Pengaruh Faktor Kecepatan Dirujuk ke Rumah Sakit Terhadap

Chatarina 1999, yang menyatakan tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan kesembuhan penderita DBD. Hal ini menggambarkan bahwa kecepatan kesembuhan penderita DBD untuk laki-laki dan perempuan hampir sama.

5.3 Pengaruh Faktor Kecepatan Dirujuk ke Rumah Sakit Terhadap

Kecepatan Kesembuhan Penderita DBD di RS. Santa Elisabeth Tahun 2011 Rata-rata pasien di rujuk ke RS. Santa Elisabeth setelah mengalami panas pada hari yang ke-4, dengan standar deviasi 2 hari. pasien yang dirujuk ke RS. Santa Elisabeth paling lama telah mengalami panas selama 14 hari, dan paling cepat setelah mengalami panas selama 1 hari. Hasil analisis Kaplan-Meier dengan uji Log Rank variabel kecepatan dirujuk ke rumah sakit memiliki nilai p = 0,177 0,05 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh kecepatan dirujuk ke rumah sakit terhadap kecepatan kesembuhan penderita DBD. Berdasarkan nilai HR Hazard Ratio pada penderita yang dirujuk setelah mengalami panas minimal hari ke-4 kemungkinan lebih cepat sembuh 0,979 kali dibandingkan dengan penderita yang telah mengalami panas diatas hari ke-4. Kecepatan penegakan diagnosa menjadi salah satu faktor utama keberhasilan penyembuhan penyakit DBD. Karena itu, pengetahuan yang memadai mengenai gejala-gejala dan penanganan awal penyakit ini sangat perlu diketahui dan dipahami secara benar. Penanganan gejala DBD harus dilakukan dengan cepat. Solusi yang paling dianjurkan adalah segera membawa penderita calon penderiya yang menunjukkan gejala-gejala tersebut ke pertolongan medis terdekat seperti rumah sakit. Penanganan DBD yang cepat dan tepat waktu bisa mencegah penyakit yang Universitas Sumatera Utara diderita penderita tidak mencapai tahap yang sulit disembuhkan dan juga mencegah jatuhnya korban jiwa. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Chatarina 1999 yang menyatakan ada pengaruh kecepatan dirujuk ke rumah sakit terhadap kecepatan kesembuhan penderita DBD. Perbedaan hasil penelitian didapat, dapat disebabkan bermacam-macam faktor antara lain, faktor dari penanganan rumah sakit, gizi penderita, dan umur 5.4 Pengaruh Faktor Derajat DBD Terhadap Kecepatan Kesembuhan Penderita DBD di RS. Santa Elisabeth Tahun 2011 Penderita DBD yang dirujuk ke RS. Santa Elisabeth tahun 2011 banyak ditemukan pada derajat 1 dan 2, yaitu 290 orang 78,6 dan selanjutnya derajat 3 dan 4 yaitu 79 orang 21,4. hal ini merupakan sesuatu yang normal karena pada saat pasien datang meminta pertolongan ke rumah sakit, perkembangan penyakit DBD banyak berada pada derajat 1 dan derajat 2 Nimmanitya, 2007. Derajat 3 dan 4 merupakan komplikasi dari DBD yang jarang namun bisa terjadi akibat dari pasien gagal respon pada terapi yang diberikan oleh dokter Peters, 2008. Hasil analisis Kaplan-Meier dengan uji Log Rank menunjukkan bahwa variabel Derajat DBD memiliki nilai p = 0,000 0,05 yang berarti terdapat pengaruh derajat DBD terhadap kecepatan kesembuhan penderita DBD. Dengan nilai hazard ratio 3,344 dimana penderita DBD dengan derajat 1 atau 2 lebih cepat sembuh 3,344 kali daripada penderita dengan derajat 3 atau 4. Derajat 1 dan 2 mudah dideteksi oleh masyarakat umum dan apabila terjadi gejala seperti derajat tersebut, masyarakat cepat Universitas Sumatera Utara mendapatkan pertolongan pelayanan kesehatan sehingga pasien dapat dirawat dengan baik Roose, 2008, menurut Melani 1992 salah satu yang mempengaruhi berat ringannya penyakit DBD adalah derajat DBD. 5.5 Pengaruh Faktor Trombosit Terhadap Kecepatan Kesembuhan Penderita DBD di RS. Santa Elisabeth Tahun 2011 Jumlah trombosit pertamakali penderita DBD yang dirujuk ke RS. Santa Elisabeth tahun 2011 banyak ditemukan pada katagori 100.000mm 3 , yaitu 143 orang 38,7, dilanjutkan katagori jumlah trombosit 50.000mm 3 , dan jumlah trombosit 50.000-100.000mm 3 yang masing-masing berjumlah 129 orang 35, dan 97 orang 26,3. Hasil analisis Kaplan-Meier dengan uji Log Rank menunjukkan bahwa variabel dummy trombosit 1 memiliki nilai p = 0,215 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh dummy trombosit 