Etiologi Penularan Demam Dengue Demam Berdarah Dengue

terjadi pembesaran plasma yang ditandai hemokonsentrasi peningkatan hematokrit atau penumpukan cairan tubuh, abnormalitas hemostasis, dan pada kasus yang parah, terjadi suatu sindrom renjatan kehilangan protein masif dengue shock syndrome, yang dipikirkan sebagai suatu proses imunopatologik Halstead, 2007.

2.5.2 Etiologi

Penyakit Demam Berdarah Dangue DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Den-1, Den-2, Den-3 atau Den-4 yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi Masa inkubasi penyakit DBD, yaitu periode sejak virus dangue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari. Penyakit DBD tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya demam hingga saat masa demam berakhir, berlangsung selama 3-5 hari Genis, 2008. Nyamuk Aedes aegypti menjadi infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah penderita DBD sebelumnya. Selama periode ini, nyamuk Aedes yang telah terinfeksi oleh virus dangue ini akan tetap infektif selama hidupnya dan potensial menularkan virus dangue kepada manusia yang rentan lainnya. Kedua nyamuk Aedes ini, terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaaan air laut. Nyamuk Aedes agypti merpakan penyebar penyakit Vektor DBD yang paling efektif dan utama karena tinggal di pemukiman penduduk. Universitas Sumatera Utara

2.5.3. Penularan Demam Dengue Demam Berdarah Dengue

Sebagaimana model epidemiologi penyebaran penyakit infeksi yang dibuat oleh Jhon Gordon, penularan penyakit DBD dipengaruhi oleh interaksi 3 faktor yaitu sebagai berikut: 1. Faktor Penjamu Inang Dalam hal ini adalah manusia yang rentan tertular penyakit DBD. DBD dapat menyerang segala usia, beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan tertular penyakit yang berpotensi mematikan ini. Anak-anak lebih rentan dari usia lain, salah satunya adalah karena faktor Imunitas yang relatif lebih rendah dibanding orang dewasa, selain itu kasus-kasus berat biasanya menyebabkan komplikasi yaitu syok relatif banyak dijumpai pada anak-anak. 2. Faktor Penyebab Agent, dan Vektor Penyakit Dalam hal ini termasuk dalam faktor agent dan vektor penyakit yang meliputi perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari suatu tempat ke tampat lain. a. Faktor Agent Faktor Virus dangue Virus dengue merupakan anggota Famili Flaviviridiae, memiliki kode genetik genom RNA rantai tunggal, yang dikelilingi oleh selubung zat inti nukleokapsid Ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid lemak. Serotipe yang mendominasi di Indonesia adalah serotipe 2 dan 3. serotipe 3 dikaitkan dengan kasus DBD berat. Infeksi oleh oleh salah satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara Namun, hanya memberikan imunitas sementara dan parsial terhadap infeksi tipe virus lainnya. Misalnya, seseorang yang telah terinfeksi oleh virus Den-2, akan mendapatkan imunitas menetap infeksi virus Den-2 pada masa yang akan datang. Namun, ia tidak memiliki imunitas yang menetap jika terinfeksi oleh virus Den-3 dan kemudian hari gejala klinis yang timbul akan jauh lebih berat. b. Faktor Vektor DBD Morfologi nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa memiliki tubuh berwarna hitam kecokelatan. Ukuran tubuh nyamuk Aedes aegypti betina antara 3-4 cm, dengan mengabaikan panjang kakinya. Nyamuk Aedes aegypti, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari nyamuk Aedes betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telur menetas dalam dua hari menjadi larva, setelah itu berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman inaktif, tidur. Pupa bertahan selama 2 hari, sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari. Tetapi, bisa lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. Pola aktivitas bersifat diurnal, yakni aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina yang menghisap darah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh asupan protein, antara lain prostaglandin yang diperlukan untuk bertelur. Nyamuk Aedes aegypti menyukai area yang gelap dan benda-benda yang berwarna hitam atau merah. 3. Faktor Lingkungan Universitas Sumatera Utara Sangat suka tinggal dan berkembangbiak di genangan air bersih yang tidak berkontak langsung dengan tanah, Merupakan salah satu karakteristik dari nyamuk Aedes aegypti betina. Jumlah penderita DBD umumnya meningkat pada awal musim hujan yaitu antara September hingga Febuari, dimana banyak terdapat genangan air bersih di dalam benda-benda yang mampu menampung sisa air hujan. Di daerah urban berpenduduk padat, puncak penduduk terkena DBD adalah bulan Juni atau Juli. Karena itu, kesadaran manusia untuk membersihkan lingkungan menjadi salah satu upaya yang efektif dalam menekan laju penularan penyakit DBD.

2.5.4. Patogenesis