Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan tidak pernah melakukan pemeriksaan mikroorganisme. Untuk itulah peneliti ingin melakukan penelitian tentang
pemeriksaan mikrooraganisme pada ruang Bedah Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Analisa kandungan mikroorganisme pada Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Bunda
Thamrin Medan Tahun 2013.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat menganalisa sanitasi ruangan dan kandungan mikroorganisme pada Ruangan Bedah Rumah Sakit Umum Bunda
Thamrin Medan Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sanitasi ruangan meliputi : ventilasi, lantai dan dinding, pencahayaan, penyediaan air bersih, toilet dan kamar mandi, pembuangan
sampah dan tata cara pembersihan lantai pada Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya mikroorganisme pada Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.
3. Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada Ruang Bedah Rumah Sakit
Umum Bunda Thamrin Medan.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukkan bagi Manajemen Rumah Sakit agar memperhatikan
sanitasi Ruangan Bedah khususnya dan sanitasi Rumah Sakit pada umumnya.
2. Dapat diketahui ada tidaknya mikroorganisme dan jumlah mikroorganisme pada Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.
3. Untuk menambah pengalaman penulis mengenai proses analisa kandungan mikroorganisme.
4. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan jumlah mikroorganisme di Rumah Sakit
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit 2.1.1. Defenisi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992, tentang kesehatan dalam rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan promotif, pencegahan penyakit
preventif, penyembuhan penyakit kuratif dan pemulihan kesehatan rehabilitatif, yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
American Hospital Association 1974 memberi batasan rumah sakit sebagai berikut : Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional
yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, dengan
diagnose serta pengobatan penyakit yang diderita pasien dimana rumah sakit juga merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarkat, pendidikan serta penelitian
kedokteran diselenggarakan Azwar, 1996.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.1.2. Tugas Rumah Sakit
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 983 Menkes SK XI 1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
kesehatan secara daya guna dan berhasil dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukkan.
2.1.3. Klasifikasi Rumah Sakit Umum dan Pemerintah
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986 Menkes Per 11 1992 pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah
diklasifikasikan menjadi kelastipe A,B,C,D dan E Azwar, 1996. 1. Rumah Sakit Tipe A
Rumah Sakit Tipe A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit ini telah
ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukkan tertinggi to referral hospital atau disebut juga rumah sakit pusat.
2. Rumah Sakit Tipe B Rumah Sakit Tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan Rumah Sakit Tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi provincial hospital yang menampung
pelayanan rujukkan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.
3. Rumah Sakit Tipe C Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam pelayanan spesialis
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah
sakit tipe C ini akan didirikan di setiap ibukota kabupatenkota regency hospital yang menampung pelayanan rujukkan dari Puskesmas.
4. Rumah Sakit Tipe D Rumah sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan
menjadi rumah sakit tipe C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi, sama
halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D ini juga menampung pelayanan yang berasal dari Puskesmas.
5. Rumah Sakit Tipe E Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus special hospital yang
menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak rumah sakit tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit jiwa,
rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung dan rumah sakit ibu dan anak.
2.2. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai institusi yang berfungsi untuk menyembuhkan pasien, harus memiliki sarana dan lingkungan yang bersih dan memenuhi syarat kesehatan.
Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit diatur dalam Kepmenkes RI No. 1204 Menkes SK X 2004.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.2.1. Upaya Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit. 2. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman.
3. Penyehatan air termasuk kualitasnya. 4. Penanganan sampah dan limbah.
5. Penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen. 6. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
7. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi. 8. Pengamanan radiasi.
9. Penyuluhan kesehatan lingkungan.
2.2.2. Sanitasi Rumah Sakit
1. Lingkungan a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir, apabila berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitasteknologi untuk mengatasinya.
c. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok. d. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup. e. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landau menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
f. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing – masing dihubungkan langsung dengan instalansi pengelolaan air
limbah. g. Tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat – tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah. h. Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai
tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya.
2. Konstruksi Bangunan a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin, warna terang, mudah dibersihkan dan mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
b. Permukaan dinding harus kuat rata, warna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam
berat. c. Ventilasi yang cukup sehingga dapat menjamin aliran udara di dalam
kamarruang berjalan dengan baik. d. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukkan
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya. e. Langit – langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
f. Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
3. Ruang dan Bangunan Penataan ruang dan bangunan dan penggunaanya harus sesuai dengan fungsi
serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :
a. Zona resiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan,
ruang perpustakaan,
ruang resepsionis
dan ruang
pendidikanpelatihan. b. Zona resiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian dan ruang tunggu pasien. c. Zona resiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboraturium, ruang penginderaan medis medical imaging, ruang bedah mayat autopsy dan ruang jenazah.
d. Zona resiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi.
4. Kualitas Udara Ruang Mutu udara harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak berbau terutama bebas dari H2S dan Amoniak. b. Kadar debu tidak melampaui 150µgm³ udara dalam pengukuran rata – rata 24
jam. c. Konsentrasi maksimum mikroorganisme per m³ udara di ruang operasi adalah
10 CFUm³.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
d. Konsentrasi maksimum mikroorganisme per m³ udara di ruang bersalin adalah 200 CFUm³.
e. Konsentrasi maksimum mikroorganisme per m³ udara di ruang perawatan bayi adalah 200 CFUm³.
f. Konsentrasi maksimum mikroorganisme per m³ udara di ruang unit gawat darurat adalah 200 CFUm³.
5. Lantai dan Dinding Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut :
a. Ruang operasi : 0 – 5 CFUcm² dan bebas patogen dan
bebas ganggren. b. Ruang perawatan
: 5 – 10 CFUcm². c. Ruang isolasi
: 0 – 5 CFUcm². d. Ruang UGD
: 5 – 10 CFUcm². 6. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit
a. Fasilitas penyediaan air minum dan air bersih 1 Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
2 Tersedia air bersih miminum 500 lttempat tidurhari. 3 Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan. 4 Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangankamar harus
menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positip.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
b. Fasilitas toilet dan kamar mandi 1 Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.
