yang layak. Dalam hal ini, berani menyimpang dari materi hukum yang berlaku jika materi hukum tersebut bertentangan dengan rasa keadilan
masyarakat. Hal itu dilakukan dengan cara melaksanakan hukum progresif dan bukan sekedar menjaga hukum “status quo” .
Signifikasi tiga komponen hukum menurut Friedman. L. M sebagaimana dikutip oleh Muin Fahmal 2006: 19 yaitu, materi hukum,
budaya hukum dan pelaksana hukum. Hal itu menjadi pra-syarat terwujudnya clean government. Yaitu pemerintahan yang bersih dari
hukum dan sebagai bagian dari good governance. Keterlibatan masyarakat menurut Muin Fahmal 2006: 20
untuk merasa „memiliki hukum‟ menjadi penting dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih.
Pemerintahan yang bersih memerlukan penegakan hukum yang menjamin terwujudnya keadilan yang bersinggungan dengan perasaan hukum.
Indikator itu adalah tertanamnya kepercayaan masyarakat terhadap integritas pelaksana hukum. Selama tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum rendah, maka selama itu pula tindakan main hakim sendiri eigenrichting cenderung tinggi.
Sunarso 2013: 173 mengutip definisi good governance menurut UNDP yakni sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif, di antara
negara, sektor swasta dan masyarakat. Secara umum good governance mengandung unsur utama yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi,
keterbukaan dan aturan hukum. Unsur-unsur tersebut meliputi:
1. Akuntabilitas
Tanggung gugat dari pengurusan, penyelenggaraan dari governance yang dilakukan lebih jauh diartikan adalah kewajiban bagi aparatur
pemerintah untuk bertindak selaku penanggung jawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijaksanaan yang
ditetapkan. 2. Transparansi
Dapat diketahui oleh banyak pihak mengenai perumusan kebijakan politik dari pemerintah, organisasi, badan usaha. Dengan kata lain,
segala tindakan dan kebijaksanaan pemerintah baik dipusat maupun daerah harus selalu dilaksanakan secara terbuka diketahui oleh umum.
3. Keterbukaan Pemberian informasi secara terbuka, terbuka untuk open free
suggestion, dan terbuka untuk kritik yang merupakan partisipasi. Keterbukaan bisa meliputi bidang politik, ekonomi dan pemerintahan.
4. Aturan hukum Keputusan, kebijakan pemerintah, organisasi, badan usaha berdasarkan
hukum jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijaksanaan publik yang ditempuh.
Berdasarkan perihal tersebut UNDP badan PBB untuk program pembangunan 1996 merumuskan karakteristik good governance sebagai
berikut:
1. Partisipasi, yaitu setiap warga masyarakat, baik laki-kali maupun perempuan, harus mempunyai hak suara yang sama dalam proses
pemilihan umum dengan kebebasan berpendapat secara konstruktif. 2. Penegakan hukum, yaitu kerangka yang dimiliki haruslah berkeadilan
dan dipatuhi. 3. Transparan, yaitu bahwa transparansi pemerintahan harus dibangun
dalam kebebasan aliran informasi yang ingin dimiliki oleh mereka yang membutuhkan.
4. Daya tanggap, bahwa setiap lembaga dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan
masyarakat. 5. Berorientasi pada consensus, yaitu bahwa pemerintahan yang baik
adalah yang dapat menjadi penengah bagi berbagai perbedaan dan memberikan suatu penyelesaian.
6. Berkeadilan, yaitu
memberikan kesempatan
upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup. 7. Efektivitas dan efisiensi, yaitu bahwa setiap proses kegiatan dan
kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan suatu yang benar-benar dibutuhkan.
8. Akuntabilitas, yaitu bahwa para pengambil keputusan dalam pemerintah dapat memiliki pertanggungjawaban pada publik.
9. Bervisi strategis, yaitu bahwa para pengambil keputusan dalam pemerintah dapat memiliki pandangan yang luas dan jangka panjang
tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia.
