Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN