xlviii
Tabel 4.6. Distribusi Durasi Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.
Pertanyaan Jawaban
Lama tidur di malam hari Ini
mungkin berbeda dari jumlah waktu
yang dihabiskan di tempat tidur
7 jam 6 – 7 jam
5 – 6 jam 5 jam
N N
N N
23 76,7
7 23,3
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan durasi tidur, paling banyak perawat memiliki lama tidur selama 7 jam yaitu sebanyak 23 orang 76,7 dan
paling sedikit perawat memiliki lama tidur selama 6-7 jam yaitu sebanyak 7 orang 23,3.
Tabel 4.8. Distribusi Efisiensi Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.
Pertanyaan Jawaban
Jam tidur di malam hari
20.00 WIB 21.00 WIB
22.00 WIB ≥ 23.00 WIB
N N
N N
1 3,3
13 43,3
8 26,7
8 26,7
Jam bangun di pagi hari
04.00 WIB 05.00 WIB
06.00 WIB 7.00 WIB
N N
N N
2 6,7
14 46,7
14 46,7
Efisiensi Tidur 85
75 – 84 65 – 74
65 N
N N
N
29 96,7
1 3,3
xlix
Berdasarkan efisiensi tidur, paling banyak perawat tidur jam 21.00 WIB yaitu sebanyak 13 orang 43,3. Paling banyak perawat bangun tidur di pagi hari pada
pukul 05.00 WIB dan 06.00 WIB, masing-masing sebanyak 14 orang 46,7. Paling banyak perawat memiliki efisiensi tidur 85 yaitu sebanyak 29 orang 96,7.
Tabel 4.9. Distribusi Gangguan Tidur Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.
Pernyataan Jawaban
Seberapa sering
mengalami kesulitan tidur karena...
Tidak selama
sebulan terakhir
Kurang dari sekali dalam
seminggu Sekali atau
dua kali
dalam seminggu
Tiga kali atau lebih
dalam seminggu
N N
N N
b. Bangun di tengah
malam atau dini hari
10 33,3
19 63,3
1 3,3
a.
Harus bangun untuk ke
kamar
mandi
8 26,7
20 66,7
2 6,7
b.
Tidak bisa bernapas dengan nyaman
27 90
3 10
c.
Batuk atau mendengkur keras
28 93,3
2 6,7
d. Merasa kedinginan
24 80
6 20
e. Merasa kepanasan 1
3,3 17
56,7 12
40
f. Mengalami mimpi buruk
6 20
23 76,7
1 3,3
l
sa nyeri
30 100
j. Alasan lain,
jelaskan
- -
- -
- -
- -
Berdasarkan gangguan tidur, perawat yang kesulitan tidur karena bangun di tengah malam paling banyak mengalaminya selama kurang dari sekali dalam
seminggu yaitu sebanyak 19 orang 63. Perawat yang mengalami kesulitan tidur karena harus bangun ke kamar mandi paling banyak mengalaminya selama kurang
dari sekali dalam seminggu yaitu sebanyak 20 orang 66,7. Sedangkan kesulitan tidur karena tidak bisa bernapas dengan nyaman paling banyak perawat tidak
mengalaminya selama sebulan terakhir yaitu sebanyak 27 orang 90 . Perawat yang mengalami kesulitan tidur karena batuk atau mendengkur dengan keras hanya
sebanyak 2 orang 6,7 . Perawat yang mengalami kesulitan tidur karena merasa kedinginan dalam sebulan terakhir hanya sebanyak 6 orang 20 , paling banyak
perawat tidak mengalaminya yaitu sebanyak 24 orang 80. Perawat yang mengalami kesulitan tidur karena merasa kepanasan paling banyak mengalaminya
selama kurang dari sekali dalam seminggu yaitu sebanyak 17 orang 56,7. Perawat yang mengalami kesulitan tidur karena mengalami mimpi buruk paling banyak
mengalaminya selama kurang dari sekali dalam seminggu yaitu sebanyak 23 orang 76,7. Tidak ada perawat yang mengalami kesulitan tidur karena merasa nyeri
dalam sebulan terakhir.
li
Tabel 4.10. Distribusi Penggunaan Obat Tidur Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.