10. Kesalingterikatan, yaitu bahwa kesuluruhan ciri pemerintah mempunyai kesalingterikatan yang saling memperkuat dan tidak bisa
berdiri sendiri.
a. Arti Penting Prinsip-prinsip Umum Pemerintahan yang Baik
Eny Kusdarini 2011: 144 menjelaskan bahwa tindakan alat administrasi negara yang didasarkan pada asas-asas umum pemerintahan
yang baik dalam lapangan Hukum Administrasi Negara sangat diperlukan, mengingat kekuasaan negara yang dijalankan oleh pemerintah atau alat
administrasi negara mempunyai wewenang yang istimewa di dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan dan kepentingan umum sangat
luas. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya ini dengan asas kebebasan bertindak frieies ermessen yang dipunyainya seringkali terjadi perbuatan
alat administrasi negara menyimpang dari hukum yang berlaku dan tendensinya bisa mengakibatkan kerugian pada warga masyarakat. Untuk
meningkatkan perlindungan hukum yang lebih baik bagi warga masyarakat maka tindakan-tindakan alat administrasi negara, diperlukan
perangkat hukum sebagai tolok ukurnya. Hukum yang dimaksud disini adalah hukum tertulis yang berbentuk ketentuan-ketentuan perundnag-
undangan maupun hukum yang tidak tertulis. Di dalam hukum yang tidak tertulis, prinsip-prinsip atau asas-asas umum yang baik memegang
peranan yang penting, diharapkan dengan mengindahkan asas ini dimungkinkan tidak terjadinya penyalahgunaan wewenang, jabatan atau
kekuasaan atau yang seringkali dikenal dengan istilah detournement de pouvoir ini sangat diperlukan dalam mewujudkan good governance tata
kelola pemerintah yang sehatbaik. Selanjutnya Eny Kusdarini juga menjelaskan 2011: 147 bahwa
terkait dengan asas-asas umum pemerintahan yang baiklayak, maka asas- asas ini juga substansinya berasal dari nilai-nilai etik yang berasal dari
nilai-nilai etik yang berasal dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sudah dipraktekkan sejak lama oleh nenek moyang bangsa Indonesia
sebelum proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Di Indonesia nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat ini telah dikristalisasikan ke
dalam dasar falsafah negara kita yang dinamakan Pancasila yang sekaligus juga merupakan sumber dari segala sumber tertib hukum yang ada di
Indonesia. Oleh karena itu nilai-nilai luhur yang telah dikristalisasi dalam Pancasila, selain semestinya harus dilaksanakan oleh alat administrasi
negara sebagai pelaksana penyelenggara negara yang bertugas selaku pelayan masyarakat. Asas-asas umum pemerintahan yang baik
sesungguhnya merupakan rambu-rambu bagi penyelenggara negara alat administrasi negara di dalam menjalankan tugasnya. Rambu-rambu
tersebut diperlukan agar perbuatan-perbuatan alat administrasi negara tetap sesuai dengan tujuan hukum.
Menurut Jazim Hamidi sebagaimana dikutip oleh Eny Kusdarini 2011:148-149, asas-asas umum pemerintah yang baik, mengandung
beberapa unsur pengertian secara komprehensif, yakni: 1.
Asas-asas umum pemerintahan yang layak merupakan nilai-nilai etik yang hidup berkembang dalam lingkungan hukum administrasi
Negara; 2.
Asas-asas umum pemerintahan yang layak berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam menjalankan fungsinya,
merupakan alat uji bagi hakim administrasi negara, dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi pihak penggugat;
3. Sebagian besar dari asas-asas umum pemerintahan yang layak yang
tidak tertulis, masih abstrak dan dapat digali dari praktik kehidupan di masyarakat;
4. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan
terpencar dalam berbagai peraturan hukum positif. Meskipun sebagian dari asas itu sudah berubah menjadi kaidah hukum tertulis, namun
sifatnya tetap sebagai asas hukum.
b. Perincian Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan
Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur atau yang dapat diterjemahkan menjadi prinsip-prinsip atau asas-asas umum pemerintahan
yang baik ini disampaikan dan dirangkum oleh Crince Le Roy dalam kuliahnya pada Penataran lanjutan Hukum Tata Usaha NegaraHukum
Tata Pemerintahan di Fakultas Hukum Unair 1978 ada sebelas 11 prinsip atau asas, yang kemudian di Indonesia dikembangkan oleh Kuntjoro
Purbopranoto sebagaimana dikutip oleh Philipus M. Hadjon 2008: 279 menjadi tiga belas 13 asas, yaitu:
1. Asas kepastian hukum principle of legal security
2. Asas keseimbangan principle of proportionally
3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan principle of equality
4. Asas bertindak cermat principle of carefulness
5. Asas motivasi untuk setiap keputusan principle of motivation
6. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan principle of non misure
of competence 7.