2 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3 Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet jamban, perturasan dan tempat cuci tangan tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan
kamar karyawan harus tersedia kamar mandi. 4 Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau water seal. 5 Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
kamar operasi dan ruang khusus lainnya, 6 Lubang perawatan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
7 Toilet dan kamr mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
8 Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 satu
toilet untuk 1 - 20 pengunjung wanita, 1 satu toilet untuk 1 – 30 pengunjung pria.
9 Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan.
10 Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukkan nyamuk.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
c. Fasilitas pembuangan sampah 1 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat dan kedap air.
2 Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
3 Terdapat minimal satu buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 m dan setiap radius 20 m pada ruang tunggu terbuka.
d. Fasilitas pembuangan limbah 1 Saluran pembuangan limbah harus menggunakan saluran tertutup, kedap
air dan mengalir dengan lancar. 2 Mempunyai unit pengolahan limbah sendiri.
e. Fasilitas pengendalian serangga dan tikus 1 Setiap lubangg pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah
masuknya serangga dan tikus. 2 Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat.
3 Setiap sarana penampungan air harus bersih dan tertutup. f. Fasilitas sanitasi lainnya
1 Harus tersedia tempat penampungan tinja, air seni, muntahan dan lain – lain yang terbuat dari logam tahan karat pada setiap unit perawatan.
2 Tersedia khusus untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan pada setiap unit perawatan Depkes,2000.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.2.3. Tata Laksana Pemeliharaan Ruang Bangunan
1. Pemeliharaan ruang bangunan a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahanmerapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan
dokter, kunjungan keluarga dan sewaktu – waktu bilamana diperlukan. c. Cara – cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih pel yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat.
e. Pada masing – masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri. f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 dua kali setahun
dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar. g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
dibersihkan dengan menggunakan antiseptik. 2. Pencahayaan
a. Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
b. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barangperalatan perlu diberikan penerangan.
c. Ruang pasienbangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu
ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
3. Penghawaan ventilasi dan pengaturan udara a. Ventilasi yang cukup sehingga dapat menjamin aliran udara di dalam
kamarruang berjalan dengan baik. b. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
c. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat perhatian khusus.
4. Kebisingan a. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan
ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan. b. Sumber – sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar
diupayakan untuk dikendalikan, missal dengan peredaman, penyekatan, pemindahan dan pemeliharaan mesin – mesin yang menjadi sumber bising
Kepmenkes RI, 2004.
2.3. Ruang Operasi Rumah Sakit
Adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan
kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Pada Ruang Operasi Rumah Sakit terdapat beberapa ruangan yaitu terdiri dari :
2.3.1. Ruang Pendaftaran
a. Ruang ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi, khususnya pelayanan bedah.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
b. Ruang ini berada pada bagian depan Ruang Operasi Rumah Sakit dengan dilengkapi loket, meja kerja, lemari berkasarsip, teleponinterkom.
c. Pasien bedah dan pengantar keluarga atau perawat dating ke ruang pendaftaran
d. Pengantar keluarga atau perawat, melakukan pendaftaran di Loket pendaftaran, petugas pendaftaran Ruang Operasi Rumah Sakit melakukan
pendataan pasien bedah dan pendatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien bedah, selanjutnya pengantar menunggu di ruang tunggu.
e. Kegiataan administrasi meliputi : 1 Pendataan pasien bedah.
2 Penandatnganan surat pernyataan dari keluarga pasien bedah. 3 Rincian biaya pembedahan.
2.3.2. Ruang Tunggu Pengantar
Ruang dimana keluarga atau pengantar pasien menunggu. Di ruang ini disediakan tempat duduk dengan jumlah yang sesuai aktivitas pelayanan bedah. Bila
memungkinkan, sebaiknya disediakan pesawat televise dan ruangan dilengkapi system pengkondisian udara Rumah Sakit.
2.3.3. Ruang Transfer Transfer Room
a. Pasien bedah dibaringkan di stretcher khusus ruang operasi. Untuk pasien bedah yang dating menggunakan strestcher dari ruang lain, pasien tersebut
dipindahkan ke stretcher khusus Ruang Operasi Rumah Sakit. b. Pasien melepaskan semua perhiasan dan diserahkan kepada keluarga pasien.
c. Selanjutnya pasien dibawa ke ruang persiapan preparation room.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.3.4. Ruang Tunggu Pasien Holding Room
Ruang tunggu pasien dimaksudkan untuk tempat menunggu pasien sebelum dilakukan pekerjaan persiapan preparation oleh peyugas Ruang Operasi Rumah
Sakit dan menunggusebelum masuk ke kompleks ruang operasi. Apabila luasan area Ruang Operasi Rumah Sakit RS tidak memungkinkan, kegiatan pada ruangan ini
dapat dilaksanakan di Ruang Transfer.
2.3.5. Ruang Persiapan Pasien
a. Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah sebelum memasuki ruang operasi.
b. Di ruang persiapan petugas Ruang Operasi Rumah Sakit membersihkan tubuh pasien bedah, dan mencukur bagian tubuh yang perlu dicukur.
c. Petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengganti pakaian pasien bedah dengan pakaian khusus pasien Ruang Operasi Rumah Sakit.
d. Selanjutnya pasien bedah dibawa ke ruang induksi atau langsung ke ruang operasi.