Pertanyaan Jawaban
Seberapa sering
minum obat untuk membantu tidur.
Tidak selama
sebulan
terakhir Kurang dari
sekali dalam seminggu
Sekali atau dua
kali dalam
seminggu Tiga kali
atau lebih dalam
seminggu
N N
N N
24 80
4 13,3
2 6,7
Berdasarkan penggunaan obat tidur, sebanyak 4 orang 13,3 mengonsumsi obat tidur kurang dari sekali dalam seminggu. Sebanyak 2 orang 6,7
mengonsumsi obat tidur sekali atau dua kali dalam seminggu.
Tabel 4.11. Distribusi Disfungsi Siang Hari Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.
Pertanyaan Jawaban
Seberapa sering
kesulitan untuk
tidak mengantuk saat mengemudi,
makan, atau
bersosialisasi Tidak
selama
sebulan terakhir
Kurang dari sekali dalam
seminggu Sekali atau
dua kali
dalam seminggu
Tiga kali atau lebih
dalam seminggu
N N
N N
19 63,3
11 36,7
Seberapa besar
masalah itu telah mengurangi
antusiasme untuk
menyelesaikan sesuatu.
Tidak ada masalah
sama sekali hanya
masalah
yang sangat kecil
Sedikit masalah
Masalah yang sangat
besar N
N N
N
15 50
15 50
lii
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan disfungsi siang hari, paling banyak perawat tidak mengalami kesulitan untuk tidak mengantuk saat mengemudi,
makan, atau bersosialisasi selama sebulan terakhir yaitu sebanyak 19 orang 63,3 dan paling sedikit perawat mengalaminya kurang dari sekali dalam seminggu yaitu
sebanyak 11 orang 36,7. Berdasarkan pertanyaan “seberapa besar masalah itu telah mengurangi antusiasme untuk menyelesaikan sesuatu” paling banyak perawat
menjawab “tidak ada masalah sama sekali” dan “hanya masalah yang sangat kecil” yaitu masing-masing sebanyak 15 orang 50.
4.2.5. Kualitas Tidur
Adapun kualitas tidur perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12. Kualitas Tidur Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.
Kualitas Tidur Perawat Jumlah Frekuensi orang
Persentase Baik
20 66,7
Buruk
10 33,3
Total 30
100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat memiliki kualitas tidur yang baik yaitu sebanyak 20 orang 66,7. Sebanyak 10
perawat memiliki kualitas tidur buruk yaitu 9 orang 33,3
4.2.6. Keluhan Kesehatan
Adapun keluhan kesehatan perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
liii
Tabel. 4.13. Distribusi Keluhan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Padang Lawas Utara.
Dari tabel di atas, berdasarkan keluhan kesehatan berupa kehitaman di sekitar mata, sebagian besar perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 26 orang
86,7. Berdasarkan keluhan kesehatan berupa bengkak di kelopak mata sebagian besar perawat tidak pernah mengalaminya yaitu sebanyak 28 orang 93,3.
Berdasarkan keluhan kesehatan berupa gangguan saluran pencernaan, sebagian perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 25 orang 83,3.
Berdasarkan keluhan kesehatan berupa lemah sebagian besar perawat kadang-kadang
No Keluhan Kesehatan Ya, sering
Ya, kadang-
kadang
Tidak Pernah
Jumlah
N N
N N
1 Kehitaman di sekitar
mata 1
3,3 26
86,7 3
10 30
100
2 Bengkak di kelopak
mata 2
6,7 28
93,3 30
100
3 Gangguan saluran
pencernaan 2
6,7 25
83,3 3
10 30
100
4 Lemah
11 36,7
19 63,3
30 100
5 Letih
14 46,7
16 53,3
30 100
6 Lesu
13 43,3
17 56,7
30 100
7 Sakit kepala
7 23,3
21 70
2 6,7
30 100
8 Mata perih
1 3,3,
25 83,3
4 14,4
30 100
liv
mengalaminya yaitu sebanyak 19 orang 63,3. Berdasarkan keluhan kesehatan berupa letih sebagian besar perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 16
orang 53,3. Berdasarkan keluhan kesehatan berupa lesu sebagian besar perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 17 orang 56,7. Berdasarkan
keluhan kesehatan berupa sakit kepala sebagian besar perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 21 orang 70. Berdasarkan keluhan kesehatan
berupa mata perih sebagian besar perawat kadang-kadang mengalaminya yaitu sebanyak 25 orang 83,3.