Asas permainan yang layak principle of fair play 8.
Asas keadilan atau kewajaran principle of reasonableness or prohibition of arbritariness
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar principle of meering
raised expectation; 10.
Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal principle of undoing the consequences of annulled decision
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup principle of protecting the
personal way of life 12.
Asas kebijaksanaan sapientia 13.
Asas penyelenggaraan kepentingan umum principle of public services
Asas-asas tersebut berpangkal tolak dari teori-teori hukum dan yurisprudensi serta norma-norma yang hidup dalam masyarakat. Hal ini
dikemukakan oleh Eny Kusdarini 2011: 160. Menurut Eny Kusdarini 2011: 160 berlakunya asas-asas umum pemerintahan yang baik di
Indonesia harus diselesaikan dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945, dan juga tampaknya Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara sudah
mengakuinya dengan mencantumkan dalam rumusan ketentuan Pasal 53 ayat 2. Dinyatakan dalam ketentuan Pasal 53 ayat 2 bahwa alasan-
alasan yang dapat dipakai oleh penggugat untuk mengajukan gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara yang sekaligus dipakai sebagai dasar
pengujian oleh hakim Peradilan Tata Usaha Negara terhadap keputusanketetapan administrasi Negara KTUN yang digugat adalah:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan keputusan telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain dari
maksud diberikannya wewenang tersebut;
c. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan setelah mempertimbangkan semua
kepentingan yang tersangkut dengan keputsan itu seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan tersebut.
SF Marbun 2003: 285 mengemukakan, bahwa dalam rangka menemukan dan merumuskan asas-asas pemerintahan Indonesia yang adil
dan patut, kiranya asas-asas umum pemerintahan yang dirangkum oleh Crince Le Roy dan dikembangkan oleh Kuncoro Purbopranoto di atas
perlu dijadikan pedoman dan tolok ukur, sepanjang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, agama, hukum adat dan hukum positif lainnya.
SF Marbun 2003: 285 menawarkan asas-asas umum pemerintahan Indonesia yang adil dan patut sebagai berikut:
1. Asas persamaan;
2. Asas keseimbangan, keserasian, keselarasan;
3. Asas menghormati dan memberikan haknya setiap orang;
4. Asas ganti rugi karena kesalahan;
5. Asas kecermatan;
6. Asas kepastian hukum;
7. Asas kejujuran dan keterbukaan;
8. Asas larangan menyalahgunakan wewenang;
9. Asas larangan sewenang-wenang;
10. Asas kepercayaan atau pengharapan;
11. Asas motivasi;
12. Asas kepantasan atau kewajaran;
13. Asas pertanggungjawaban;
14. Asas kepekaan;
15. Asas penyelenggaraan kepentingan umum;
16. Asas kebijaksanaan;
17. Asas itikad baik.
C. Bentuk-bentuk Hukum Administrasi Negara
1. KeputusanKetetapan Administrasi Negara
Keputusan atau Ketetapan administrasi negara di Indonesia, menurut Bagir Manan 2004: 17, lazim disebut beschikking. Keputusan
atau Ketetapan ini bersifat konkrit dan tertentu subyek dan atau obyeknya. Selanjutnya menurut Eny Kusdarini 2011: 95 di Jerman Keputusan atau
Ketetapan administrasi negara disebut dengan Verwaltungsakt, sedangkan di Prancis dikenal dengan sebutan Acte Administratif.
Sedangkan unsur-unsur yang terdapat dalam keputusan menurut Ridwan HR 2007, adalah:
a. Pernyataan kehendak sepihak enjizdie schriftelijke wilsverklaring b. Dikeluarkan oleh organ pemerintahan bestuurorgaan;
c. Didasarkan pada kewenangan hukum yang bersifat publik publiekbevoegdheid;
d. Ditujukan untuk hal khusus atau peristiwa konkret dan individual; dan
e. Dengan maksud menimbulkan akibat hukum dalam bidang administrasi.
Bentuk-bentuk keputusan administasi menurut Bagir Manan sebagaimana dikutip oleh Eny Kusdarini 2011:95 dapat dibedakan
menjadi lima 5 yakni: a. Keputusan-keputusan yang berisi peraturan perundang-undangan
algemene verbindende voorschriften; b. Keputusan-keputusan yang berisi penetapan beschikkingen;
c. Keputusan-keputusan yang bukan merupakan peraturan perundang- undangan tetapi mempunyai akibat secara umum;
d. Keputusan-keputusan yang berisi perencanaan planner; e. Keputusan-keputusan yang berisi peraturan kebijakan beleidregels.
