2. 8. Aspek Kelembagaan 2. 9. Hutan Bakau mangrove di desa Jago-jago

sedangkan di dusun lainnya belum ada. Prasarana lainnya yang menunjang kegiatan keagamaan adalah 7 buah gereja, 2 buah masjid dan 2 buah mushollah. Sarana olahraga yang ada di desa Jago-jago adalah: Lapangan Bola Kaki, dan lapangan Badminton. Sementara itu prasarana infrastruktur yang bersumber dari Coremap di Desa Jago-jago adalah Pondok Informasi, tambatan perahu jety, MCK, dan Balai Pertemuan.

4. 2. 8. Aspek Kelembagaan

Lembaga kemasyarakatn yang ada di Desa Jago0jago adalah Serikat Tolong Menolong STM dan Majelis Ta’lim, Karang Taruna, Kegiatan STM adalah membantu setiap anggota apabila terjadi musibah atau kemalangan, pesta pernikahan dan sunatan. Sedangkan kegiatan Majelis Ta’lim adalah pengajian yang dilakukan kaum ibu dan bapak secara terpisah sekali dalam seminggu atau sekali dalam sebulan secara bergantian dari rumah ke rumah. Desa Jago-jago dipimpin oleh seorang Kepala Desa, dan dibantu oleh seorang Sekretaris Desa, seorang Kepala Urusan Pemerintahan, seorang Kepala Urusan Umum, dan seorang Kepala Urusan Pembangunan. Desa Jago-jago mempunyai 4 dusun, dan masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusun serta bertanggungjawab langsung kepada Kepala Desa. Dan pusat pemerintah Desa Jago-jago berada pada Dusun I. Universitas Sumatera Utara

