Pengalaman Penelitian Pusat-Pusat Kebugaran di Kota Medan (Studi Etnografi Pergeseran Fungsi dan Pola Interaksi pada Pusat Kebugaran)

ada pada pusat kebugaran tersebut. Dan informan ini bisa dibilang merupakan orang yang mendirikan usaha pusat kebugaran yang ada di kota Medan. Selanjutnya peneliti akan mewawancarai informan biasa. Informan biasa yang dimaksud adalah masyarakat yang berkunjung pada pusat kebugaran. Dan kedua tipe informan tersebut akan peneliti wawancarai dengan menggunakan interview guide. Interview guide ini merupakan alat bantu bagi peneliti untuk merumuskan permasalahan yang akan peneliti lihat terkait tema yang akan diteliti. Interview guide ini merupakan rumusan pertanyaan kepada kedua tipe informan

1.6. Pengalaman Penelitian

Penelitian dimulai pada tanggal 2 Juni 2014 di New GYM jalan Bhayangkara No. 345, pada pukul 14.30 WIB. Awalnya peneliti merasa bingung, karena tidak ada orang yang menjaga kasir. Karena biasanya di setiap pusat kebugaran, ada orang yang menjaga kasir. Terlihat beberapa orang sedang asik menikmati musik remix sambil berlatih. Peneliti bertanya kepada seorang bapak, bagaimana cara mendaftar untuk latihan, bapak itupun berkata “dek, latihan saja dulu, nanti daftarnya sekalian selesai latihan saja, karena yang menjaga sedang pulang istirahat”. Tak berapa lama, datanglah pemilik sekaligus penjaga kasir. Peneliti pun bertanya kenapa beliau pulang ketika jam istirahat, ternyata karena rumah pemilik pusat Universitas Sumatera Utara kebugarana tak jauh dari lokasi. Setelah peneliti berlatih sekitar setengah jam, pemilik pun datang. Melihat pemilik datang, peneliti langsung mendaftar sambil berkenaln dengan pemilik. Pemilik pusat kebugaran bernama Yoga 22, yang merupakan anak dari pak Bob, pemilik pusat kebugaran. Peneliti berlatih sekitar satu jam, sambil memperhatikan alat berlatih serta bagaimana cara menggunakannya. Terlihat beberapa pemain berjoget bersama sambil diiringi musik remix yang menjadi musik wajib di pusat kebugaran. Peneliti melihat beberapa anggota joget bersama. Entah mengapa pada hari pertama peneliti beranggapan mereka akrab. Peneliti pun berbicara dengan beberapa orang. Ternyata, alat latihan disini merupakan alat yang lama, tidak pernah diganti, kalaupun ada, hanya bagian yang sudah rusak saja. Karat pun bayak menempel pada alat. Air bekas tetesan hujan masih ada tergenang dibalik beban angkatan. Ada beberapa orang yang merupakan anggota lama di pusat kebugaran. Peneliti merasa mereka tepat menjadi informan dalam peneltian ini. Setelah selesai berlatih, peneliti pun istirahat sambil berbincang dengan pemilik tentang bagaimana orang orang yang berlatih disini. “orang orang disini umumnya orang yang sudah bekerja bang, tapi itu tergantung waktu latihannya juga. Seperti sore ini, kebanyakan orang yang bekerja. Kalau pagi, kebanyakan bapak bapak. Sekedar olahraga ringan. Waktu yang paling ramai pas malam hari. Disitu semua berkumpul, baik atlitnya ataupun anggota biasa” Informan. