Pengaruh Pengetahuan dan Pelatihan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan terhadap di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Kota Medan Tahun 2013
PENGARUH PENGETAHUAN DAN PELATIHAN KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN DI RSU BUNDA THAMRIN
KOTA MEDAN TAHUN 2013
TESIS
Oleh HELY 077035004/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PENGARUH PENGETAHUAN DAN PELATIHAN KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN DI RSU BUNDA THAMRIN
KOTA MEDAN TAHUN 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
HELY 077035004/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
(4)
Telah diuji
Pada Tanggal : 8 Pebruari 2013
Panitia Penguji Tesis
Ketua : Dr. Drs. Muslich Lutfi, M.B.A, I.D.S Anggota : 1. Suherman, S.K.M, M.Si
2. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, S.E, M.Si 3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M
(5)
PERNYATAAN
PENGARUH PENGETAHUAN DAN PELATIHAN KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP
TENAGA KESEHATAN DI RSU BUNDA THAMRIN KOTA MEDAN TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, April 2014
Hely
(6)
ABSTRAK
Ancaman gempa bumi mendapat perhatian yang luas, karena sifatnya mendadak, dapat diprediksi, namun sulit ditentukan waktu terjadinya. Pelayanan kesehatan pada saat bencana merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit. Kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan adalah merupakan bentuk produktivitas sumber daya manusia kesehatan, sikap mental sumber daya manusia kesehatan dalam mengantisipasi kejadian bencana. Mitigasi struktural di rumah sakit direncanakan untuk meningkatkan kesinambungan struktur yang ada.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sumber daya manusia kesehatan (pengetahuan dan pelatihan) terhadap kesiapsiagaan penanggulangan bencana gempa di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Kota Medan tahun 2013. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan yang ada di RSU Bunda Thamrin Medan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 81 orang. Analisis data dilakukan dengan uji statistik logistic regression.
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan dan pelatihan memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kesiapsiagaan penanggulangan bencana gempa di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin, dengan pelatihan sebagai variabel dominannya.
Diperlukan peningkatan pengetahuan pengetahuan petugas kesehatan terkait kesiapsiagaan mereka menghadapi bencana gempa dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan bencana gempa, yaitu dengan pelatihan yang menggunakan media yang menarik, pemateri yang berwawasan dan meningkatkan frekuensi pelatihan secara berkala, minimal setahun sekali. Pentingnya peningkatan kualitas dengan memanfaatkan media poster, booklet atau banner dan kuantitas dengan meningkatkan frekuensi penyebaran informasi-informasi kedaruratan bencana gempa. Pihak RSU Bunda Thamrin bekerja sama dengan lembaga bencana untuk memberikan informasi dan pelatihan secara berkala.
(7)
ABSTRACT
Earthquake threat received extensive attention, because it is sudden, unpredictable, and difficult to determine the time of occurrence. Health services in times of disaster is one very important factor to prevent death, disability and disease incidence. Preparedness of health human resources is a form of health human resources productivity, the mental attitude of health human resources in anticipation of disaster. Structural mitigation in hospitals planned to improve the sustainability of the existing structure.
The purpose of this study was to analyze the health human resources (knowledge and training) to the earthquake disaster preparedness in Bunda Thamrin General Hospital Medan in 2013. This study was an analytical cross-sectional study. The population of this study are all health workers in the Bunda Thamrin Hospital. The sample in this study amounted to 81 people. Data analysis was performed with logistic regression statistical tests.
Multivariate analysis showed that the knowledge and training have a relationship and influence on earthquake disaster preparedness in the Bunda Thamrin General Hospital, with training as a dominant variable.
Required increase in knowledge related to health workers knowledge of their preparedness to face earthquake with improving the quality and quantity of training earthquake. The importance of improving the quality and quantity of information dissemination especially earthquake disaster emergency in Bunda Thamrin Hospital to improve the knowledge and preparedness of health workers in the face of disaster emergency. Bunda Thamrin Hospitals parties to cooperate with disaster agencies are there to provide information and training on a regular basis so that the preparedness of health workers at the hospital created the fullest .
Required increase in knowledge related to health workers knowledge of their preparedness to face earthquake with improving the quality and quantity of training earthquake, by using interested media training, insightful speakers and increase the frequency of periodic training, at least once a year. The importance of quality improvement by utilizing media posters, banners and booklets or quantity by increasing the frequency of information dissemination emergency earthquake. Bunda Thamrin General Hospitals parties to cooperate with disaster agencies to provide information and training on a regular basis.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah YME, karena atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul ” Pengaruh Pengetahuan dan Pelatihan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan terhadap di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Kota Medan Tahun 2013”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu. DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(9)
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.
5. Dr. Drs. Muslich Lutfi, M.B.A, I.D.S selaku Ketua Komisi Pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran, ketelitian dalam memberikan bimbingan dan arahan serta meluangkan waktu sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis ini.
6. Suherman, S.K.M, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran, ketelitian dalam memberikan bimbingan dan arahan serta meluangkan waktu sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis ini.
7. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, S.E., M.Si selaku Ketua Komisi Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
8. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku Anggota Komisi Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
9. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas / Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.
10. Kepala Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan seluruh staf rumah sakit yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian ini.
11. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana Angkatan 2007 Program Studi S2 Ilmu
(10)
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang selama ini selalu saling memberi semangat, menjaga keharmonisan, kekompakan demi kelancaran perkuliahan sampai tugas akhir selesai dan memberi dukungan kepada penulis agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.
