kembali kesana. Di sisi lain, apabila ada pelanggan yang mempunyai acara, pemilik bersama pelanggan lain tidak sungkan untuk datang ke acara itu. Pemilik juga terkadang
membuat acara lain pada pusat kebugaran yang dimilikinya. Peneliti nantinya akan meneliti pusat kebugaran di kota Medan karena peneliti
memperhatikan perkembangan pusat kebugaran yang pesat juga memilki kelas – kelas serta bagaimana pola interaksi, solidaritas yang terbangun pada pelanggan. Ini terlihat
pada pusat kebugaran mewah ala artis ibu kota hingga yang sederhana. Terciptanya pola interaksi pada awalnya dikarenakan banyaknya kesamaan antar pelanggan.Pola interaksi
juga tidak selamanya sama, pasti juga mengalami pasang surut. Contoh lain terlihat pada pergantian personal trainer sering terjadi hingga bergantinya manajemen pada
pusat kebugaran. Penelitian juga dilakukan dibeberapa pusat kebugaran yang cukup dikenal,
seperti Best Fitness, terletak di Hermes Polonia Medan. Pusat kebugaran kelas menengah seperti Bamboo GYM yang terletak di Jalan Denai, hingga pusat kebugaran
kelas bawah seperti New GYM bertempat di Jalan Bhayangkara. Peneliti juga membandingkan bagaimana pola interaksi antar pemilik, pelatih ke pelanggan. Dengan
adanya batasan waktu, maka diharapkan peneliti akan mendapatkan data-data dari informan yang nantinya akan ditentukan.
1.2. Tinjauan Pustaka
Universitas Sumatera Utara
Sekelompok orang yang pindah dari satu lingkungan budaya ke lingkungan budaya lain, mengalami proses sosial budaya yang dapat mempengaruhi mode adaptasi
dan pembentukan identitasnya Appadurai, 1994; Ingold, 1995
6
Arena sosial ini juga akan merubah pola interaksi dengan orang lain, juga bisa saja merubah identitas dari orang tersebut. Tataran individual akan diamati proses
resistensi di dalam reproduksi identitas sistem sekelompok orang di dalam konteks sosial budaya tertentu. Di dalam pusat kebugaran, yang telah berfungsi sebagai arena
sosial, tentunya orang – orang di dalamnya mempunyai latar belakang yang berbeda, yang berintegrasi di dalam suatu lingkungan. Apparudai dan Hannerz 1994 telah
menegaskan bahwa keberadaan seseorang dalam lingkungan tentu di satu pihak mengharuskan penyesuaian diri yang terus menerus untuk dapat menjadi bagian dari
sistem yang luas . Pengelompokan baru,
dan pemberian makna identitas merupakan kekuatan di dalam mengubah berbagai ekspresi cultural dan tindakan sosial bagi para pendatang.Begitu juga yang terjadi pada
pusat kebugaran, dimana sekelompok orang yang berbeda, disatukan dalam sebuah tempat dan membentuk arena sosial.
7
Intergrasi merupakan keutuhan atau persatuan proses menjadi satu. Kondisi ini memang bisa mengahasilkan kerukunan, tetapi konsep ini lebih sering menekankan
pada “keutuhannya” daripada “kerukunannya”.Proses integrasi masyarakat ke suatu atanan global yang dianggap tidak terelakkan akan menciptakan suatu masyarakat
.
6
Appadurai 1994 dan Ingold 1995 dalam Irwan Abdullah: Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan
7
Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan
Universitas Sumatera Utara
terikat dalam suatu jaringan komunikasi internasional yang begitu luas dengan batas- batas yang tidak begitu jelas. Selain arus orang dan barang, arus informasi merupakan
suatu keuntungan sekaligus ancaman yang sangat berbahaya. Marshall Goldsmith 1998 menunjukkan tiga cirri masyarakat global yang terbentuk akibat proses ekspansi
pasar, merupakan globalisasi tahap ketiga. Ketiga ciri itu meliputi : diversitas perbedaan, pembentukan nilai jangka panjang, hilangnya humanitas
perikemanusiaan. Terdapat dua konsep intergrasi, yaitu integasi sosial dan intergasi nasional.Integrasi sosial adalah proses berhubungan secara intensif dan harmonis
berbagai unsur masyarakat dalam kehidupan sehari – hari pada aneka bidang kehidupan Wirutomo, 2012
8
Integrasi bisa dibedakan kedalam sekurang-kurangnya tiga sifat, yaitu integrasi normatif, integrasi fungsional, integrasi koersif.Sifat integrasi normatif berkenaan
dengan terciptanya arena sosial, karena pada dasarnya memiliki kesamaan dengan sifat- sifat solidaritas mekanik yang diungkapkan Durkheim
. Sementara integrasi nasional adalah proses menyatunya unsur- unsur tersebut dalam bingkai politik nasional yang berkenaan dengan struktur sosial
juga arena sosial.