2.3.6. Ruang Induksi
Di ruang induksi, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengukur tekanan darah pasien bedah, memasang infus, memberikan kesempatan pada pasien untuk
beristirahatmenenangkan diri, dan memberikan penjelasan pada pasien bedah mengenai tindakan yang akan dilaksanakan. Anestesi dapat dilakukan pada ruangan
ini. Apabila luasan area Ruang Operasi Rumah Sakit RS tidak memungkinkan, kegiatan anestesi dapat dilaksanakan di Ruang Operasi.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.3.7. Ruang Penyiapan PeralatanInstrumen Bedah
Peralataninstrument dan bahan – bahan yang akan digunakan untuk pembedahan dipersiapkan pada ruangan ini.
2.3.8. Ruang Operasi
a. Ruang operasi digunakan sebagai ruang untuk melakukan tindakan operasi dan atau pembedahan. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan
petugas bergerak sekeliling peralatan operasi bedah. Ruang operasi harus dirancang dengan faktor keselamatan yang tinggi.
b. Di ruang operasi, pasien dipindahkan dari stretcher khusus Ruang Operasi Rumah Sakit ke meja operasibedah.
c. Di ruang ini pasien operasi dilakukan pembiusan anestesi. d. Setelah pasien operasi tidak sadar, selanjutnya proses operasi dimulai oleh
Dokter Ahli Bedah dibantu petugas medik lainnya.
2.3.9. Ruang Pemulihan
Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan dengan ruang operasi dan diawasi oleh perawat. Pasien operasi yang ditempatkan di ruang pemulihan secara terus –
menerus dipantau karena pembiusan normal atau ringan. Daerah ini memerlukan perawatan berkualitas tinggi yang dapat secara cepat menilai pasien tentang status :
jantung, pernapasan dan physiologis, selanjutnya melakukan tindakan dengan memberikan pertolongan yang tepat.
Setiap tempat tidur pasien pasca operasi dilengkapi dengan masing – masing satu outlet Oksigen, suction, Compressed Air, kotak kontak listrik, dan peralatan
monitor.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Kereta darurat emergency cart secara terpusat disediakan dan dilengkapi dengan defibrillator, airway, obat – obatan darurat, dan persediaan lainnya.
2.3.10. Ruang Resusitasi BayiNeonatus .
Ruangan yang dipergunakan untuk menempatkan bayi baru lahir melalui operasi Caesar, untuk dilakukan tindakan resusitasi terhadap bayi.
Pada ruangan ini dilengkapi dengan tempat tidur bayi dan incubator perawatan bayi. Pada tiap inkubator harus dilengkapi dengan 1satu outlet oksigen
dan vacuum. Di ruang bayi hanya tinggal sementara dan akan dipindahkan ke ruang bayi bersama ibunya setelah tersebut stabil ke ruang perawatan. Ruangan ini terletak
di dekat ruang operasi.
2.3.11. Ruang Ganti Pakaian Loker.
Loker atau ruang ganti pakaian, digunakan untuk Dokter dan petugas medic mengganti pakaian sebelum masuk ke lingkungan ruang operasi.
Pada loker ini disediakan lemari pakaianloker dengan kunci yang dipegang oleh masing – masing petugas dan disediakan juga lemaritempat menyimpan pakaian
ganti dokter dan perawat yang sudah steril. Loker dipisah antara pria dan wanita. Loker juga dilengkapi dengan toilet.
2.2.12. Ruang Dokter. Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian :
a. Ruang kerja. b. Ruang istirahatkamar jaga.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.3.12. Scrub Station .
Adalah bak cuci tangan bagi Dokter ahli bedah dan petugas medik yang akan mengikuti langsung pembedahan didalam ruang operasi.
Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus scrub station yang harus dipenuhi, antara lain :
a. Terdapat kran siku atau kran dengkul, minimal untuk 2 dua orang. b. Aliran air pada setiap kran cukup.
c. Dilengkapi dengan ultra violet UV, water sterilizer. d. Dilengkapi dengan tempat cairan disenfektan.
e. Dilengkapi sikat kuku.
Gambar 2.3.12. Scrub Station untuk 2 orang
2.3.13. Ruang Utilitas Kotor Spoel Hoek, Disposal.
a. Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek terdiri dari :
1 Sloop sink. 2 Service sink.
b. Peralataninstrumentmaterial kotor dikeluarkan dari ruang operasi ke ruang kotor.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
c. Barang – barang kotor ini selanjutnya dikirim ke ruang laundry dan CSSD Central Sterilized Support Departement untuk dibersihkan dan disterilkan.
d. Ruang Laundri dan CSSD diluar Ruang Operasi Rumah Sakit.
2.3.14. Ruang Linen.
Ruang linen berfungsi menyimpan linen, antara lain duk operasi dan pakaian bedah petugasdokter pada Ruang Operasi Rumah Sakit.
2.3.15. Ruang Penyimpanan Perlengkapan Bedah .
a. Ruang tempat penyimpanan instrument yang telah disterilkan. Instrument berada dalam tromol tertutup dan disimpan di dalam lemari instrument. Bahan
– bahan lain seperti kasa steril dan kapas yang telah disterilkan juga dapat disimpan di ruangan ini.
b. Persediaan harus disusun rapi pada rak – rak yang titik terendahnya tidak lebih dari 8 inci 20cm dari lantai dan titik tertingginya tidak kurang dari 18
inci 45 cm dari langit – langit. Persediaan rutin diperiksa tanggal kadaluarsanya dan dibungkus secara terpadu.
c. Ruang penyimpanan peralatan anestesi, peralatan implant orthopedic, dan perlengkapan emegensi diletakkan pada ruang yang berbeda dengan ruang
penyimpanan perlengkapan bedah.
2.3.16. Ruang Penyimpanan Peralatan Kebersihan Janitor.
Ruang untuk menyimpan peralatan kebersihan dan ruang tempat menempatkan barang – barang kotor didalam container tertutup yang berasal dari
ruang – ruang di dalam bangunan sarana Ruang Operasi Rumah Sakit untuk
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan di luar bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit.