Hanya Tuhan YME yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, April 2014 Penulis
Hely 077035004/ IKM
(11)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Hely, lahir di Medan pada tanggal 29 desember 1969, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Widjaja dan Ibunda Wartini.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SD Swasta Methodist pada tahun 1979-1982, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta Methodist pada tahun 1982-1985, Sekolah lanjutan Tingkat Atas di SLTA Swasta Methodist pada tahun 1985-1988. Dan Fakultas Kedokteran Methodist pada tahun 1988-1994
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana Universitas Sumatera Utara.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGENTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 ... Latar Belakang ... 1
1.2 ... Permasalahan ... 9
1.3 ... Tujuan Penelitian ... ` 9
1.4 ... Hipot esis ... 9
1.5 ... Manf aat Penelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Pengertian Bencana ... 11
2.2 Pengertian Gempa ... 13
2.2.1 Penyebab terjadinya Gempa Bumi ... 14
2.2.2 Gambaran Bencana Gempa di Indonesia ... 15
2.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan ... 15
2.3.1 Pengetahuan ... 18
2.3.2 Pelatihan ... 20
2.4 Kesiapsiagaan dalam Penanggulangan Bencana Gempa ... 23
2.5 Rumah Sakit ... 26
2.6 Landasan Teori ... 31
2.7 Kerangka Konsep ... 33
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
3.3 Populasi dan Sampel ... 35
(13)
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 36
3.6 Aspek Pengukuran ... 38
3.7 Metode Analisis Data ... 38
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41
4.1.1 Visi, Misi dan Tujuan ... 41
4.1.2 Fasilitas dan Pelayanan ... 42
4.2 Analisis Univariat ... 43
4.3 Analisis Bivariat ... 51
4.4 Analisis Multivariat ... 52
BAB 5. PEMBAHASAN ... 55
5.1 Hubungan Pengetahuan dan Pelatihan dengan Kesiapsiagaan ... 55
5.1.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan ... 55
5.1.2 Hubungan Pelatihan dengan Kesiapsiagaan ... 56
5.2 Pengaruh Pengetahuan dan Pelatihan terhadap Kesiapsiagaan ... 58
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
6.1 Kesimpulan ... 61
6.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN
(14)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman 3.1 Nama Variabel, Cara dan Alat Ukur, Kriteria Penilaian
Indikator dan Kategori Variabel ... 37 4.1 Karakteristik Responden Petugas Kesehatan di Rumah Sakit
Umum Bunda Thamrin Medan ... 43 4.2 Distribusi Jawaban Responden per Item Pernyataan
Mengenai Pengetahuan Responden tentang Kesiapsiagaan Bencana Gempa pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit
Umum Bunda Thamrin Medan ... 44 4.3 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Kesiapsiagaan
Bencana Gempa pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit
Umum Bunda Thamrin Medan ... 46 4.4 Distribusi Jawaban Responden per Item Pernyataan
Mengenai Pelatihan tentang Kesiapsiagaan Bencana Gempa pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Umum Bunda
Thamrin Medan ... 46 4.5 Distribusi Pelatihan tentang Kesiapsiagaan Bencana Gempa
pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Umum Bunda
Thamrin Medan ... 47 4.6 Distribusi Jawaban Responden per Item Pernyataan
Mengenai Kesiapsiagaan Bencana Gempa pada Petugas
Kesehatan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan ... 48 4.7 Distribusi Kesiapsiagaan Bencana Gempa pada Petugas
Kesehatan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan ... 49 4.8 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Pelatihan terhadap
Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Gempa di RSU
Bunda Thamrin ... 50 4.9 Identifikasi Variabel Dominan Pengetahuan dan Pelatihan
terhadap Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Gempa di
(15)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 33
(16)
ABSTRAK
Ancaman gempa bumi mendapat perhatian yang luas, karena sifatnya mendadak, dapat diprediksi, namun sulit ditentukan waktu terjadinya. Pelayanan kesehatan pada saat bencana merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit. Kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan adalah merupakan bentuk produktivitas sumber daya manusia kesehatan, sikap mental sumber daya manusia kesehatan dalam mengantisipasi kejadian bencana. Mitigasi struktural di rumah sakit direncanakan untuk meningkatkan kesinambungan struktur yang ada.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sumber daya manusia kesehatan (pengetahuan dan pelatihan) terhadap kesiapsiagaan penanggulangan bencana gempa di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Kota Medan tahun 2013. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan yang ada di RSU Bunda Thamrin Medan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 81 orang. Analisis data dilakukan dengan uji statistik logistic regression.
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan dan pelatihan memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kesiapsiagaan penanggulangan bencana gempa di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin, dengan pelatihan sebagai variabel dominannya.
Diperlukan peningkatan pengetahuan pengetahuan petugas kesehatan terkait kesiapsiagaan mereka menghadapi bencana gempa dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan bencana gempa, yaitu dengan pelatihan yang menggunakan media yang menarik, pemateri yang berwawasan dan meningkatkan frekuensi pelatihan secara berkala, minimal setahun sekali. Pentingnya peningkatan kualitas dengan memanfaatkan media poster, booklet atau banner dan kuantitas dengan meningkatkan frekuensi penyebaran informasi-informasi kedaruratan bencana gempa. Pihak RSU Bunda Thamrin bekerja sama dengan lembaga bencana untuk memberikan informasi dan pelatihan secara berkala.
(17)
ABSTRACT
Earthquake threat received extensive attention, because it is sudden, unpredictable, and difficult to determine the time of occurrence. Health services in times of disaster is one very important factor to prevent death, disability and disease incidence. Preparedness of health human resources is a form of health human resources productivity, the mental attitude of health human resources in anticipation of disaster. Structural mitigation in hospitals planned to improve the sustainability of the existing structure.
The purpose of this study was to analyze the health human resources (knowledge and training) to the earthquake disaster preparedness in Bunda Thamrin General Hospital Medan in 2013. This study was an analytical cross-sectional study. The population of this study are all health workers in the Bunda Thamrin Hospital. The sample in this study amounted to 81 people. Data analysis was performed with logistic regression statistical tests.
Multivariate analysis showed that the knowledge and training have a relationship and influence on earthquake disaster preparedness in the Bunda Thamrin General Hospital, with training as a dominant variable.
Required increase in knowledge related to health workers knowledge of their preparedness to face earthquake with improving the quality and quantity of training earthquake. The importance of improving the quality and quantity of information dissemination especially earthquake disaster emergency in Bunda Thamrin Hospital to improve the knowledge and preparedness of health workers in the face of disaster emergency. Bunda Thamrin Hospitals parties to cooperate with disaster agencies are there to provide information and training on a regular basis so that the preparedness of health workers at the hospital created the fullest .
Required increase in knowledge related to health workers knowledge of their preparedness to face earthquake with improving the quality and quantity of training earthquake, by using interested media training, insightful speakers and increase the frequency of periodic training, at least once a year. The importance of quality improvement by utilizing media posters, banners and booklets or quantity by increasing the frequency of information dissemination emergency earthquake. Bunda Thamrin General Hospitals parties to cooperate with disaster agencies to provide information and training on a regular basis.
(18)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia secara geografis terletak pada wilayah yang rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung api, tsunami, gempa, dan lain-lain. Selain bencana alam tersebut, akibat dari hasil pembangunan dan adanya sosiokultural yang multi dimensi, Indonesia juga rawan terhadap bencana non alam maupun sosial seperti kerusuhan sosial maupun politik, kecelakaan transportasi, kecelakaan industri dan kejadian luar biasa akibat wabah penyakit menular (Depkes, 2007).