9
8
Dikutip dari Paulus Wirutomo 2012 Sistem Sosial Indonesia
. Seperti diketahui, solidaritas mekanis menandai suatu masyarakat sederhana, yang anggotanya memperoleh
sosialisasi sama sehingga memiliki suatu kesepakatan nilai-nilai dasar. Menurut Durkheim, seiring perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, solidaritas
9
Durkheim 1893 melihat konsep solidaritas sosial sebagai konsep sentral : “solidarity is the basis of social order” dikutip dari Antropologi Kontemporer
Universitas Sumatera Utara
mekanik akan bergeser menjadi solidaritas organis
10
Didalam konteks sosial yang berubah, makna sosial dan individual suatu kebudayaan juga mengalami perubahan, karena konteks sosial memberikan makna pada
tindakan – tindakan individual Berger, 1990; Simmel, 1991; Strathern, 1995.Perubahan yang terjadi telah menunjukkan pergeseran-pergeseran definisian pada
tingkat yang berbeda.kebudayaan dan konteks sosial tidak hanya merupakan defenisi yang terlihat pada struktur simbolisnya, tetapi juga dituntut pemahaman struktur sosial.
Orientasi nilai yang berubah dalam masyarakat pada dasarnya menjadi basis munculnya structural dalam pendefenisian kebudayaan.Dalam konteks ini, kebudayaan pun
kemudian membutuhkan legitimasi simbolik yang sangat berbeda berdasarkan kelompok.Begitu pula dengan arena sosial, yang dahulu bermakna sebagai tempat
berkumpulnya masyarakat yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dan terjadinya komunikasi aktif diantara mereka. Dan arena sosial sering pula dikaitkan dengan acara –
acara tradisional seperti acara adat. . Kesepakatan tentang nilai dasar
pun berganti menjadi saling ketergantungan fungsional antar masyarakat.
Arena sosial tidak hanya terjadi karena interaksi dua orang atau lebih, tetapi juga adanya komunikasi kelompok antara komunitas.Komunikasi kelompok terjadi
dalam suasana yang lebih cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama.Komunikasi kelompok lebih
cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi antar pribadi.
10
Durkheim 1893 Dikutip dari Antropologi Kontemporer
Universitas Sumatera Utara
Umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan, tanggung jawab mereka masing- masing. Didalam komunikasi kelompok, terdapat bahasa yang berbeda antar
kelompok.Interaksi manusia dalam masyarakat menyerupai suatu “drama” tatkala setiap individu memainkan peran, menampilkan dirinya secara terus menerus demi menjaga
kesan lawan interkasinya. Dalam interaksi sosial, individu saling bernegosiasi dengan menggunakan
simbol, terutama bahasa, tetapi ekspresi wajah atau gerakan badan pun bisa merupakan symbol yang mengandung makna.Manusia memiliki kesadaran, kemampuan self –
reflexive sehingga bisa berubah karena reaksi lawan interaksinya.Kedirian manusia memiliki dua dimensi, yaitu “I” sebagai subjek, atau individu yang khas, juga dimensi
“Me” sebagai obyek atau yang dipengaruhi oleh interaksi. Clifford Geertz 1973 mengemukakan suatu defenisi kebudayaan sebagai : 1 suatu sistem keteraturan dari
makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefenisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan, dan membuat penilaian. 2
suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis yang terkandung dalam bentuk simbolik, yang melalui bentuk simbolik tersebut manusia berkomunikasi,
memantapkan, serta mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap dalam kehidupan. 3 suatu peralatan simbolik bagi mengontrol perilaku, sumber
ektrasomatik dari informasi, juga karena kebudayaan adalah suatu sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan dan diinterpretasi
11
11
Clifford Geertz 1973 dikutip dari Antropologi Kontemporer
.