2.4. Persyaratan Teknis Bangunan Sarana Ruang Operasi Rumah Sakit.
Persyaratan Teknis Ruang Operasi Rumah Sakit bertujuan memberikan petunjuk agar suatu perencanaan, perancangan dan pengelolaan bangunan ruang
operasi di rumah sakit memperhatikan kaidah – kaidah pelayanan kesehatan, sehingga bangunan ruang operasi yang akan dibuat memenuhi standart keamanan,
keselamatan, kemudahan dan kenyamanan bagi pasien dan pengguna bangunan lainnya serta tidak berakibat buruk bagi keduanya.
2.4.1. Alur Sirkulasi Ruang.
Alur sirkulasi pergerakkan ruang pada bangunan sarana Ruang Operasi Rumah Sakit ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar I : Alur kegiatan di bangunan sarana Ruang Operasi Rumah Sakit
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.4.2. Pembagian Zona pada Sarana Ruang Operasi Rumah Sakit.
a. Ruangan – ruangan pada bangunan sarana Ruang Operasi Rumah Sakit dapat dibagi kedalam beberapa zona lihat gambar II.
b. Sistem zonasi pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit bertujuan untuk meminimalisir
risiko penyebaran
infeksi infection
control oleh
mikroorganisme dari rumah sakit area kotor sampai pada kompleks ruang operasi.
c. Dengan menerapkan sistem zonasi ini dapat meminimalkan risiko infeksi pada paska bedah. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh :
1 Phenomena yang tidak terkait komponen bangunan, seperti : - mikroorganisme pada kulit dari pasien atau infeksi yang mana
pasien mempunyai kelainan dari apa yang akan dibedah. - Petugas ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan
pakaian. - Kontaminasi dari instrument, kontaminasi cairan.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.4.3. Aksesibilitas dan Hubungan Antar Ruang.
a. Aksesibilitas. Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
aksesibilitas tempat tidur. Ini berarti bahwa ruang operasi, area persiapan dan lain – lain, dan area lalu lintas yang bersebelahan dengannya harus aksesibel
untuk tempat tidur.Selanjutnya, kebutuhan tempat tidur harus dapat melalui area jalur lalu lintas.
Tabel II.D, menunjukkan kesimpulan persyaratan dasar yang berhubungan dengan aksesibilitas dari sarana Ruang Operasi Rumah Sakit, dimana sejauh ini
mempunyai konsekuensi terhadap lebar ruangarea atau lorong ke ruanganarea. Keterangan area
Persyaratan minimum Area bebas lalu lintas antara pegangan tangan = rail
2.,30 m Sama diatas, apabila tempat tidur harus mampu
berputar 2,40 m
Lebar bebas dari lorong ke akses area tempat tidur ruang operasi, area persiapan, dll
1,10 m
Sumber : Dirjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan b. Hubungan antara ruang.
Persyaratan dasar berikut diterapkan untuk hubungan antar ruang dalam bangunan sarana instalasi bedah.
1. Bangunan sarana Ruang Operasi Rumah Sakit harus bebas dari lalu lintas dalam lokasi rumah sakit, dalam hal ini lalu lintas melalui bagian Ruang
Operasi Rumah Sakit tidak diperbolehkan.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2. Bangunan sarana Ruang Operasi Rumah Sakit secara fisik disekat rapat oleh sarana “air – lock” di lokasi rumah sakit.
3. Kompleks ruang operasi adalah zona terpisah dari ruang – ruang lain pada bangunan sarana Ruang Operasi Rumah Sakit.
4. Petugas yang bekerja dalam kompleks ruang operasi harus diatur agar jalur yang dilewatinya dari satu area “steril” ke lainnya dengan tidak melewati
area “infeksius”.
2.4.4. Kebutuhan Ruang
1. Zona Resiko Sangat Tinggi Ruang operasi = Zone 4 a. Ruang Operasi Minor.
1. Denah layout Ruang Operasi untuk bedah minor atau tindakan endoskopi dengan
pembiusan local, regional atau total dilakukan pada ruangan steril. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor, ± 36 m²,
dengan ukuran ruangan panjang x lebar x tinggi adalah 6 m x 6 m x 3 m. 2. Peralatan utama pada ruang operasi minor ini adalah :
- Meja operasi. - Lampu operasi tunggal. Mesin anestesi dengan saluran gas medis dan
listrik menggunakan pendan anestesi atau cara lain. - Peralatan monitor bedah, dengan diletakkan pada pendan bedah atau cara
lain. - Film viewer.
- Jam dinding.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
- Instrument trolley untuk peralatan bedah. - Tempat sampah klinis.
- Tempat linen kotor. - Lemari obatperalatan dan lain – lain.
Gambar : Contoh Denah Ruang Operasi Minor Sumber : Dirjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Gambar : Contoh Ruang Operasi Minor Sumber : Dirjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
2. Ruang Operasi Umum General Surgery Room
a. Denah Layout Kamar operasi umum menyediakan lingkungan yang steril untuk melakukan
tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total. Kamar operasi umum dapat dipakai spesialistik termasuk ENT, Urology, Ginekolog,
Opthatmologi, Bedah Plastik dan setiap tindakan yang tidak membutuhkan peralatan yang mengambil tempat banyak.
Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan umum minimal 42 m², dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 7 m x 6 m x 3 m.
b. peralatan kesehatan utama minimal yang berada di kamar ini antara lain : - 1 satu meja operasi Operation Table.1 satu set lampu operasi
Operation Lamp, terdiri dari lampu utama dan lampu satelit. - 2 dua set peralatan Pendan digantung, masing – masing untuk pendan
anestesi dan pendan bedah.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
- 1 satu mesin anestesi. - film viewer.