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa tujuan orang yang berlatih disini, pertama, hanya sekedar olahraga ringan, umumnya bapak bapak yang sudah berumur 40 tahunan melakukan ini. Kedua, yang bertujuan untuk menghilangkan lemak, biasanya orang orang yang bertubuh gemuk melakukan olahraga ini. Terakhir, bertujuan untuk mengikuti body contest, sehingga membentuk badan lebih berotot dengan suplemen pembentuk otot. Peneliti pun meneruskan untuk berlatih dihari selanjutnya, tetapi dengan waktu yang berbeda. Kali ini yang menjaga bukan lagi Yoga, tetapi pak Bob. Keadaan pusat kebugaran masih sepi, karena pagi. Tak berapa lama beberapa orang pun datang. Ternyata benar apa yang dikatakan Yoga, pagi hari Gym diminati oleh bapak-bapak umur 40 tahunan, mereka menyapa pak Bob sebelum mereka melakukan latihan. Musik dihidupkan, beberapa orang mulai melakukan latihan. Ada yang masih berbincang, ada pula yang mulai berjoget. Peneliti pun mulai berolahraga sambil memperhatikan bagaimana keakraban antara pemilik dan pelanggan. Pusat kebugaran pun mulai ramai seiring waktu menuju siang. Ada dua pemain yang berbadan kekar juga melakukan latihan bersama pemilik. Mereka terlihat akrab satu dengan yang lain. Ternyata mereka sudah 4 tahun menjadi pelanggan disini. Peneliti pun coba berbincang dengan salah seorangnya, bernama bang Awan 25, merupakan seorang personal trainer di Clark Hatch Fitness Center Hotel Grand Angkasa. Universitas Sumatera Utara Beliau sudah setahun menjadi personal trainer disana. Peneliti pun bertanya mengapa beliau masih berolahraga di pusat kebugaran pinggir jalan seperti ini walaupun beliau sudah menjadi personal trainer di pusat kebugaran mewah. “saya suka berolahraga di pusat kebugaran pinggir jalanan seperti ini, karena kalau dibandingkan dengan pusat kebugaran mahal, lebih baik disini, karena selain banyak interaksi, banyak juga variasi dari alat olahraganya” Informan Faktor interaksi menjadi salah satu dari faktor bagaimana seseorang ingin menentukan tempat dimana dia merasa nyaman. Pusat kebugaran mewah pun tak dapat menjadi sesuatu yang dianggap sebagai arena sosial dari masyarakat. Peneliti pun meneruskan latihan hingga selesai sekitar satu setengah jam. Besoknya, peneliti kembali latihan di pusat kebugaran yang sama, New Gym. Kali ini peneliti merubah waktu latihan menjadi malam dengan tujuan mendapatkan informasi dari informan yang berbeda. Terlihat pusat kebugaran masih sepi, hanya ada pemilik, Pak Bob, serta anak muda kira-kira seumuran dengan peneliti. Belum ada anggota lain. Sambil menunggu pemilik membersihkan pusat kebugaran, peneliti mencoba bercerita dengan anak muda sebaya tadi. Anak muda itu terlihat agak cuek dalam menanggapi cerita peneliti. Tak lama, peneliti pun memulai latihan. Hari semakin malam, semakin ramai pelanggan latihan disini. Peneliti pun mencoba mengakrabkan diri dengan yang lain, walaupun agak sulit, lama kelamaan peneliti dapat akrab dengan mereka. Peneliti melihat banyak canda tawa yang terjadi di Universitas Sumatera Utara pusat kebugaran ini. Tetapi ketika adanya orang baru yang masuk, mereka menjaga sikap sampai orang tersebut bisa mengakrabkan diri dengan mereka. Setelah beberapa waktu selesai dengan New Gym, peneliti pun melanjutkan penelitian ke Bamboo GYM, yaitu pusat kebugaran kelas menengah yang terletak di jalan Denai No. 72. Sesuai dengan namanya, pusat kebugaran ini dilapisi bambu disetiap dinding, tujuannya agar membuat pelanggan merasa sejuk. Penataan tempat cukup terbuka, juga luas. Berada di sisi jalan raya, sehingga terlihat jelas oleh masyarakat yang ingin mencoba berolahraga disini. Ketika peneliti mulai masuk, disambut oleh pemilik yang bernama Syafrizal Tanjung. Beliau merupakan pemilik sekaligus trainer di pusat kebugaran ini. Beliau bertanya apa yang menjadi tujuan saya untuk datang kesana. Setelah saya jelaskan untuk menjaga agar tubuh sehat, beliau pun menjelaskan bahwa masing-masing orang punya tujuan berbeda, ada beberapa tujuan masyarakat datang ke pusat kebugaran ini, untuk menjaga kesehatan, untuk mengurangi jumlah lemak, juga untuk membentuk otot, karena pada dasarnya, didalam tubuh manusia, terdapat otot-otot dasar, yang nantinya bila dibentuk, akan semakin berkembang. “pada dasarnya disetiap tubuh orang itu ada otot dasarnya, yang nantinya bila dilatih, akan semakin berkembang. Pembentukan otot juga tergantung gen yang dimiliki. Apabila gen yang bagus, tidak dilatih pun sudah kelihatan ototnya, apabila gen yang lain, harus dilatih agar otot terbentuk maksimal” Informan Bamboo GYM ini juga menjadi rumah untuk bang Syafrizal bersama keluarganya. Dengan alasan susah menjaga apabila rumah terpisah dengan pusat Universitas Sumatera Utara kebugaran, maka beliau memilih untuk tinggal disini. Karena itu pusat kebugaran ini sudah buka pada pukul 07.00 sampai 22.00. Peneliti pun mulai berlatih. Alat olahraga yang tersedia disini merupakan alat olahraga pesanan dari produk olahraga juga, jadi terlihat kokoh juga kuat. Pemilik pun tanpa diminta langsung mengajari peneliti untuk menggunakan alat olahraga sampai mahir. Pemilik pun sering bertanya-tanya tentang kehidupan peneliti sebagai simbol perkenalan kepada peneliti, juga sebagai wujud keakraban agar membuat peneliti nyaman dengan keadaan. Ketika saling bercerita, pemilik menceritakan tentang masa lalunya yang merupakan seorang wiraswasta, disaat beliau hampir putus asa karena masalah ekonomi, ajakan teman fitness pun merubah hidupnya. Beliau diajak seorang temannya untuk membuka pusat kebugaran bersama, saat itulah awalnya Bamboo GYM didirikan. Pada awalnya, ada juga beberapa trainer yang bekerja disini, tetapi karena adanya kesalah pahaman dengan pemilik, maka trainer mengundurkan diri. Hingga saat ini, pemilik juga menjadi trainer yang membantu dalam kegiatan olahraga. Dengan demikian, interaksi antar pemilik dengan pelanggan menjadi lebih intensif. Saat itu, pusat kebugaran terlihat ramai, ada bermacam profesi masyarakat disini dengan etnis yang berbeda. Seperti etnis Chinese yang dapat bersosialisasi dengan etnis Jawa, Batak juga Aceh. Keakraban pun terlihat diantara perbedaan yang menonjol diantara mereka. Intensitas pertemuan membuat hubungan antar pelanggan menjadi lebih dekat. Kebetulan pada saat itu akan diadakan acara body building contest pada hari Sabtu, pemilik pun mengajak anggota pusat kebugaran untuk ikut menonton pada hari Universitas Sumatera Utara itu. Peneliti pun diajak agar dapat melihat bagaimana hasil dari usaha anggota pusat kebugaran untuk mendapatkan prestasi pada ajang itu. Pada hari berikutnya, peneliti datang kembali ke Bamboo GYM dengan waktu yang berbeda, yaitu malam hari. Terlihat sangat ramai disana, sehingga harus bergantian untuk berolahraga. Orang-orang bekerja banyak menghabiskan waktu olahraga pada malam hari karena tidak dapat membagi waktu dengan pekerjaan. Menurut mereka, berolahraga pada malam hari dapat membuat tubuh lebih bugar, karena setelah olahraga, langsung beristirahat hingga pagi. Peneliti memperhatikan bagaimana cara pelanggan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Terlihat perbedaan antara pelanggan yang sudah bertahun dengan pelanggan baru. Pelanggan bertahun lebih akrab dengan pemilik, sedangkan pelanggan baru masih belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memiliki jenis masyarakat yang berbeda. Ketika