Universitas Sumatera Utara
Bahasa berperan penting dalam komunikasi.Apabila dalam berkomunikasi, masyarakat juga pasti menggunakan bahasa.Bahasa juga merupakan salah satu unsur
kebudayaan.Sapir Whorf mengatakan bahwa tanggapan, pikiran, dan tindakan seorang banyak bergantung atas struktur dan kosa kata bahasa yang dikuasainya.Semua ini
adalah alat – alat yang dipergunakan untuk berpikir dan kemudian menanggapi sesuatu itu sehingga mempengaruhi tindak lakunya.Nababan, 1983, Kridalaksana, 1982
12
. Berbahasa sebagai bagian penting dalam komunikasi, tidak pernah lepas dari
budaya.Dengan demikian, bahasa harus dikaitkan dengan konteks budaya tuturan itu the cultural context of the speech art. Ketika seseorang hendak menyampaikan juga
memahami tuturan, dia tidak hanya terfokus pada pesan yang disampaikan, tetapi juga pada konteks budayanya seperti situasi tuturan, tipe masyarakat pendengar, juga norma
yang berlaku dalam masyarakat
13
. Edward Tylor, perintis Antropologi abad ke-19 mengatakan : “kekuatan penggunaan kata-kata sebagai tanda untuk mengekspresikan
pemikiran, yang dengan ekspresi itu bunyi secara tidak langsung menghubungkannya, sebenarnya sebagai simbol-simbol arbiter, adalah tingkat kemampuan khusus manusia
yang tertinggi dalam bahasa yang kehadirannya mengikat bersama semua ras manusia dalam kesatuan mental yang substansial” 1975: 118
14
Komunikasi global pun akan melahirkan suatu jaringan yang tidak terhitung dalam interaksi sosial. Kata Goldsmith, yang menggabungkan manusia dalam suatu
.
12
Nababan 1983 dan Kridalaksana 1982 dikutip dari Artikel Buku Sosiolinguistik
13
Teuku Kemal Fasya dalam Kata dan Luka Kebudayaan
14
Edward Tylor 1975: 118 dikutip dari Antropologi Kontemporer
Universitas Sumatera Utara
pemikiran global yang bekerja sama mengembangkan kehidupan ke tingkat yang lebih baik. Pengayaan terjadi saat berbagai perubahan dalam masyarakat dirancang
berdasarkan apa yang dipelajari dari berbagai belahan dunia
15
Keragaman bahasa juga mempengaruhi bagaimana komunitas itu dapat terjadi, juga bagaimana pula komunitas itu dapat bergeser sehingga dapat membentuk
komunitas yang baru atas perbedaan bahasa dan kebudayaannya.Komunitas juga dapat menjadi salah satu faktor didalam arena sosial.
.
Komunitas secara baku merujuk kepada suatu sistem sosial dengan suatu pola hubungan yang dibedakan secara langsung dengan sistem sosial yang lebih formal, lebih
abstrak, dan lebih bersifat instrumental. Pengertian komunitas juga mengacu pada pengertian komunitas dalam arti komunitas local, seperti yang dikemukakan oleh
Kenneth Wilkinson 1991 dalam Green and Haines 2004, dimana mereka melihat komunitas sekurang – kurangnya mempunyai tiga unsur dasar, yaitu : adanya batasan
wilayah atau tempat, merupakan suatu organisasi sosial atau institusi sosial yang menyediakan kesempatan untuk dapat melakukan interkasi secara regular, juga interaksi
sosial yang dilakukan terjadi karena adanya minat ataupun kepentingan yang sama
16
15
Irwan Abdullah dalam Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan
. Adanya komunitas sangat ditentukan oleh dukungan dari berbagai unsur yang berbeda
dalam masyarakat.
16
Kenneth Wilkinson 1991 dalam Green and Haines 2004, dikutip dari Intervensi Komunitas : Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Perubahan komunitas dipengaruhi zaman. Istilah komunitas mengalami perkembangan pesat sejak abad ke-14 yang pada awalnya digunakan untuk menunjuk
pada suatu kelompok orang yang berada pada status rendah,, orang biasa, dalam hubungannya dengan kelompok kelas atas
17
Dahulu, komunitas arena sosial lebih bersifat kepada komunitas yang didalamnya terdapat orang-orang yang masih berhubungan darah, akan tetapi komunitas
terus berubah, menjadi orang-orang yang didalam komunitas itu pun saat sekarang ini sudah tidak ada lagi hubungan darah antar mereka. Perubahan pada pasar juga
mempengaruhi komunitas.Seperti Appandurai dalam Konstruksi dan Reproduksi kebudayaan mengatakan “ pasar telah memperluas orientasi masyarakat dan mobilitas
sehingga batas – batas sosial budaya selain meluas juga cenderung mengabur akibat berubahnya orientasi ruang dalam masyarakat”.