- Jam dinding. - Instrument Trolley untuk peralatan bedah.
- Tempat sampah klinis. - Tempat linen kotor.
Gambar : Contoh Denah Ruang Operasi Minor Sumber : Dirjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Gambar : Contoh Suasana Ruang Operasi UmumGeneral 42 m² Sumber : Dirjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
3. Ruang Operasi Besar a. Denah Layout.
Kamar besar menyediakan lingkungan yang steril untuk melakukan tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total.
Ruang operasi bedah dapat digunakan untuk tindakan pembedahan yang membutuhkan peralatan besar dan memerlukan tempat banyak, termasuk
diantaranya untuk bedah Neuro, bedah Orthopedi dan bedah jantung. Kebutuhan area ruang operasi besar minimal 50 m², dengan ukuran
panjang x lebar x tinggi adalah 7.2 m x 7 m x 3 m.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Gambar : Contoh Denah Ruang Operasi Besar Sumber : Dirjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Gambar : Contoh Ruang Operasi Besar 50 m² Sumber : Dirjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
b. Peralatan kesehatan utama yang diperlukan antara lain : - 1 satu meja operasi khusus.
- 1 satu lampu operasi. - 1 satu ceiling pendant untuk outlet gas medik dan outlet listrik.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
- 1 satu ceiling pendant untuk monitor. - Mesin anestesi, dan sebagainya.
Gambar : Contoh Ruang Operasi Jantung Sumber : Dirjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
4.Persyaratan Umum Ruang Sebagai bagian penting dari rumah sakit, beberapa komponen yang digunakan
pada ruang operasi memerlukan beberapa persyaratan khusus antara lain : a Komponen penutup lantai.
1 Lantai tidak boelh licin, tahan terhadap goresangesekan peralatan dan tahan terhadap api.
2 Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan bakteri.
3 Penutup lantai harus dari bahan anti statik, yaitu vynil anti statik. 4 Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran flooding, dan pemvakuman basah. 5 Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
6 Hubunganpertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan bahan tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan
lantai hospital plint. 7 Tinggi plint maksimum 15 cm.
b Komponen dinding. Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
1 Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak berjamur dan anti bakteri.
2 Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif tidak mengandung pori – pori sehingga dinding tidak menyimpan debu.
3 Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata. 4 Hubunganpertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku,
tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk melancarkan arus aliran udara.
5 Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya sambunganutuh, dan mudah dibersihkan.
c Komponen langit – langit. Komponen langit – langit memiliki persyaratan sebagai berikut :\
1 Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak
berjamur serta anti bakteri. 2 Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif tidak berpori
sehingga tidak menyimpan debu.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
3 Berwarna cerah, tetapi tidak menyialukan pengguna ruangan. 4 Selain lampu operasi yang menggantung, langit – langit juga bias
dipergunakan untuk tempat pemasangan pendan bedah dan bermacam gantungan seperti diffuser air conditioning dan lampu fluorescent.
5 Kebutuhan peralatan yang dipasang dilangit tidak boleh system geser, karena menyebabkan jatuhnya debu pengangkut mikroorganisme setiap
bergerak. d Pintu Ruangan Operasi.
1 Disarankan pintu geser sliding door dengan rel diatas, yang dapat dibuka tutup secara otomatis.
2 Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun diantara pembedahan – pembedahan.
3 Pintu dilengkapi dengan kaca jendela pengintai observation glass : double glass fixed windows.
4 Lebar pintu 1200 – 1500 mm, dari bahan panil dan dicat jenis cat anti bakteri dan jamur dengan warna terang.
2. Zona Resiko Tinggi Kompleks Ruang Operasi = Zone 3 a. Ruang Induksi
1. Denah Layout. Pasien bedah menunggu diruangan ini, apabila belum siap. Pembiusan
lokal regional dan total dapat dilakukan diruangan ini. Ruangan harus tenang, dan ruangan ini terbebas dari bahaya listrik. Area ruang induksi
yang dibutuhkan sekurang – kurangnya 15 m².
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Gambar : Contoh Denah layout Ruang Induksi Persiapan Sumber : Dirjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
2.5. Infeksi Nosokomial 2.5.1. Defenisi Infeksi Nosokomial
Istilah infeksi nosokomial berasal dari kata Greek nosos penyakit dan komeion merawat Nosocomion atau menurut Latin, nosocomium merupakan arti
rumah sakit. Secara umum defenisi infeksi nosokomial yang telah disepakati yaitu setiap infeksi yang didapat selama perawatan di rumah sakit, tetapi bukan timbul
ataupun pada stadium inkubasi pada saat masuk dirawat di rumah sakit, atau merupakan infeksi yang berhubungan dengan perawatan di rumah sakit sebelumnya
Soedarmo, dkk, 2008. Menurut Centre for Disease Control and Prevention 1998 dalam Soedarmo,
dkk 2008, suatu infeksi didapatkan di rumah sakit apabila:
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinis dari infeksi tersebut.
2. Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai perawatan.
3. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya. 4. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti
infeksi didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993, infeksi dikatakan didapat di rumah sakit apabila:
1. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda gejala atau tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
2. Infeksi terjadi 3x24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit, atau 3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang
berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.
2.5.2. Mikroorganisme Penyebab Infeksi
Infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh mikroorganisme patogen bakteri, virus, fungi, dan protozoa. Sering disebabkan oleh bakteri yang berasal dari flora
endogen pasien sendiri. Faktor-faktor seperti pengobatan dengan antibiotik, uji diagnostik dan pengobatan yang invasif, penyakit dasar, bersama-sama mengubah
flora endogen pasien selama dirawat. Beberapa mikroorganisme seperti basili Gram- negatif, E. coli, spesies enterobakter, klebsiela, pseudomonas aeruginosa,
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
staphilococcus dan streptococcus merupakan pathogen nosokomial yang paling sering Soedarmo, dkk, 2008.