Ancaman gempa bumi mendapat perhatian yang luas, karena sifatnya mendadak, dapat diprediksi, namun sulit ditentukan waktu terjadinya. Prediksi didasarkan atas pantauan aktivitas seismik, catatan sejarah dan pengamatan. Data pada kejadian gempabumi Aceh-Sumatera Utara menunjukkan, (1) penanganan krisis kesehatan terhadap korban 120.000 orang meninggal, 93.088 orang hilang, 4.632 orang luka-luka; (2) pengerahan dan penggunaan tenaga militer asing sejumlah 5.600 orang, TNI 6.200 orang, 195 LSM internasional, dan 38 LSM nasional, 15 LSM PBB (Depkes, 2007 dan Djalal, 2008).
Provinsi Sumatera Utara, merupakan wilayah yang berpotensi bencana gempa bumi yang dapat menimbulkan krisis kesehatan, terutama pada kota-kota yang terletak pada daerah jalur patahan, seperti Tarutung, Padang Sidempuan, Sibolga,
(19)
Gunung Sitoli, dll pemukiman penduduk di lereng bukit, di pantai barat dan di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan. Hal ini jika diperhatikan menurut beberapa ahli (Mulyadi, dkk, 2006; Tarigan, 2006; Menneg Ristek, 2007; Susanto, 2006 dan Tarigan, 2006) dari (1) kejadian di Provinsi Sumatera Utara, yang tercatat sejak tahun 1843 hingga tahun 2005 ada 15 kali kejadian besar; (2) terletak pada jalur patahan atau Sesar Besar Sumatera atau Sesar Semangko yang aktif, merupakan sesar geser jenis dekstral, berasosiasi dengan zona tumbukan di sebelah barat Pulau Sumatera, memanjang mulai dari Aceh melalui Tarutung, sebelah barat Danau Toba, Padang, wilayah sekitar Kerinci, Bengkulu sampai Lampung dan berasosiasi dengan munculnya pegunungan Bukit Barisan.
Kejadian bencana selalu mempunyai dampak yang merugikan, seperti rusaknya sarana dan prasarana fisik (perumahan penduduk, bangunan perkantoran, sekolah, tempat ibadah, sarana jalan, jembatan dan lain-lain). Sering pula kejadian bencana dapat menimbulkan masalah kesehatan dengan jatuhnya korban jiwa seperti meninggal, luka-luka, meningkatnya kasus penyakit menular, menurunnya status gizi masyarakat dan tidak jarang menimbulkan trauma kejiwaan bagi penduduk yang mengalaminya. Selain itu dampak kejadian bencana dapat pula mengakibatkan terjadinya arus pengungsian penduduk ke lokasi-lokasi yang dianggap aman. Hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan baru bagi wilayah yang menjadi tempat penampungan pengungsi, mulai dari munculnya kasus penyakit menular, masalah gizi, masalah penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan hingga kualitas kesehatan lingkungan (Depkes, 2007).
(20)
Penanggulangan bencana terdapat tiga tahap penanggulangan bencana yaitu pada pra bencana (sebelum bencana), saat bencana, dan pasca bencana (setelah bencana). Di setiap tahap diperlukan sumber daya yang memadai dan dapat difungsikan khususnya pada saat bencana terjadi, Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana gempa tentunya, sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting yang merupakan pelaksana teknis atau pelaksana kegiatan operasional saat terjadi bencana maupun pasca bencana.
Pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah dijelaskan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana adalah mencakup kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana (BNPB, 2007). Kesiapsiagaan merupakan bahagian kegiatan pada tahap pra bencana yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana yang akan terjadi. Kesiapsiagaan dimaksud adalah kesiapsiagaan sumber daya manusia. Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan bahwa sumber daya manusia akan selalu mempunyai kemampuan dalam melakukan upaya penanggulangan bencana secara cepat dan tepat.
Pelayanan kesehatan pada saat bencana merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit. Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan di daerah bencana termasuk di rumah sakit adalah sumber daya manusia kesehatan yang tidak siap siaga difungsikan dalam
(21)
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana. Masih ada kesan di masyarakat tentang keterlambatan petugas dalam merespon setiap kejadian bencana.
Kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan adalah merupakan bentuk produktivitas sumber daya manusia kesehatan, sikap mental sumber daya manusia kesehatan dalam mengantisipasi kejadian bencana (tahap pra bencana). Individu yang produktif, Gilmore dan Erich Froom dalam Sedarmayanti (2009), yang menyatakan produktivitas sumber daya manusia kesehatan yang mempunyai tindakan konstruktif, percaya pada diri sendiri, bertanggung jawab, memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan, mampu mengatasi persoalan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah-ubah, mempunyai kontribusi positif terhadap lingkungannya (kreatif, inovatif), memiliki kekuatan untuk mewujudkan potensinya.
Timpe dalam Sedarmayanti (2009), mengungkapkan tentang ciri umum tenaga kerja yang produktif adalah cerdas, belajar cepat, kompeten secara profesional/teknis, kreatif dan inovatif, memahami pekerjaan, menggunakan logika, bekerja efisien, selalu mencari perbaikan, dianggap bernilai oleh pengawasnya, selalu meningkatkan diri.
Mekanisme penanggulangan bencana pada kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan merupakan salah satu upaya peningkatan produktivitas sumber daya manusia kesehatan yang dilakukan sebelum kejadian bencana. Oleh sebab itu keterampilan berhubungan dengan kemampuan diri sumber daya manusia
(22)
kesehatan. Untuk meningkatkan kualitas non fisik seseorang diperlukan upaya pendidikan dan pelatihan (Sedarmayanti, 2009).
Keterampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu, yang diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Pelatihan yang terkait dengan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana ada yang bersifat manajemen dan ada yang bersifat teknis termasuk pula simulasi atau gladi. Dengan keterampilan yang dimiliki seorang pegawai diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif (Sulistyani, 2003). Perbaikan dan peningkatan perilaku kerja melalui pelatihan bagi sumber daya manusia kesehatan sangat diperlukan agar lebih mampu melaksanakan tugas-tugasnya dan diharapkan lebih berhasil dalam upaya pelaksanaan program kerja di unit kerjanya.
Sumber daya manusia kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Depkes, 2006). Sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan manajemen kesehatan (Depkes, 2009).
Rumah sakit memiliki fungsi kritis dalam manajemen bencana, demikian yang dikatakan Robert Powers (Pinkowski, 2008). Konferensi PBB tentang Pengurangan Bencana menegaskan bahwa rumah sakit wajib mengoperasikan beberapa fasilitas segera setelah bencana untuk membatasi dampak dari bencana hilangnya nyawa.
(23)
Mereka memiliki fungsi kritis yang tidak dimiliki bisnis lain. Artinya, jika mereka gagal untuk berfungsi selama bencana, mereka akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap dampak bencana di masyarakat.