Selanjutnya Eny Kusdarini 2011:95 menjelaskan bahwa keputusan administrasi negara merupakan perbuatan hukum publik
bersegi satu, yang dilakukan oleh alat administrasi negara untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Keputusan yang dibuat oleh alat
administrasi negara ini merupakan bagian terbesar dari macam-macam perbuatan hukum yang dilakukan oleh alat administrasi negara. Perbuatan
alat administrasi negara dalam mengadakan keputusanketetapan ini disebut penetapan.
Adapun yang
dimaksudkan dengan
keputusanketetapan administrasi negara atau Keputusan Tata Usaha Negara, berdasarkan
ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkrit, individual dan final
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Unsur-unsur utama Keputusan Tata Usaha Negara seperti
dirumuskan pada ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, yakni:
a. Penetapan tertulis; b. Oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;
c. Konkret; d. Individual;
e. Final; serta f. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata. Ridwan HR 2007: 163-168 menyatakan bahwa secara teoritis,
dalam hukum administrasi, dikenal ada beberapa macam ketetapan, yakni: a. Ketetapan Deklaratoir dan Ketetapan Konstitutif
b. Ketetapan yang Menguntungkan dan yang Memberi Beban c. Ketetapan Eenmalig dan Ketetapan yang Permanen
d. Ketetapan yang Bebas dan yang Terikat e. Ketetapan Positif dan Negatif
f. Ketetapan Perorangan dan Kebendaan
2. Peraturan
Untuk menjalankan tugasnya, selain membuat dan mengeluarkan keputusan, alat administrasi negara juga mengeluarkan peraturan. Prajudi
Atmasudirjo sebagaimana dikutip oleh Eny Kusdarini 2011: 99 menyatakan bahwa peraturan ini termasuk dalam undang-undang dalam
arti luas yang merupakan bagian dari sumber hukum tata usaha negara yang bersifat otonom, yang dapat diubah, ditambah oleh alat tata usaha
negara apabila
perlu dengan
memperhatikan asas-asas
umum pemerintahan yang baik.
Peraturan merupakan hukum in abstracto atau generale norm yang sifatnya mengikat umum dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang
bersifat umum Eny Kusdarini, 2011:99. Istilah perundang-undangan peraturan perundang-undangan secara harafiah dapat diartikan sebagai
peraturan yang berkaitan dengan undang-undang baik peraturan itu berupa undang-undang sendiri maupun peraturan yang lebih rendah dari undang-
undang dalam arti formal yang merupakan atribusi atau delegasi dari undang-undang. Adapun ciri-ciri peraturan peraturan perundang-
undangan menurut Ridwan HR 2007: 135, yakni: a. Bersifat umum dan komprehensif, yang merupakan kebalikan dari
sifat-sifat khusus dan terbatas;
b. Bersifat universal, kebalikan dari sifat individual, dan diciptakan untuk mengahdapi peristiwa-peristiwa yang diperkirakan muncul pada masa
yang akan datang yang belum jelas terjadinya atau belum jelas bentuk konkretnya;
c. Memiliki kekuatan mengoreksi serta memperbaiki dirinya sendiri adalah lazim bagi suatu peraturan untuk mencantumkan suatu klausul
yang memuat kemungkinan dilakukannya peninjauan kembali.
3. Perundang-undangan SemuPeraturan Kebijaksanaan
Peraturan kebijaksanaan menurut Bagir Manan 2004: 15 adalah peraturan yang dibuat baik kewenangan atau materi muatannya tidak
berdasar pada peraturan perundang-undangan, delegasi atau mandate, melainkan berdasarkan wewenang yang timbul dari Freies Ermessen yang
dilekatkan pada administrasi negara untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang dibenarkan oleh hukum. Hal ini senada dengan pendapat
Eny Kusdarini 2011: 102, disamping membuat keputusan dan peraturan alat administrasi negara juga mengeluarkan produk hukum yang dikenal
dengan sebutan pseudo wetgeving atau peraturan-peraturan kebijaksanaan yang sering juga dikenal dengan nama peraturan perundang-undangan
semu. Hak ini dilakukan alat tata usaha negara untuk menempuh berbagai langkah kebijaksanaan tertentu. Pengeluaran produk alat administrasi
negara yang dikenal dengan sebutan perundang-undangam semu atau