Soedarmo, dkk, 2008 disebutkan beberapa jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi dan mikroorganisme penyebabnya, antara lain yaitu :
1. Infeksi Saluran Kemih Dari laporan penelitian, tercatat infeksi saluran kemih ISK merupakan
infeksi nosokomial yang paling sering terjadi, lebih kurang 40 dari seluruh infeksi nosokomial. Saluran kemih merupakan tempat utama masuknya bakteria
Gram-negatif ke dalam darah. Sepsis pada infeksi saluran kemih pada orang dewasa menyebabkan mortalitas yang tinggi.
2. Infeksi Luka Operasi Infeksi pada luka operasi menduduki peringkat ke dua dari seluruh kejadian
infeksi nosokomial di rumah sakit umum. Infeksi luka operasi seringkali disebabkan oleh streptococcus, staphylococcus, enterobacteria, pseudomonas,
dan basili Gram-negatif lainnya. 3. Infeksi Saluran Nafas
Infeksi saluran nafas menempati urutan ke tiga dari seluruh kejadian infeksi nosokomial. Kebanyakan infeksi saluran nafas disebabkan oleh basil Gram-
negatif usus klebsiela, enterobakter, seratia, E.coli, dan proteus dan pseudomonas. Basil Gram-negatif lain yang berhubungan dengan air seperti
asinetobakter, flavobakterium, dan alkaligenes juga dapat terlibat.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
4. Bakteremia dan Infeksi Nosokomial pada kateter Intravena Bakteri yang paling berperan dalam terjadinya infeksi intravena ialah
Stafilokokus S.aureus dan S.epidermidis, spesies klebsiela klebsiela, enterobakter, dan seratia, enterokokus dan pseudomonas aeruginosa.
Soedarmo, dkk, 2008 dapat disimpulkan bahwa gejala infeksi nosokomial yang spesifik hanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan khusus seperti
pemeriksaan laboratorium. Secara umum gejala non-spesifik yang dapat dilihat dari seseorang yang menderita infeksi nosokomial antara lain, yaitu:
1. Perubahan temperatur atau suhu tubuh demam 2. Diare atau mencret
3. Mual dan muntah 4. Pneumonia flu, batuk, dan sebagainya
2.5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi
1. Adanya kuman pada tempat tersebut dan tergantung pada jenis, virulensi, jumlah dan lamanya kontak
2. Adanya sumber infeksi 3. Adanya perantarapembawa kuman relatif menular
4. Adanya tempat masuk kuman pada hospes baru 5. Daya tahan tubuh hospes baru dalam keadaan rendah Depkes RI, 1994.
2.5.4. Transmisi Penyakit Infeksi Nosokomial
Parhusip 2005 dalam Laila A, Ika 2010 menyebutkan bahwa secara umum faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial terdiri atas 2 bagian besar, yaitu :
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
1. Faktor Endogen Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri penderita, seperti:
a. Umur : bayi dan orang tua lebih beresiko terhadap infeksi nosokomial. b. Penyakit penyerta dan kondisi-kondisi lokal seperti adanya luka terbuka.
c. Seseorang dengan daya tahan tubuh yang rendah beresiko mendapatkan infeksi nosokomial.
2. Faktor Eksogen Merupakan faktor yang berasal dari luar diri penderita, seperti:
a. Lama penderita dirawat
Sem akin lama penderit a diraw at , resiko at au kecenderungan unt uk t erkena infeksi nosokom ial akan sem akin besar.
b. Kelompok yang merawat
Tenaga kesehat an yang m eraw at selam a di rum ah sakit m erupakan salah sat u fakt or yang dapat m enyebabkan seseorang t erkena infeksi nosokom ial.
c. Alat medis serta lingkungan
Alat -alat yang digunakan dan lingkungan dapat m enjadi m edia t ransmisi m asuknya kum an pat hogen penyebab infeksi nosokom ial ke dalam t ubuh penderit a.
2.5.5. Kelompok yang Beresiko Terserang Infeksi Nosokomial
Zulkarnain 1996 dalam Sjaifoellah, dkk, 1996 adapun kelompok yang beresiko mendapatkan infeksi nosokomial yaitu :
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
1. Pasien Seseorang yang mendapatkan perawatan di rumah sakit.
2. Petugas kesehatan Dokter, perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya yang berada di rumah sakit
yang kontak dengan pasien dan lingkungan rumah sakit. 3. Pengunjung atau penunggu paien
Seseorang atau sekelompok orang yang datang ke rumah sakit dengan tujuan untuk melihat atau menjaga kerabat yang sedang menjalani perawatan di rumah
sakit.
2.6. Mikroorganisme
Mikroorganisme yang terdapat di lingkungan rumah sakit terdiri atas kuman patogen dan non patogen, jenis kuman yang dapat menyebabkan infeksi adalah jenis
patogen. Dari beribu-ribu jenis mikroorganisme yang terdapat di alam hanya ada beberapa ratusan yang bersifat patogen pada manusia yang sering menyebabkan
infeksi nosokomial, diantaranya : Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia Entjang, 2003.
2.6.1. Escherichia coli
Bakteri ini berbentuk batang, Gram negatif, fakultatif aerob, tumbuh baik pada media sederhana. Dapat melakukan fermentasi laktosa dan fermentasi glukosa,
serta menghasilkan gas. Escherichia coli merupakan flora normal, hidup komensal di dalam colon
manusia dan diduga membantu pembuatan vitamin K yang penting untuk pembekuan
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
darah. Escherichia coli digunakan untuk menilai tentang baik tidaknya persediaan air untuk keperluan rumah tangga. Hal ini penting karena air untuk keperluan rumah
tangga sering kali menyebabkan terjadinya epidemik penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan, seperti : kolera, typhus, disentri dan penyakit cacing. Bibit
penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut. Karena itu, diusahakan agar air rumah tangga dijaga jangan sampai dikotori feses
manusia, karena mungkin dalam feses manusia itu terdapat bibit-bibit penyakit tersebut.