Rumah sakit dalam kondisi normal saat ini sudah terkendala dengan kurangnya fasilitas dan sarana-prasarana. Oleh karena itu untuk dapat beroperasi secara baik pada saat bencana, pertama-tama yang harus dilakukan adalah memberikan mitigasi, perencanaan dan kesiapan prioritas yang mereka butuhkan, baik menyangkut peralatan, keahlian staf pelaksana, dana untuk mengimbangi biaya selama penanganan bencana serta kewenangan yang diberikan kepada rumah sakit untuk melaksanakan implementasi program penanggulangan bencana. Perencanaan untuk lonjakan kapasitas juga penting dalam rangka mengantisipasi masuknya pasien ke rumah sakit baik segera setelah bencana atau dalam kasus bencana biologis, ketika mulai terjadi gejala pada korban.
Dalam konteks perencanaan penanganan bencana oleh rumah sakit, Robert Powers menekankan perlunya fokus terhadap beberapa item untuk memastikan bahwa rumah sakit benar siap dalam kegiatan-kegiatan mitigasi seperti perlunya keberlanjutan rumah sakit tanpa bantuan dari luar selama 72 jam pasca-bencana; waktu standar yang diperkirakan untuk memperoleh bantuan dari luar. Upaya mitigasi Rumah Sakit dimulai dengan penilaian kerentanan bahaya. Hal ini memungkinkan rumah sakit untuk mendapatkan kesiapan dengan biaya yang rendah. Rumah sakit tidak perlu memiliki rencana yang berbeda untuk setiap jenis bencana, hanya perlu satu rencana yang diperlukan untuk prosedur penanganan semua jenis bahaya. Hal ini
(24)
juga untuk menyederhanakan respon dimana setiap staf diajarkan hanya salah satu cara untuk tampil saat bencana dan tidak memiliki waktu untuk berhenti dan membuat penentuan mana cara untuk merespon. Dengan demikian, kebingungan berkurang dan ada penurunan risiko staf melakukan prosedur yang salah pada kondisi bencana tersebut.
Rumah sakit memiliki dua cara dalam merespon bencana, yaitu secara struktural maupun non-struktural. Mitigasi struktural di rumah sakit direncanakan untuk meningkatkan kesinambungan struktur yang ada melalui langkah-langkah seperti perencanaan bangunan rumah sakit tahan gempa untuk membatasi kerusakan pada fasilitas saat gempa bumi atau merancang sebuah pintu masuk gawat darurat yang memiliki kemampuan untuk dengan mudah diperluas dan menangani masuknya sebagian besar pasien yang tiba dengan kendaraan pribadi saat bencana. Sementara itu mitigasi non struktural oleh rumah sakit dapat dilakukan dengan pengaturan-pengaturan peran setiap orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan saat bencana. Menurut studi yang pernah dilakukan oleh perawat kesehatan di Department of Health kota New York tahun 2002 yang mengungkapkan bahwa 90% perawat- perawat. Pada saat kejadian bencana, banyak petugas kesehatan yang tidak bersedia datang kerja. Mereka khawatir akan keselamatan diri dan keluarganya. Di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan pada saat terjadi gempa di Kepulauan Sabang pada tahun 2012 yang terjadi hampir semua perawat berhamburan keluar rumah sakit tanpa pasien.
(25)
Hal ini menunjukkan kurangnya pengertian betapa pentingnya peranan tenaga kesehatan pada masa bencana. Oleh sebab itu, program pelatihan kesiapsiagaan kesehatan harus lebih efektif dan harus diarahkan untuk menghilangkan hambatan-hambatan tersebut diatas. Pelatihan ini bekerjasama dalam ruang lingkup pendidikan yang akan menghasilkan praktek pembelajaran yang baik untuk orang dewasa (Parker et al., 2005).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan merupakan bentuk operasional penyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasi terdapat potensi bencana dengan salah satu bentuk kegiatannya yang terkait dengan sumber daya manusia adalah pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat. Dalam hal ini, kesiapsiagaan dimaksud adalah termasuk kesiapsiagaan sumber daya manusia yang harus dipastikan mempunyai kemampuan dalam melakukan upaya penanggulangan bencana secara cepat dan tepat karena merupakan pelaksana teknik atau pelaksana kegiatan operasional saat terjadi bencana maupun pasca bencana.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mempelajari gambaran kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan di unit kerja terkait penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana di lingkungan RSU Bunda Thamrin Medan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatannya. Namun, mengingat adanya keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis, maka penulis hanya mempelajari keterkaitan kesiapasiagaan sumber daya
(26)
manusia kesehatan dalam penanggulangan bencana gempa bumi di RSU Bunda Thamrin Kota Medan Tahun 2013.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pengetahuan dan pelatihan kesiapsiagaan penanggulangan bencana gempa terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Kota Medan tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan pelatihan kesiapsiagaan penanggulangan bencana gempa terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Kota Medan tahun 2013
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh pengetahuan dan pelatihan kesiapsiagaan penanggulangan bencana gempa terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Kota Medan tahun 2013
1.5. Manfaat Penelitian
1. Untuk menyelesaikan studi di program pasca sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
(27)
2. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi pengelola program terkait penanggulangan bencana gempa di lingkungan RSU Bunda Thamrin Medan dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan.
(28)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bencana
Bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 pasal 1 Tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (BNPB, 2007).
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, gempa, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Sedangkan bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror (BNPB, 2007).
Bila dilihat dari faktor geografis, geologis, hidrologis dan demografis, Indonesia merupakan negara yang wilayahnya rawan terhadap bencana, baik bencana alam, non alam, maupun bencana sosial. Secara geografis, Indonesia rawan terhadap
(29)
bencana gempa bumi maupun tsunami karena wilayahnya terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik di dunia, yaitu lempeng benua Asia dan benua Australia, serta lempeng samudera Hindia dan samudera Pasifik. Indonesia juga rawan terhadap bencana letusan gunung api, mengingat Indonesia memiliki 129 gunung berapi aktif yang dapat meletus kapan saja. Curah hujan yang ekstrem, perbukitan dengan lereng sedang hingga terjal, dengan jenis tanah lolos air tinggi dan kurangnya vegetasi berakar kuat dan dalam juga merupakan faktor-faktor kerentanan lainnya terhadap bencana gempa maupun gerakan/tanah longsor. Selain itu, dari aspek demografis, keanekaragaman ras, budaya dan agama sering jadi pemicu konflik sosial yang terjadi di Indonesia (Depkes, 2009).
Secara geografis Indonesia merupakan kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara-Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang
(30)
sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah relatif aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600-2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, sembilan persen oleh letusan gunung berapi dan satu persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian]aya dan 28elati seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600-2000, di daerah ini telah teIjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.
2.2 Pengertian Gempa
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Gempa bumi terjadi setiap hari di bumi, namun kebanyakan kecil dan tidak menyebabkan
(31)
kerusakan apa-apa. Gempa bumi kecil juga dapat mengiringi gempa bumi besar, dan dapat terjadi sesudah, sebelum, atau selepas gempa bumi besar tersebut.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan Pengukur Richter. Gempa bumi dibagi ke dalam skala dari satu hingga sembilan berdasarkan ukurannya (skala Richter). Gempa bumi juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli.
2.2.1 Penyebab terjadinya Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau ekstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga
(32)
dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
2.2.2 Gambaran Bencana Gempa di Indonesia
BAKORNAS PB telah mengumpulkan dan mempublikasikan data bencana domestik baik bencana alam maupun bukan alam. Berdasarkan publikasi pertama dengan judul "Data Bencana Indonesia Tahun 2002-2005 (Data Bencana Indonesia, tahun 2002-2005)", terdapat lebih dari 2.000 bencana di Indonesia pada tahun antara tahun 2002 dan 2005, dengan 743 banjir (35% dari jumlah total), 615 kekeringan (28% dari jumlah total), 222 longsor (l0% dari jumlah total), dan 217 kebakaran (9,9% dari jumlah total). Jumlah korban yang sangat besar dalam tahun-tahun tersebut yakni sejumlah 165,.945 korban jiwa (97 % dari jumlah total) dari gempa bumi dan tsunami, diikuti jumlah 2.223 (29 % dari jumlah total) disebabkan konflik sosial. Di sisi lain, bencana membuat sebagian orang kehilangan rumah mereka, yang menyebabkan jumlah korban yang mengungsi sebanyak 2.665.697 jiwa (65% dari jumlah total). Buku ini menghitung kejadian sebagai bencana ketika berdampak pada kematian dan kerugian material.
2.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya. Semua potensi sumber daya manusia tersebut berpengaruh terhadap upaya organisasi
(33)
dalam mencapai tujuan. Werther dan Davis, dalam kutipan Sutrisno, 2009, sumber daya manusia adalah pegawai yang siap, mampu, dan siaga dalam mencapai tujuan- tujuan organisasi. Bagi organisasi, ada tiga sumber daya strategis yang mutlak harus dimiliki untuk dapat menjadi sebuah organisasi yang unggul yaitu financial resources (dana/modal), human resources (modal insani), informational resources (informasi- informasi untuk membuat keputusan strategis ataupun taktis). Sumber daya manusia/modal insani yang mempunyai kualitas yang sesuai dengan organisasi merupakan sumber daya yang paling sulit dikelola dan diperoleh (Sutrisno, 2009).
Sumber daya manusia kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Depkes, 2006). Sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan manajemen kesehatan (Depkes, 2009).
Sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi (Yuniarsih, 2008). Sumber daya manusia merupakan daya (tenaga atau kekuatan) yang bersumber dari manusia (Sedarmayanti, 2009). Sumber daya
(34)
manusia atau man power disingkat SDM merupakan kemampuan yang dimiliki setiap manusia. Sumber daya manusia terdiri dari daya pikir dan daya fisik setiap manusia.
Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya pikir dan daya fisiknya (Hasibuan, 2008). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana gempa tentunya, sumber daya manusia kesehatan menjadi hal yang sangat penting yang merupakan pelaksana teknik atau pelaksana kegiatan operasional saat terjadi bencana maupun pasca bencana.
Dalam Kepmenkes RI Nomor 876/Menkes/SK/XI/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain, disebutkan bahwa penanganan krisis dan masalah kesehatan lain lebih menitikberatkan kepada upaya sebelum terjadinya bencana yaitu upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan yang dimaksudkan adalah kesiapsiagaan sumber daya sebelum menghadapi masalah kesehatan yang timbul akibat terjadinya bencana, termasuk bencana gempa. Jadi kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan pada tahap pra bencana yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana yang akan terjadi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan merupakan bentuk operasional penyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasi terdapat potensi bencana dengan salah satu bentuk kegiatannya yang terkait dengan sumber daya manusia adalah :
1. Pengorganisasian, 2. Penyuluhan,
(35)
3. Pelatihan dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat.
2.3.1 Pengetahuan
A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007).
Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).
B. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut: 1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. (Notoatmodjo, 2003).
(36)
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapatmenginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus datang ke Posyandu (Notoatmodjo, 2003).
3) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan (Notoatmodjo, 2003).
4) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip (Notoatmodjo, 2003).
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
(37)
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003).
2.3.2 Pelatihan
Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
Menurut Payaman (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan
(38)
biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja.
Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training
Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
(39)
Tujuan umum pelatihan sebagai berikut :
a. Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif,
b. Untuk mengembangkan pengetahuan,
c. Untuk
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan
mengembangkan sikap,
Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005) terdiri dari :
sehingga menimbulkan kemauan kerjasama
dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).
a. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur b. Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional) c. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang
hendak di capai
d. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan / need
(40)
assesment; (2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi.
2.4 Kesiapsiagaan dalam Penanggulangan Bencana Gempa
Upaya penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana merupakan serangkaian kegiatan kesehatan yang mencakup kegiatan pada masa pra bencana meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, pada masa bencana meliputi tanggap darurat, dan pada masa pasca bencana meliputi pemulihan/rehabilitasi dan rekonstruksi.
Mekanisme upaya penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, meliputi kegiatan:
a). Pra Bencana (Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan)
Pencegahan bencana adalah tindakan-tindakan untuk menghambat ancaman / bahaya yang menyebabkan terjadiny bencana. Kegiatannya meliputi menyusun prosedur tetap/ pedoman, melakukan analisis resiko, penyebarluasan informasi (Depkes, 2006). Selain itu, pencegahan bencana dapat pula diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana (BNPB,2007).
(41)
Mitigasi adalah kegiatan-kegiatan yang lebih menitikberatkan pada upayauntuk mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana. Kegiatannya meliputi struktural (pembangunan dan pengadaan fisik) dan non struktural (menyusun standar pelayanan, menyusun perencanaan, menyusun peraturan relokasi, jalur evakuasi, retro fitting) (Depkes, 2006). Mitigasi juga dapat diartikan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (BNPB, 2007).
Kesiapsiagaan adalah kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada pengembangan rencana-rencana untuk menanggapi bencana secara cepat dan efektif dengan menyiapnyiagakan sumber daya, pendidikan dan pelatihan bagi petugas, menyusun pedoman/prosedur tetap, menyusun dan mengembangkan sistem informasi dan sistem manajemen, menyusun rencana kontinjensi (Depkes,2006). Kesiapsiagaan dapat diartikan pula serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (BNPB, 2007).
b). Saat Bencana (Tanggap Darurat)
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (Depkes, 2006)
(42)
c). Pasca Bencana (Rehabilitasi dan Rekonstruksi)
Rehabilitasi adalah kegiatan untuk memulihkan dan memfungsikan kembali sumberdaya kesehatan guna mengurangi penderitaan korban (Depkes, 2006). Rehabilitasi juga diartikan sebagai upaya perbaikan dan pemulihan pada semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana (BNPB, 2007).