peneliti berada pada Best Fitness Hermes Polonia Medan, peneliti merasakan perbedaan yang amat menonjol, yaitu perbedaan perlakuan personal trainer terhadap pelanggan. Awalnya, peneliti dikenalkan dengan Angga, personal trainer yang akan mengajarkan peneliti. Interaksi antar pelanggan disini kurang intensif, karena adanya personal trainer yang mengikuti juga memang karena pelanggan mungkin belum mengenal satu dengan yang lain. Pengelompokan juga terjadi antar pelanggan, seperti pelanggan yang Universitas Sumatera Utara memiliki hubungan darah akan berinteraksi dengan saudaranya saja, tidak dengan yang lainnya. Ada seorang kakek berumur 72 tahun yang masih mengikuti kegiatan olahraga disni. Kakek itu bernama kakek Wijaya, seorang beretnis Cina. Beliau sangat ramah, bahkan dengan semua orang termasuk peneliti. “saya ini bagaikan motor tua, jika tidak selalu dipanaskan, akan mati tiba-tiba, jadi saya memilih untuk berolahraga walaupun tak seperti anak muda. Saya memilih olahraga disini karena pelatihnya ramah, juga banyak menambah teman”. Informan Pada Best Fitness ini peneliti diajarkan semua yang ingin diketahui. Terlihat juga perbedaan pelanggan yang berada disini, kebanyakan etnis cina daripada pribumi. Alat yang digunakan pun sangat lengkap, serta ada kelas tambahan seperti spa, aerobic, Thai boxing. Ada juga perabotan tambahan yang menambah nyamannya suasana seperti loker, televisi, kamar mandi, serta sofa untuk menunggu atau duduk setelah latihan. Personal Trainer pun sangat ramah. Seperti bang Angga 24 yang sudah 6 bulan menjadi PT personal trainer disini. Beliau mengatakan menjadi seorang PT disini tidak mudah, harus memiliki kemampuan khusus, juga memiliki wawasan serta cara berinteraksi yang baik kepada pelanggan. Ketika peneliti bertanya bagaimana suka duka menjadi PT, bang Angga berkata “kalau menjadi seorang PT itu awalnya sulit, ketika kita terbiasa, akan menjadi mudah. Banyak member yang usil disini, ingin mengetahui sebesar apa kekuatan kami. Menyebalkan memang, tetapi kami harus tetap berinteraksi dengan mereka agar ilmu yang kami dapatkan dapat juga dipelajari”. Informan Universitas Sumatera Utara Keramahan PT membuat banyak member nyaman. Mereka melihat member sebagai teman, bukan sebagai pelanggan saja. Seperti pak Wilson 30 yang menjadi member setahun disini. “disini PT nya sangat ramah, apa yang kita tanyakan pasti dia menjawab. Dia juga sering menanyakan kehidupan kita bagaimana, sehingga kami dibuat seperti teman oleh mereka, bukan hanya sekedar member”. Informan. Peneliti banyak bertanya kepada bang Angga tentang bagaimana interaksi member dengan PT disini. Ada juga hubungan antara PT dengan member lebih dari sekedar teman, tetapi tidak dengan PT dengan PT, dikarenakan alasan keterikatan dengan kontrak kerja. Banyak member yang berpasangan datang untuk berolahraga bersama. Tapi ada juga hubungan antara member dengan member yang lebih dari sekedar teman disini. Banyak ilmu yang diberikan PT kepada member, sehingga member dapat menguasai bagaimana cara berolahraga yang benar. Interaksi berjalan seiring dengan adanya saling komunikasi satu dengan yang lain, yang manghadirkan suasana keakraban tanpa adanya batasan. Hubungan antar sesama member terlihat masih adanya batasan antara satu dengan yang lain. Walaupun mereka saling berbicara, tetapi ada saat dimana sikap individual terlihat. Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1 Gambaran Lokasi Penelitian