Indikat or yang paling baik unt uk m enunjukkan bahw a air rumah t angga sudah dikot ori feses adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air t ersebut , karena dalam feses
m anusia, baik sakit m aupun sehat t erdapat bakt eri ini. Dalam 1 sat u gram feses t erdapat sekit ar 100 serat us jut a Escherichia coli.
1. Penyakit yang Ditimbulkannya Escherichia coli merupakan flora normal di dalam usus manusia dan akan
menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam organ atau jaringan lain. Escherichia coli dapat menimbulkan pneumonia, endocarditis, infeksi pada luka-luka dan abses pada
berbagai organ.
Escherichia coli merupakan penyebab ut am a m eningit is pada bayi yang baru lahir
dan penyebab infeksi t ract us urinarius Pyelonephrit is, Cyst isis pada m anusia yang diraw at di rum ah sakit .
Jenis t ert ent u dari Escherichia coli ent eropat hogenic Escherichia coli dapat m enyebabkan penyakit diare pada anak-anak. Bakt eri ini sering m enim bulkan w abah diare
pada anak-anak yang sedang diraw at di rum ah sakit .
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2. Pencegahan Karena masalah utamanya adalah infeksi nosokomial, maka pencegahannya
adalah dengan melakukan perawatan yang sebaik-baiknya di rumah sakit, antara lain : pemakaian antibiotika secara tepat, tindakan antiseptik yang benar, misalnya pada
pemakaian catheter urina.
2.6.2. Staphylococcus aureus
Bentuk coccus, Gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoxin, tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan
terhadap pengeringan, mati pada suhu 60
o
C enam puluh derajat Celcius setelah 60 enam puluh menit, merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernapasan
bagian atas. Pada pemeriksaan padat koloninya berwarna kuning emas. Di alam terdapat pada tanah, air dan debu di udara.
1. Penyakit yang Ditimbulkannya
Menimbulkan infeksi bernanah dan abses. Infeksinya akan lebih berat bila menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun,
seperti penderita diabetes mellitus, luka bakar dan AIDS. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit seperti ; infeksi pada
folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, endocarditis, pneumonia, pyelonephritis, osteomyelitis dan pneumonia. Sedangkan di
rumah sakit sering menimbulkan infeksi nosokomial pada bayi, pasien luka bakar atau pasien bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil rumah
sakit medis dan paramedis.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2. Pencegahan
Pencegahan penyakit dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh, hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan.
2.6.3. Pseudomonas aeruginosa
Bakteri berbentuk batang, aerob, Gram negatif dapat bergerak, pada perbenihan padat koloninya tampak berwarna hijau kebiru-biruan karena
menghasilkan pigmen pyocyanin. Bakteri ini banyak terdapat dalam air, tanah dan udara. Juga terdapat dalam jumlah sedikit di dalam usus manusia sehat.
1. Penyakit yang Ditimbulkannya
Pseudomonas aeruginosa hanya dapat masuk ke dalam jaringan tubuh dan menimbulkan gejala penyakit, bila pertahanan tubuh yang normal sehat terganggu.
Karena itu, bakteri ini sering masuk ke dalam jaringan yang terkena luka atau luka bakar, menimbulkan infeksi bernanah berwarna hijau-biru.
Pada pasien yang dirawat di rumah sakit bakteri ini dapat menyebabkan meningitis karena kontaminasi pada waktu punksi lumbal ; infeksi traktus urinarius
karena masuk bersama catheter, infeksi jaringan paru karena penggunaan respirator yang terkontaminasi atau penggunaan alat rumah sakit lainnya yang dikerjakan secara
tidak aseptis. Infeksi pada kornea dapat merusak bola mata secara cepat dan menyebabkan
kebutaan. Infeksi pada kornea ini biasanya terjadi setelah mengalami luka pada kornea atau karena prosedur pembedahan. Infeksi oleh bakteri ini sering menimpa
penderita Diabetes melitus atau penderita kecanduan narkoba.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2. Pencegahan
Pseudomonas aeruginosa sering kali merupakan flora normal yang melekat pada tubuh kita dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh
normal. Karena itu, upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi.
Upaya pencegahan penularan penyakit pada pasien yang diraw at di rum ah sakit dilakukan dengan cara kerja st eril asept is yang dilakukan oleh set iap personil rum ah sakit
m edis dan param edis dengan penuh rasa t anggung jaw ab.
2.6.4. Klebsiella pneumonia
Berbentuk batang, Gram negatif, fakultatif aerob, tidak mampu berbentuk spora, tidak bisa bergerak dan mempunyai kapsul. Klebsiella pneumonia terdapat di
selaput lendir hidung, mulut dan usus orang sehat sebagai flora normal. 1.
Penyakit yang Ditimbulkannya
Klebsiella pneumonia sering menimbulkan infeksi pada tractus urinarius karena infeksi nosokomial, meningitis dan pneumonia pada penderita Diabetes
mellitus atau pecandu alkohol. Pneumonia yang disebabkan Klebsiella pneumonia, biasanya dimulai dengan
gejala demam akut, malaise lesu dan batuk kering. Kemudian batuknya menjadi produktif menghasilkan sputum berdarah dan purulent nanah. Bila penyakitnya
berlanjut, terjadi abses, nekrosis jaringan paru, bronchiectasi dan fibrosis paru-paru. Angka kematiannya antara 40-60.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2. Pencegahan
Peningkatan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh merupakan upaya pencegahan paling penting, karena bakteri ini sebenarnya sudah ada sebagai flora
normal pada orang sehat. Pencegahan infeksi nosokomial dilakukan dengan cara kerja yang aseptik pada perawatan pasien di rumah sakit Entjang, 2003.