Rekonstruksi adalah kegiatan untuk membangun kembali berbagai kerusakan akibat bencana secara lebih baik dari keadaan sebelumnya dengan telah mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana di masa yang akan datang (Depkes,2006). Rekonstruksi juga dapat diartikan sebagai upaya pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan pereknomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana (BNPB, 2007).
Dalam hal ini, kesiapsiagaan dimaksud adalah termasuk kesiapsiagaan sumber daya manusia yang harus dipastikan mempunyai kemampuan dalam melakukan upaya penanggulangan bencana secara cepat dan tepat karena merupakan
(43)
pelaksana teknik atau pelaksana kegiatan operasional saat terjadi bencana maupun pasca bencana.
Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kualitas tenaga kerja diperlukan peningkatan kesadaran produktivitas, efektivitas, efisiensi dan kewiraswastaan etos kerja yang produktif yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan motivasi, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan (Hamalik, 2007).
Kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan merupakan produktivitas sumber daya manusia dalam rangka upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dilakukan sebelum terjadinya bencana. Menurut formulasi National Productivity Board Singapore, produktivitas adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk melakukan perbaikan. Perwujudan sikap mental dituangkan dalam berbagai kegiatan antara lain kegiatan yang berkaitan dengan diri sendiri dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, kerukukan kerja, dan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan melalui perbaikan manajemen, prosedur kerja, ketepatan waktu, penghematan biaya, sistem dan teknologi yang lebih baik.
2.5 Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 159b/Men Kes/Per/II/1988 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pasal 8 dinyatakan tugas rumah sakit
(44)
melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.
Rumah sakit merupakan salah satu lembaga publik yang terlibat langsung dalam merespon suatu bencana yang terjadi dalam wilayah kerjanya. Hal inilah yang sering dilihat sebab perannya sering baru tampak oleh masyarakat ketika bencana itu terjadi. Padahal, baik atau buruknya respon rumah sakit terhadap bencana sangat tergantung dari serangkaian aktifitas yang sudah dilakukan jauh sebelumnya. Aktifitas-aktifitas persiapan bencana inilah yang sering kali menjadi persoalan di Indonesia karena sering kali tidak dilakukan karena berbagai alasan.
Rumah sakit memiliki fungsi kritis dalam manajemen bencana, demikian yang dikatakan Robert Powers (Pinkowski, 2008). Konferensi PBB tentang Pengurangan Bencana menegaskan bahwa rumah sakit wajib mengoperasikan beberapa fasilitas segera setelah bencana untuk membatasi dampak dari bencana hilangnya nyawa. Mereka memiliki fungsi kritis yang tidak dimiliki bisnis lain. Artinya, jika mereka gagal untuk berfungsi selama bencana, mereka akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap dampak bencana di masyarakat.
Rumah sakit dalam kondisi normal saat ini sudah terkendala dengan kurangnya fasilitas dan sarana-prasarana. Oleh karena itu untuk dapat beroperasi secara baik pada saat bencana, pertama-tama yang harus dilakukan adalah memberikan mitigasi, perencanaan dan kesiapan prioritas yang mereka butuhkan,
(45)
baik menyangkut peralatan, keahlian staf pelaksana, dana untuk mengimbangi biaya selama penanganan bencana serta kewenangan yang diberikan kepada rumah sakit untuk melaksanakan implementasi program penanggulangan bencana. Perencanaan untuk lonjakan kapasitas juga penting dalam rangka mengantisipasi masuknya pasien ke rumah sakit baik segera setelah bencana atau dalam kasus bencana biologis, ketika mulai terjadi gejala pada korban.
Perencanaan penanganan bencana oleh rumah sakit, Robert Powers menekankan perlunya fokus terhadap beberapa item untuk memastikan bahwa mereka benar siap dalam kegiatan-kegiatan mitigasi seperti perlunya keberlanjutan rumah sakit tanpa bantuan dari luar selama 72 jam pasca-bencana; waktu standar yang diperkirakan untuk memperoleh bantuan dari luar. Upaya mitigasi Rumah Sakit dimulai dengan penilaian kerentanan bahaya. Hal ini memungkinkan rumah sakit untuk mendapatkan kesiapan dengan biaya yang rendah. Rumah sakit tidak perlu memiliki rencana yang berbeda untuk setiap jenis bencana, hanya perlu satu rencana yang diperlukan untuk prosedur penanganan semua jenis bahaya. Hal ini juga untuk menyederhanakan respon dimana setiap staf diajarkan hanya salah satu cara untuk tampil saat bencana dan tidak memiliki waktu untuk berhenti dan membuat penentuan mana cara untuk merespon. Dengan demikian, kebingungan berkurang dan ada penurunan risiko staf melakukan prosedur yang salah pada kondisi bencana tersebut.
Rumah sakit memiliki dua cara dalam merespon bencana, yaitu secara struktural maupun non-struktural. Mitigasi struktural di rumah sakit direncanakan untuk meningkatkan kesinambungan struktur yang ada melalui langkah-langkah
(46)
seperti perencanaan bangunan rumah sakit tahan gempa untuk membatasi kerusakan pada fasilitas saat gempa bumi atau merancang sebuah pintu masuk gawat darurat yang memiliki kemampuan untuk dengan mudah diperluas dan menangani masuknya sebagian besar pasien yang tiba dengan kendaraan pribadi saat bencana. Sementara itu mitigasi non struktural oleh rumah sakit dapat dilakukan dengan pengaturan-pengaturan peran setiap orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan saat bencana. Mitigasi non struktural juga dapat berupa apa yang disebut jalur hidup. Sistem yang disebut sebagai jalur hidup ini penting dalam menjaga keberlanjutan fasilitas. Lifelines menjaga hubungan yang diperlukan dari rumah sakit ke luar berbagai entitas atau pemasok bahan. Ini termasuk komunikasi, utilitas, dan transportasi. Komunikasi bisa datang dari management darurat lokal, pelayanan medis darurat, atau departemen kesehatan dan diperlukan untuk menjaga agar para pejabat rumah sakit tahu tentang situasi saat ini. Komunikasi juga diperlukan untuk mengisi sumber daya yang minim dan mendiskusikan pilihan regional dengan rumah sakit lainnya. Utilitas, seperti listrik dan air, harus direncanakan dan dikelola dengan baik.