1 terhadap kecepatan kesembuhan penderita DBD , sedangkan dummy trombosit 2 memiliki nilai p = 0,000 0,05 yang berarti terdapat pengaruh dummy trombosit 2 terhadap kecepatan kesembuhan penderita DBD. Berdasarkan nilai HR Hazard Ratio pada penderita yang memiliki jumlah trombosit 100.000mm 3 kemungkinan 0,895 kali lebih cepat sembuh dibandingkan dengan penderita yang memiliki jumlah trombosit lainnya. dan penderita yang memiliki jumlah trombosit 50.000mm 3 -100.000mm 3 kemungkinan 1,473 kali lebih cepat sembuh dibandingkan dengan penderita yang memiliki jumlah trombosit lainnya. Dari hasil penelitian didapati nilai trombosit pada pasien memiliki arah negative artinya semakin besar derajat DBD pada pasien tersebut maka semakin Universitas Sumatera Utara menurun nilai trombositnya, jumlah trombosit yang menurun trombositopenia merupakan salah satu parameter laboratorium yang dikeluarkan WHO unto menegakkan diagnosis DBD WHO, 2010. Penyebab trombositopenia pada pasien DBD antara lain diduga trombopoeisis yang menurun dan destruksi trombosit dalam darah meningkat serta gangguan fungsi trombosit, diungkapkan juga bahwa trombositopenia yang terjadi akibat penghancuran trombosit pada penyakit infeksi virus, maupun bakteri, juga tergantung imun dengan mekanisme yang belum diketahui secara jelas,. Penurunan trombosit dapat menyebabkan renjatan DSS, yang akan menyebabkan komplikasi ataupun kematian pada hampir seluruh pasien DBD. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan trombosit secara intensif, sebagai gambaran dalam menentukan kondisi pasien DBD. 5.6 Pengaruh Faktor Hematokrit Terhadap Kecepatan Kesembuhan Penderita DBD di RS. Santa Elisabeth Tahun 2011 Jumlah hematokrit pertamakali Penderita DBD yang dirujuk ke RS. Santa Elisabeth tahun 2011 banyak ditemukan pada katagori 40, yaitu 221 orang 59,9, dilanjutkan katagori jumlah hematokrit ≤ 40, yaitu 148 orang 40,1. Hasil analisis Kaplan-Meier dengan uji Log Rank menunjukkan bahwa variabel hematokrit memiliki nilai p = 0,218 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh hematokrit terhadap kecepatan kesembuhan penderita DBD . Dengan nilai hazard ratio 0,895 dimana penderita DBD dengan jumlah hematokrit ≤ 40 lebih cepat sembuh 0,895 kali daripada penderita dengan jumlah hematokrit 40. Universitas Sumatera Utara Nilai hematokrit adalah konsentrasi dinyatakan dalam persen eritrosit dalam 100 mL darah lengkap. Peningkatan hematokrit terjadi karena peningkatan hemokonsentrasi baik oleh peningkatan kadar sel atau penurunan kadar plasma, yang biasanya terjadi pada pasien DBD. Meningkatnya kadar hematokrit dapat menyebabkan renjatan DSS, yang akan menyebabkan komplikasi ataupun kematian pada hampir seluruh pasien DBD, perbedaan hasil penelitian didapat dapat disebabkan bermacam-macam faktor antara lain, faktor dari penangan rumah sakit, gizi penderita, umur dan kecepatan pengiriman atau datngnya pasien ke rumah sakit. 5.7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecepatan Kesembuhan Penderita DBD di RS. Santa Elisabeth Tahun 2011 Berdasarkan hasil dari regresi Cox untuk pemilihan kandidat, variabel-variabel independen yang menjadi kandidat adalah variabel umur, derajat DBD, kecepatan dirujuk ke rumah sakit, trombosit dan hematokrit. Namun yang secara signifikan berpengaruh terhadap kecepatan kesembuhan penderita DBD di RS. Santa Elisabeth tahun 2011 adalah derajat DBD dan trombosit. Selanjutnya dilakukan analisis pemodelan dengan memasukkan variabel-variabel interaksi. Persamaan model akhir regresi Cox yang didapat yaitu: ℎ � =ℎ � ��� {1,306derajat DBD-0,351 Trombosit 100.000mm 3 } ℎ � =ℎ � 3,691derajat DBD+0,704Trombosit 100.000mm 3 berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui bahwa penderita DBD yang memiliki jumlah trombosit 100.000 dengan derajat DBD ringan 4,395 kali lebih cepat sembuh daripada pasien yang memiliki jumlah trombosit 50.000mm3 dan Universitas Sumatera Utara trombosit 50.000mm3-100.000mm 3 dengan derajat DBD berat. Ini berarti derajat DBD dan trombosit mempengaruhi kecepatan kesembuhan pasien DBD

5.8 Keterbatasan Penelitian