dan Sungai Lumut sebagai sara penyeberangan masyarakat. Di bagian hilir atau muara Sungai Badiri dan Sungai Lumut terdapat hutan mangrove yang didominasi
jenis Rhizphpra sp dan Nipah. Kondisinya masih cukup baik dan pemanfaatan bakau masih terbatas untuk pembuatan arang, sedangkan nipah untuk pembuatas kertas
rokok. Kawasan mangrove tersebut potensian dijakan sebagai lahan tambak udang dan budidaya kepiting, tetapi harus memperhatikan keseimbangan fungsi ekologi dan
ekonomi ekosistem mangrove tersebut. Oleh sebab itu, di desa ini dapat dikembangkan budidaya tambak ikan, udang dan kepeting bakau sebagai alternative
mata pencaharian.
4. 2. ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA 4. 2. 1. Kependudukan
Jumlah penduduk di Desa Jago-jago yang tercatat sampai Bulan Mei tahun 2007 di Kantor Camat Badiri ada sebanyak 2.669 jiwa, dengan komposisi 1287 jiwa
perempuan dan 1382 laki-laki. Penduduk desa ini memeluk agama Islam dan Kristen. Penduduk Desa Jago-jago terdiri dari beberapa suku, yakni suku Batakm Nias,
Melayu, Jawa, Minang dan Aceh, dengan kebudayaan yang telah mengalami akulturasi dehngan budaya pesisir. Bahasa yang digunakan sehari hari mempunyai
cirri teresndiri, seperti bahasa melayu pesisir yang diwarnai dialek Batak atau Dialek Jawa. Walaupun heterogenitas pendidik tinggi, sentiment primordial tidak pernah
muncul, karena mereka saling menghargai dan tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
4. 2. 2. Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, masyarakat Desa Jago-jago mempunyai kualitas sumberdaya manusia yang masih relative rendah. Hal ini ditandai dengan
banyaknya penduduk yang tidak bersekolah yakni 53,35 sedangkan yang sekolah hanya 46, 65. Angka ini memberikan gambaran rendah akan pentingnya
pendidikan. Masyarakat membutuhkan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, baik melalui pendidikan formal maupun informal. RPTK 4 Desa Kab.
Tapteng, 2005
4. 2. 3. Kesehatan Masyarakat
Penyakit yang pernah diderita masyarakat Desa Jago-jago adalah penyakit yang umum di daerah tropis, seperti demam, influenza dan diare. Penanggulangan
penyaki ini dilakukan dengan berobat ke Puskesmas Pembantu dan Polindes yang terdapat di dusun I Jago0jago atau mereka menggunakan bahan obat tradisional.
Sementara tenaga medis yang ada di desa Jago-jago hanya 2 orang bidan. Di desa ini hanya terdapat 1 buah MCK umum yakni di Dusun I Desa Jago-jago.
4. 2. 4. Pemukiman
Lokasi pemukiman penduduk di Desa Jago-jago hanya berjarak sekitar 5 m dari garis pantai. Kondisi rumah yang ada umunya sederhana, terbuat dari kayu,
berlantai papan dan semen, berdinding papan dan beratap seng. Sebagian kecil rumah sudah permanen, namun beberapa rumah masih mempunyai atap rumbia.
Bentuk rumah penduduk terdiri dari 2 tipe, yakni bentuk rumah panggung dan rumah non panggung. Rumah panggung mempunyai lantai papan, sedangkan rumah
Universitas Sumatera Utara
non panggung mempunyai lantai semen, ada juga yang beberapa rumah masih mempunyai lantai tanah.
Kamar mandi umumnya berada di luar rumah, karena sebagian besar penduduk memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan mandi cuci dan kakus. Sumber
air bersih diperoleh dari air sumur dan air dari bukit. Bila terjadi musim kemarau, penduduk sangat kesulitan memperoleh air bersih untuk masak dan minum.
4. 2. 5. Mata Pencaharian dan Pendapatan