Latihan sendiri bagi rumah sakit merupakan strategi lain kesiapan bencana yang penting. Perencanaan untuk latihan sering tidak dilakukan sebab staf apatis berpartisipasi. Latihan juga sering gagal mensimulasikan kondisi nyata. Latihan yang dijalankan dengan benar, adalah strategi penting untuk pengukuran dan meningkatkan kesiapan rumah sakit. Evaluator harus berasal dari instansi luar, sehingga ada kebebasan untuk proses dan prosedur kritik. Evaluasi harus memberikan informasi yang relevan yang memandu rumah sakit dalam perubahan apa yang perlu
(47)
terjadi pada kesiapsiagaan dan respon untuk benar-benar efisien dalam kondisi yang nyata.
Koordinator utama bencana juga harus bekerja untuk mendaftar dan mendidik pelaku kunci dari seluruh rumah sakit. Para pelaku kunci adalah pemimpin administrasi seperti bagian gawat darurat, radiologi, pengendalian infeksi, laboratorium dan teknik untuk memperoleh kesiapan seluruh rumah sakit. Komite keamanan rumah sakit atau manajemen komite khusus darurat adalah wadah untuk membawa semua pelaku bersama-sama dan memastikan bahwa mereka berbagi visi bersama untuk benar-benar siap menanggapi peristiwa bencana.
Rumah sakit tidak akan berfungsi sendirian pada saat bencana sehingga administrator rumah sakit juga harus melihat melampaui rumah sakit. Interaksi antar komunitas adalah penting karena rumah sakit harus tahu dan membantu membimbing masyarakat untuk memberikan respon terhadap bencana sehingga operasi rumah sakit berjalan sesuai dengan rencana sebab untuk respon optimal dan keberlanjutan rumah sakit selama bencana secara langsung tergantung pada sumber daya dan dukungan yang diterimanya dari lembaga masyarakat lainnya. Sebuah komponen kunci dari interaksi masyarakat adalah respon regional. Rumah Sakit menggunakan rencana saling membantu dan respon regional berencana untuk saling mendukung. Rumah sakit di luar daerah dampak bencana berpotensi bisa mengirim dukungan personel dan peralatan dalam beberapa jam ke rumah sakit.
(48)
2.6 Landasan Teori
Menurut LIPI–UNESCO/ISDR (2006), kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan resiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadi bencana.
Menurut LIPI–UNESCO/ISDR (2006), tentang kajian kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana menyebutkan kesiapsiagaan menggunakan parameter:
1. Pengetahuan merupakan pengetahuan dasar petugas mengenai bencana gempa bumi, seperti kejadian alam, bencana gempa bumi, dan kerentanan fisik.
2. Kebijakan dan panduan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana gempa seperti tersedianya draf, renstra, protap, tempat evakuasi, panduan pemenuhan kebutuhan dasar.
3. Rencana tanggap darurat merupakan tindakan yang telah dipersiapkan petugas menghadapi bencana gempa, seperti pembuatan peta, penampungan sementara, nomor hotline informasi, posko, gladi pelatihan/simulasi, analisis resiko, perencanaan kontinjensi.
4. Sistem peringatan bencana gempa merupakan usaha petugas dalam mencegah terjadinya bencana gempa bumi, seperti sistem informasi, sistem peringatan dini, penyampaian informasi, pengembangan sistem peringatan dini, pelatihan dan simulasi.
(49)
Menurut LIPI–UNESCO/ISDR (2006), sumber daya manusia pendukung kesiapsiagaan petugas penanggulangan bencana dalam menghadapi bencana gempa bumi sebagai berikut:
1. Personil (sumber daya manusia) a. Kelompok tenaga ahli
Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi di bidang sumberdaya gempa antara lain bidang geologi tenaga kesehatan dalam menangani masalah kesehatan yang terjadi akibat gempa (luka-luka, pingsan, trauma, dll).
b. Kelompok tenaga lapangan
Dalam pelaksanaan pengendalian gempa dibutuhkan petugas lapangan dalam jumlah cukup utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan di lapangan.
2. Sarana atau Peralatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin.
Sarana/peralatan yang digunakan petugas dalam upaya penanggulangan bencana gempa terdiri dari:
a. Peralatan Siapkan tas ransel khusus kondisi darurat, isinya : lampu senter, air minum, kotak P3K, makanan tahan lama (misalnya biscuit), uang
(50)
secukupnya, lilin, korek api, buku tabungan, helm, tas darurat letakkan di tempat yang strategis.
b. Peralatan komunikasi (radio komunikasi, telepon, faksimili) c. Alat-alat berat dan transportasi (bull dozer, excavator, truk)
d. Perlengkapan kerja penunjang (sekop, gergaji, cangkul, pompa air) e. Perlengkapan untuk evakuasi (tenda darurat, dan obat obatan) f. Bahan gempa (karung plastik, bronjong kawat, bambu, dolken kayu) 3. Dana
Dalam pengendalian gempa bumi diperlukan alokasi dana yang diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari APBN, APBD atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan yang berlaku.
Salah satu organisasi pemerintahan yang melibatkan keseluruhan komponen sumber daya organisasi dalam penanggulangan bencana adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), di mana komponen-komponen sumber daya manusia kesehatan adalah pengetahuan dan pelatihan mempengaruhi kesiapsiagaan petugas penanggulangan bencana dalam menghadapi gempa di RSU Bunda Thamrin Medan Tahun 2013.
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah peneliti jelaskan, maka yang menjadi kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
(51)
Variabel Independen : Variabel Dependen :
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah sumber daya manusia, yaitu pengetahuan dan pelatihan, sedangkan variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam penanggulangan bencana gempa di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Kota Medan tahun 2013.