. Variasi penggunaan tampak pada saat istilah yang sama digunakan untuk menjelaskan suatu unit kecil dari suatu sistem yang
terorganisir, seperti negara skala kecil. Pada abad ke-16, komunitas telah mengandung makna “kesamaan” dalam identitas atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh sekelompok
orang.
George Foster 1967, seorang ahli antropologi Amerika pernah mengatakan bahwa sebenarnya setiap komunitas, kesatuan sosial itu, terutama yang masih diwarnai
17
Kelas atas atau borjuis adalah sebuah kelas sosial dari orang -orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal dan kelakuan yang terkait dengan kepemilikan tersebut
Universitas Sumatera Utara
kehidupan agraris seperti Indonesia, selalu memiliki sebuah sistem gagasan yang disebutnya sebagai gagasan keterbatasan ‘sumber daya’
18
Tempat – tempat pun mengalami perubahan karakter akibat interaksi dengan berbagai nilai yang berlainan dari berbagai kelompok masyarakat.Pertemuan antar
orang dalam seting semacam ini telah mengubah karakter komunitas.Perubahan karakter ini terjadi secara mencolok, khususnya dengan melemahnya ikatan – ikatan tradisional
yang karenanya member otonomi yang lebih besar pada individu – individu. .
Ini juga dapat menjadi suatu fenomena yang dapat diteliti, yaitu arena sosial yang bergeser seiring dengan perkembangan zaman, dimana dahulu arena sosial sering
terjadi pada acara – acara tradisional, kemudian pada saat ini arena sosial terus berkembang menjadi sesuatu yang umum, seperti pada pasar, institusi pendididkan, dan
bahkan tempat – tempat waktu luang, seperti pusat kebugaran. Pusat kebugaran mulai berkembang, di setiap kota – kota besar di Indonesia
pasti ada satu, dua atau banyak pusat kebugaran yang berkembang. Dengan berkembangnya pusat kebugaran ini, juga dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup
masyarakat. Masyarakat yang dulu malas berolahraga dengan adaanya pusat kebugaran ini menjadi rutin dalam berolah raga.Tetapi ada pergeseran fungsi yang terdapat pada
18
George Foster 1967, The Image of Limited Good. Dikutip dari Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia : Perspektif Antropologi
Universitas Sumatera Utara
pusat kebugaran itu, yaitu selain menjadi tempat untuk berolahraga, pusat kebugaran juga menjadi arena sosial pada saat ini.
Proses globalisasi telah melahirkan diferensiasi yang meluas, yang tampak dari proses pembantukan gaya hidup, juga identitas. Gaya hidup yang terbentuk sejalan
dengan munculnya budaya kota, telah mengubah orientasi masyarakat dari kelompok yang berorientasi pada tata nilai yang umum ke tata nilai yang khusus dengan batas-
batas simbolik baru. Pada saat kota-kota menjadi lingkungan sosial dominan yang kemudian dihuni oleh lebih dari separuh penduduk Indonesia, maka pergeseran dalam
defenisi komunitas akan terjadi. Tidak ada lagi batas-batas budaya yang diikat oleh sentiment agama atau etnis, karena basiskapital ekonomi telah menjadi dasar dari
pengelompokan sosial, parameter dalam transaksi sosial. Selain melahirkan sistem sosial yang lebih terbuka akibat proses rasionalisasi yang terjadi, pergeseran ini
melahirkan kesadaran baru tentang identitas juga makna diri dalam lingkungan sosial kultural yang dipilih untuk menjadi bagian, bukan lagi suatu lingkungan yang diberikan
oleh kekuatan dominan bersifat paksaan. Sistem sosial yang terbuka semacam ini, selain melahirkan kesampatan-
kesempatan pilihan baru bagi publik.Juga memunculkan gerakan tandingan dalam berbagai bentuknya. Keterbukaan sebagai hasil dari proses perbedaan yang terjadi
dalam jangka panjang, merupakan iklim yang kondusifbagi berbagai agen untuk terlibat
Universitas Sumatera Utara
dalam penataan sosial. Berbagai gerakan akan mendorong pembentukan struktur sosial yang didasarkan pada sistem akses yang terbuka secara meluas
19
1.3. Rumusan Masalah