lv
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Kualitas Tidur
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner yang dilakukan, berdasarkan kualitas tidur subjektif paling banyak perawat merasa memiliki kualitas
tidur cukup baik yaitu sebanyak 12 orang 40 dan paling sedikit perawat merasa memiliki kualitas tidur cukup buruk yaitu sebanyak 7 orang 23,3. Perbedaan
antara hasil kualitas tidur subjektif dengan kualitas tidur yang diukur dengan PSQI disebabkan karena jawaban perawat sangat bersifat subjektif tanpa disertai
pengetahuan tentang kualitas tidur yang baik dan buruk. Berdasarkan latensi tidur, paling banyak perawat membutuhkan waktu untuk
tidur selama 15 menit yaitu sebanyak 18 orang 60 , tidak ada perawat yang membutuhkan waktu untuk tidur lebih dari 60 menit. Paling banyak perawat tidak
bisa tidur dalam waktu 30 menit selama kurang dari sekali dalam seminggu yaitu sebanyak 22 orang 73,3. Pada individu normal latensi tidur biasanya terjadi kira-
kira 10-20 menit Majid, 2009. Dilihat dari keadaan tersebut dapat diketahui bahwa sebagian perawat memiliki latensi tidur yang normal.
Berdasarkan durasi tidur, paling banyak perawat memiliki lama tidur selama 7 jam yaitu sebanyak 23 orang 76,7 dan paling sedikit perawat memiliki lama
tidur selama 6-7 jam yaitu sebanyak 7 orang 23,3. Dalam sebuah penelitian menjelaskan apabila dilihat dari segi usia individu seorang bayi normal membutuhkan
lvi
waktu untuk tidur selama 16-18 jam sehari, sedangkan manusia dewasa normal rata- rata membutuhkan waktu tidur antara 7-8 jam sehari.
Dalam hal durasi tidur, mayoritas perawat tidak mengalami masalah karena durasi tidur mereka normal. Jumlah kebutuhan istirahat dan tidur tiap individu
bervariasi menurut usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam untuk tidur Potter Perry, 2005.
Menurut Kozier 2004 kebutuhan istirahat dan tidur seseorang bergantung kepada umur, penyakit fisik, obat-obatan, stresemosional, dan lingkungan.
Berdasarkan efisiensi tidur, paling banyak perawat tidur jam 21.00 WIB yaitu sebanyak 13 orang 43,3. Paling banyak perawat bangun tidur di pagi hari pada
pukul 05.00 WIB dan 06.00 WIB, masing-masing sebanyak 14 orang 46,7. Berdasarkan durasi tidur, paling banyak perawat tidur lebih dari 7 jam yaitu sebanyak
26 orang 86,7. Tidak ada perawat yang tidur kurang dari 5 jam. Paling banyak perawat memiliki efisiensi tidur 85 yaitu sebanyak 29 orang 96,7.
Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa gangguan tidur yang dialami responden paling banyak umumnya disebabkan oleh karena bangun di
tengah malam paling yaitu sebanyak 19 orang 63, harus bangun ke kamar mandi yaitu sebanyak 20 orang 66,7, merasa kepanasan yaitu sebanyak 17 orang
56,7, mengalami mimpi buruk yaitu sebanyak 23 orang 76,7. Sedangkan kesulitan tidur karena tidak bisa bernapas dengan nyaman hanya sebanyak 3 orang
10 yang mengalaminya. Gangguan saluran nafas upper airway obstructive pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usaha
lvii
otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini
ditandai dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50
detik Japardi, 2002. Hampir semua o8urang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20-40 orang dewasa
mengalami kesukaran tidur dan 17 diantaranya mengalami masalah serius Japardi, 2002.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta
menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau
orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada
orang yang tidurnya cukup Japardi, 2002. Berdasarkan penggunaan obat tidur, sebanyak 6 orang 20 mengonsumsi
obat tidur kurang dari sekali dalam seminggu. Penggunaan obat tidur dapat memberikan efek samping yang berhubungan dengan meliputi: residual daytime
sedation, gangguan kognitif, motor incoordination, ketergantungan, rebound insomnia. Obat tidur yang dijual bebas sering kali membuat seseorang mengantuk
dan menolong mereka untuk tertidur. Hal ini akan berlangsung lama, artinya orang yang mengkonsumsi obat ini akan tetap merasakan kantuk setelah mereka terbangun
lviii
dari tidur Handayani, 2008. Tipe obat tidur yang diperoleh dengan resep dokter bekerja dengan baik untuk membantu seseorang untuk tertidur dan mempertahankan
tidur, bahkan sampai sepanjang hari. Walau bagaimanapun tidak dianjurkan bagi seseorang untuk terbiasa mengkonsumsinya misalnya lebih dari satu atau dua kali
dalam seminggu karena tidak ada penelitian pada pekerja shift dan penggunaan obat tidur dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan obat tidur oleh pekerja shift di
setiap waktu pada saat mereka ingin tertidur sepanjang hari bukanlah jalan keluar yang baik. Pada beberapa orang, obat tidur dapat diperoleh dengan mudah, mereka
selalu menggunakan obat tidur ketika ingin tertidur. Apabila hal ini terus berlangsung, orang tersebut akan menjadi gelisah atau mudah marah jika konsumsi
obat tidur dihentikan. Penggunaan obat tidur dalam waktu yang lama akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan setelah terbangun dari tidur Handayani,
2008. Berdasarkan disfungsi siang hari, paling banyak perawat tidak mengalami
kesulitan untuk tidak mengantuk saat mengemudi, makan makanan, atau terlibat dalam kegiatan sosial yaitu sebanyak 19 orang 63,3.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar perawat memiliki kualitas tidur yang baik yaitu sebanyak 20 orang 66,7. Sebanyak 10 orang
33,3 memiliki kualitas tidur buruk. Ketika memiliki kualitas tidur baik, maka segala aktivitas tubuh dan aktivitas kehidupan sehari-hari akan berjalan lancar.
Sebaliknya, jika kualitas tidur buruk, berbagai efek negatif muncul. Antibodi menjadi lemah, berdasarkan studi JAMA, mereka yang tidur kurang dari 7 jam per malam bisa
lix
3 kali lebih rentan mengalami rasa dingin. Kualitas tidur seseorang tidak selamanya tergantung dari lamanya waktu yang dihabiskan untuk tidur, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosional. Tidur yang berkualitas baik adalah tidur yang nyenyak, tidak terlalu sering terbangun di tengah malam, dan apabila
terbangun akan mudah untuk tertidur kembali serta tidak mengalami gangguan- gangguan yang berarti sedangkan kualitas tidur yang berkualitas buruk sebaliknya
Handayani, 2008. Kualitas tidur dipengaruhi oleh shift kerja. Tidur siang tidaklah seefektif tidur pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan
waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam Pulat, 2002. Kualitas tidur merupakan sumber kesegaran, tenaga, dan
vitalitas yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan kebutuhan keesokan harinya. Kualitas tidur akan naik apabila ada keseimbangan antara tidur fase NREM dan fase
REM Kompas, 2003. Dekker et.al., menyatakan bahwa kualitas tidur pekerja dengan shift kerja
berbeda dengan pekerja yang tidak shift kerja Wijaya dkk, 2006. Survei Tepas et. al. 1985 menunjukkan bahwa tenaga kerja shift malam kurang tidur, shift sore banyak
tidur dan shift pagi lama tidurnya yaitu antara shift malam dan shift sore. Demikian pula survey Smith et. Al. 1982 menunjukkan bahwa shift malam paling menonjol
berpengaruh terhadap kualitas, time, dan periode tidur Wijayanti, 2004. Sebagian besar perawat yang mengalami kualitas tidur buruk disebabkan
karena mereka banyak yang mengalami kesulitan tidur dan gangguan tidur. Hal ini
lx
dapat terjadi karena ruang tidur mereka yang kurang nyaman, kurang melakukan exercise setiap pagi, mengalami stres kerja, dan gangguan tidur yang lainnya.
5.2. Keluhan Kesehatan