a. Pengetahuan b. Pelatihan
Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana
(1)
n o U m u r L m k r j a D i d i k t a h u 1 t a h u 2 t a h u 3 t a h u 4 t a h u 5 t a h u 6 t a h u 7 t a h u 8 t a h u 9 t a h u 1 0 t a h u 1 1 t a h u 1 2 t a h u 1 3 t a h u 1 4 t a h u 1 5 t a h u 1 6 t a h u 1 7 t a h u 1 8 t a h u 1 9 t a h u 2 0 t a h u 2 1 t a h u 2 2 t a h u 2 3 t a h u 2 4 t a h u 2 5 t a h u 2 6 T O T A L _ T a h u T A H U l a t i h 1 l a t i h 2 l a t i h 3 l a t i h 4 l a t i h 5 l a t i h 6 l a t i h 7 T O T A L _ L a t i h L A T I H s i a g a 1 s i a g a 2 s i a g a 3 s i a g a 4 s i a g a 5 s i a g a 6 s i a g a 7 s i a g a 8 s i a g a 9 s i a g a 1 0 s i a g a 1 1 T O T _ S i a g a S I A G A
1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 1 1 1 2 1 1 1 8 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2
1 5 1
2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2
4
0 2 1 1 2 1 2 1 1 9 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2
1 5 1
3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1
3
0 1 1 1 1 1 1 1 1 7 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1
1 7 2
4 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
3
1 1 2 1 1 2 2 1 1
1
0 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1
1 4 1
5 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
4
6 3 2 1 1 2 1 2 2
1
1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1
1 8 2
6 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 2 1 1 1 1 2
1
0 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2
1 7 2
7 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1
3
2 1 2 1 1 1 1 1 2 9 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1
1 5 1
8 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2
3
2 1 2 2 2 1 1 2 1
1
1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1
1 5 1
9 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1
4
0 2 2 1 2 2 2 1 1
1
1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1
1 7 2 1
0 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 1 2 1 1 1 1 9 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1
1 4 1
1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 3 1 2 1 1 1 1 2 1 9 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1
(2)
1
2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 1 2 1 1 1 1 9 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1
1 5 1 1
3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2
4
4 3 2 2 1 1 2 2 2
1
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1
1 8 2 1
4 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 2 1 2 2 1 2
1
2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 7 2 1
5 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1
3
8 2 1 1 1 1 1 1 1 7 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1
1 6 1 1
6 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
3
2 1 2 1 2 1 1 1 1 9 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1
1 5 1 1
7 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2
4
1 2 1 2 1 2 2 1 1
1
0 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2
1 7 2 1
8 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1
3
4 1 2 1 1 1 1 2 1 9 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2
1 5 1 1
9 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
4
6 3 2 2 1 1 1 2 2
1
1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2
1 9 2 2
0 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
3
2 1 2 2 2 2 1 2 1
1
2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1
1 8 2 2
1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 2 1 1 2 2 1
1
1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1
1 6 1 2
2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1
3
8 2 1 1 1 2 2 2 1
1
0 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1
1 6 1 2
3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2
3
2 1 1 2 1 1 1 1 1 8 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
1 3 1 2
4 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1
3
5 2 2 1 1 1 2 2 2
1
1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1
1 5 1 2
5 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 1 1 1 1 1 1 1 7 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2
1 8 2 2
6 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 2 1 1 1 2 2
1
1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1
1 5 1 2
7 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2
1 6 1
(3)
2
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2
6 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 3
0 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1
3
3 1 1 1 1 1 2 1 1 8 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1
1 4 1 3
1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1
3
3 1 2 1 2 1 1 1 2
1
0 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1
1 4 1 3
2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1
4
2 2 1 1 2 2 2 2 1
1
1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2
1 8 2 3
3 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2
4
3 2 2 2 2 1 1 2 2
1
2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2
1 8 2 3
4 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1
3
4 1 2 1 1 1 1 2 1 9 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1
1 4 1 3
5 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1
4
3 2 2 1 2 2 2 2 1
1
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1
1 8 2 3
6 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1
3
4 1 2 1 1 1 1 1 1 8 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1
1 4 1 3
7 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 1 1 1 1 1 1 1 7 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2
1 8 2 3
8 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2
4
7 3 2 2 2 1 2 2 2
1
3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2
2 0 2 3
9 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1
3
3 1 1 1 1 2 1 1 1 8 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2
1 4 1 4
0 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3
1 1 2 2 1 1 1 1 2
1
0 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1
1 6 1 4
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1
3
0 1 1 1 1 2 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2
1 3 1 4
2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 1 2 1 1 2 2
1
1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1
1 7 2 4
3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 1 2 1 2 2 1
1
1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1
1 6 1 4
4 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 2 1 2 1 2 1
1
1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2
1 7 2
4 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 1 2 1 2 1 1 1 9 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1
(4)
4
6 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2
4
2 2 1 2 2 2 1 2 1
1
1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2
1 8 2 4
7 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 1 1 1 1 1 1 2 8 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1
1 4 1 4
8 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2
3
9 2 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1
1 6 1 4
9 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2
4
7 3 2 2 2 2 2 1 2
1
3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
2 0 2 5
0 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2
4
2 2 2 2 2 1 1 2 2
1
2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2
1 8 2 5
1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1
4
2 2 2 1 1 1 2 2 2
1
1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2
1 8 2 5
2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
3
5 2 1 1 2 1 1 1 1 8 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2
1 5 1 5
3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 1 1 1 1 2 2
1
0 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1
1 5 1 5
4 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1
3
8 2 2 1 1 2 1 1 2
1
0 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2
1 6 1 5
5 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2
8 1 2 1 1 1 2 1 1 9 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1
1 5 1 5
6 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
3
4 1 2 2 2 1 1 1 1
1
0 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1
1 4 1 5
7 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2
3
7 2 2 2 1 1 2 1 1
1
0 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1
1 5 1 5
8 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2
4
6 3 1 1 1 1 1 1 1 7 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2
1 9 2 5
9 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
4
6 3 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1
1 6 1 6
0 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 1 2 1 2 1 2
1
1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1
1 7 2 6
1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2
3
0 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1
1 6 1
(5)
6
3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1
3
3 1 2 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2
1 4 1 6
4 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 2 2 2 1 1 1
1
1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2
1 7 2 6
5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2
4
6 3 2 2 2 2 2 2 1
1
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1
1 9 2 6
6 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1
4
2 2 2 1 2 2 1 1 2
1
1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2
1 8 2 6
7 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1
3
7 2 1 1 1 1 1 2 2 9 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
1 6 1 6
8 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2
4
6 3 2 2 2 2 1 1 1
1
1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2
1 9 2 6
9 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2
3
7 2 2 2 1 1 1 1 2
1
0 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1
1 5 1 7
0 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1
3
6 2 2 1 1 1 2 1 1 9 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2
1 5 1 7
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2
8 1 1 1 1 2 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
1 2 1 7
2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 1 2 1 1 2 2
1
1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1
1 6 1 7
3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 2 1 2 2 1 2 1
1
1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1
1 6 1 7
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
2
9 1 2 1 2 1 1 1 2
1
0 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2
1 6 1 7
5 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
4
6 3 1 1 1 1 1 1 1 7 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1
1 6 1 7
6 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1
4
2 2 2 1 2 2 2 2 1
1
2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1
1 8 2 7
7 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2
4
1 2 1 1 1 1 1 1 1 7 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1
1 7 2 7
8 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
4
6 3 2 2 2 2 2 2 1
1
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2
2 0 2
7 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 1 1 1 1 1 1 1 7 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2
(6)
8
0 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3
4 1 1 1 1 1 1 1 1 7 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2
1 9 2 8
1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
4
6 3 1 2 1 1 2 1 2
1
0 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 9 2