2.7. Usaha Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan yang paling utama. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan
rantai penularannya. Rantai penularan adalah rentetan proses berpindahnya mikroba patogen dari sumber penularan reservoir ke pejamu dengantanpa media perantara.
Jadi, kunci untuk mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah mengeliminasi mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati
mekanisme transmisinya, khususnya yang menggunakan media perantara. Sumber penularan atau reservoir adalah orang penderita, hewan, serangga
arthropoda seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus dapat berfungsi sebagai media perantara. Contoh lain adalah sampah, limbah, ekskretasekreta dari penderita,
sisa makanan, dan lain-lain. Apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi budaya dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta sanitasi lingkungan yang sudah
terjamin, diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi dapat ditekan seminimal mungkin Darmadi, 2008.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Berbeda dengan penyakit infeksi pada umumnya, kasus infeksi nosokomial yang bersumber dari mikroorganisme dapat dilakukan pencegahan dengan
menerapkan: 1. Antisepsis dan Asepsis
a. Antisepsis
Ant isepsis adalah segala usaha unt uk mem bunuh sem ua m ikroorganism e dengan bahan kim ia. Dalam t indakan asepsis, dikenal pem akaian bahan-bahan kim ia sepert i
asam karbol, iodine t ingt ur 3-5, alcohol 70, larut an lisol, larut an sublim at e 1, kalium perm anganat e 1: 10.000, hibiscrub, savlon, hibit ane, det t ol, resiguard,
bet adin, phisohex, dsb. Zat yang dapat m encegah pert um buhan m ikroorganisme
t anpa perlu m em usnahkannya disebut zat ant isept ik. Sedangkan zat yang dapat m em bunuh m ikroorganisme disebut germisida dan bakt erisida Depkes RI, 1993.
b. Asepsis Asepsis berarti tidak terdapatnya benda yang menyebabkan pembusukan dan
tidak adanya mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan. 2. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap alat dan bahan yang digunakan dalam proses perawatan pasien sehingga pada akhir proses tidak
dijumpai mikroorganisme patogen, apatogen, beserta sporanya Depkes RI, 2000.
a. Cara pemanasan fisika 1 Flamberenbakar
2 Rebus 100
o
C – 15 menit
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
3 Steamuap bertekanan 1 atmosfir. b. Cara kimiachemical
1 Tablet formalin 2 Larutan antiseptic bahan-bahan kimia
c. Cara radiasi sinar chemical 1 Sinar ultraviolet
2 Sinar pengion 3 Laser, nuklir
d. Cara penyaringan filtrasi Digunakan dalam industri obat-obatan dan makanan non perawatan
Depkes RI 2000, untuk mewujudkan dan mencapai kondisi yang steril, seharusnya memperhatikan beberapa faktor yang saling menunjang, yang mencakup
dalam sistematika padu, sehingga terjadi proses yang dominan : 1. Disiplinperilaku yang meliputi ;
a. Dasar pendidikan b. Karaktersifat
c. Pola pimpinan d. Rasa tanggung jawab
e. Selektif terhadap resiko
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2. Metode meliputi ; a. Acuan atau panduan
b. Program : planning, pengembangan c. Pendeteksian
d. Evaluasi 3. Fasilitassarana
a. Bahan dan situasi b. Nilai ekonomis
c. Alat sederhana, canggih, super d. Efisiensi dan efektifitas
Apabila fakt or-fakt or di at as dapat t erpenuhi dengan baik, m aka akan t ercapai suat u keadaan yang dinam akan st eril m ikroba.
3. Pengendalian Lingkungan Eksternal Pengendalian eksternal ini ditujukan kepada petugas kesehatan terutama
perawat yang langsung berhubungan dengan pasien pada saat pelayanan perawatan dilakukan. Pengendalian lingkungan eksternal meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan 1 Harus sehat jangan merawat bila sakit
2 Harus terus mendapat imunisasi 3 Pelaksanaan mencuci tangan yang efektif untuk setiap pasien
a Bila kulit kering, kasar, pecah, berkonsultasi b Bila timbul herpes simpleks aktif pada tangan, jangan melaksanakan
perawatan langsung sampai lesi sembuh.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
b. Alat Rumah Sakit dan Sanitasi 1
Alat tenun jangan dikebutkan dan dilempar ke atas lantai 2
Buang sampah yang benar – baik padat maupun cair 3
Pembersihan dan sterilisasi yang benar alat-alat yang terkontaminasi 4
Ventilasi yang baik agar terjadi pertukaran udara a Rumah sakit modern – ruang-ruang pasien dalam tekanan negatif
b Tekanan negatif mencegah udara ruang rumah sakit tertiup ke lorong- lorong.
5 M engepel dan m em bersihkan dengan lap basah unt uk m em buang debu dan
sarang-sarang infeksi lain dari lingkungan Depkes RI, 2000.
4. Pengendalian Lingkungan Internal Pengendalian lingkungan internal ditujukan kepada peningkatan mekanisme
daya tahan dari pasien sehingga resiko menderita infeksi berkurang, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan :
a. Pendidikan tentang makanan yang baik bagi pasien serta b. Pendidikan higienis perorangan bagi pasien, terutama mencuci tangan
c. Obat-obatan diberikan tepat pada waktunya sesuai dengan dosis yang ditetapkan
d. Penyuluhan kepada pasien tentang pemakaian antibiotika yang tepat dan memberitahukan bahwa pemakaian tanpa resep dari dokter, berbahaya
Depkes RI, 2000.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
2.8. Kerangka Konsep