4. 2. 9. Hutan Bakau mangrove di desa Jago-jago

Hutan bakau mangrove tersebar dalam wilayah yang termasuk Kabupaten Tapanuli Tengah dengan kondisi yang lumayan baik seperti mangrove yang ada di Pulau-pulau kecil hingga Pulau Mansalar. Di sepajang aliran sungai Si Jago-jago ditumbuhi oleh jenis mangrove Nypa fruticans yang diselangselingi oleh asosiasi jenis Xylocarpus granatum, Cerberra odollam, Soneratia alba. Selain itu, ditemukan pula mangrove dengan jenis Sonneratia caseolaris yang spefikikasinya tidak ditemukan di pulau-pulau lainnya, diman jenis ini dapat ditemui di aliran sungai dengan salinitas yang rendah. Sesuai dengan hasil penelitian tim CRITC-COREMAP LIPI tahun 2006, bahwa keseluruhan mangrove berada di pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah yang umumnya didominasi oleh jenis Rhizopora mucronata NP. 103,46 , Rhizopora apiculata 95,23 , serta jenis Lummnitzera racemosa, Xylocarpus granatum, dan Ceriops tagal dengan kondisi tutupan kurang dari 50 . Kepadatan anak pohon mangrove yang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah mencapai 2995 pohon perhektar, dengan rata-rata ketinggian 5,35 meter dan diameter rata-rata 4,54 cm CRITC-LIPI, 2006. Sedangkan yang berada di wilayah perairan kota Sibolga kondisinya sudah buruk, karena aktivitas reklamasi dan penimbunan yang dilakukan penduduk dan pemerintah kota untuk memperluas wilayah daratannya. Dibandingkan dengan hasil yang telah ditemui di Nias dan Mentawai, maka kepadatan mangrove di Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu 288 pohonhektar, yang lebih sedikit dibandingkan dengan di Mentawai 473 pohonhektar, namun lebih Universitas Sumatera Utara banyak dibandingkan dengan di Nias yang hanya 160 pohonhektar CRITC-LIPI, 2006. Saat ini, hutan Mangrove di Kabuapaten Tapanuli Tengah telah mengalami penyusutan luasan dan kerusakan varietas, dari 1800 Ha hanya tinggal 1.570 Ha dalam KKLD, DKP Tapteng, 2008, yang penyebabnya antara lain penebangan secara massif, konversi lahan untuk pertambakan, perkebunan, dan pemukiman, yang menimbulkan berkurangnya luasan, menurunnya kualitas air, dan berkurangnya biodiversity, erosi pantai, dan abrasi. Di wilayah pantai, sekitar muara sungai Badiri, sungai LumutAek Pinangsori dan sungai Sigubo terdapat hutan bakau rhizophora. Di daerah ini banyak terdapat udang dan kepiting. Kelestarian hutan bakau cukup mengkhawatirkan mengingat penebangan kayu bakau terus-menerus dilakukan. Dilihat dari sumberdaya perairannya, Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki potensi sumberdaya yang cukup andal bila dikelola dengan baik. Perairan ini memiliki berbagai ekosistem laut dangkal yang merupakan tempat hidup dan memihah ikan-ikan laut seperti ekosistem mangrove, lamu dan karang. Seiring dengan berlajannya waktu dan pesatnya pembangunan di segala bidang serta krisis ekonomi yang berkelanjutan telah memberikan tekanan yang lebih besar terhadap lingkungan sekitarnya khususnyalingkungan perairannya. Di daerah aliran sungai Jago-jago kondisi mangrovenya berbeda dengan pulau-pulau lainnya dimana di sepanjang sungainya ditumbuhi jenis Nypa fruticans yang dibarengi dengan asosiasi jenis lain seperti Xulocarpus granatum, cerbera odollam, Sonneratia alba dan lainnya. Selain itu juga ditemukan Sonneratia Universitas Sumatera Utara caseolaris yang tidak ditemukan di pulau lainnya. Jenis ini biasanya ditemukan di aliran sungai yang kondisi salinitas airnya rendah. Kawasan laut di sekitar Desa jago-jago berpotensi cukup tinggi, baik yang ada di laut lepas, maupun di sekitar pantai. Kawasan laut dapat dikategorikan ke dalam empat kawasan, yakni kawasan pantai, kawasan terumbu karang, kawasan laut dalam dan kawasan hutan bakau mangrove. Keempat kawsasan ini mempunyai ekosistem tersendiri sesuai dengan kondisi dari lokasi tersebut. Hutan bakau banyak dijumpai di sekitar muara sungai yang ada di Desa Jago- jago, yakni Sungai Badiri, Sungai LumutAek Pinangsori dan Sungai Sigubo. Kawasan ini merupakan tempat berkembangnya biota laut kepeiting bakau dan udang yang saat ini populasinya berkurang sehingga habitat ini sulit ditemukan. Kondisi ini dikarenakan makin sedikitnya hutan bakau yang kondisinya pun mengkhawatirkan karena tidak terkontrolnya penebangan hutan tersebut oleh masyarkat, baik untuk pemenuh kebutuhan ekonomi, maupun bangunan rumah dan bagan. Permasalahan ini bila tidak cepat diatasi, maka dikhawatirkan akan berdampak terhadap kehidupan manusia dan biota laut yang berdiam dibawahnya. Tebel 1. Luas mangrove dan terumbu karang di Kabupaten Tapanuli Tengah Jenis Tutupan Luas km 2 Luas seluruhnya km 2 Pelab uhan Sibolga dan sekitarnya Desa Sitardas, Teluk Tapian Nauli dan sekitarnya Pula u Mansalar Universitas Sumatera Utara Mangrove 0,451 4 2,9776 4,56 12 7,990 2 Terumbu karang Fringing reef Patch reef Shoal 1,212 7 0,456 8 0,217 3 3,0422 - 0,3845 16,4 108 - 3,63 29 20,66 57 0,456 8 4,234 7 Sumber: Tim CRITC, Studi Baseline Ekologi Tapanuli Tenga. Jakarta : LIPI, 2006

4. 3. Pola Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove