Upaya pencegahan penyakit DBD Kecepatan kesembuhan DBD

2.5.7 Upaya pencegahan penyakit DBD

Hal-hal yang harus dillakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit DBD sebagai berikut: 1. Melakukan kebiasaan baik seperti makan makanan yang bergizi, rutin olahraga, dan istirahat cukup. 2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat perkembangan jentik-jentik nyamuk, dan akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut di daur ulang. 3. Fogging atau pengasapan hanya akan memetikan jentik nyamuk di air, keduanya harus dilakukan untuk memeutuskan rantai perkembbangan nyamuk. 4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila mengalami demam atau panas tinggi. 5. Jika tidak sembuh dan terlihat tanda-tanda lain, segera baa penderita ke rumah sakit

2.5.8 Kecepatan kesembuhan DBD

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi faktual penderita Jaya, 2008 ialah: a. Strain Virus, strain virus dihubungkan dengan tingkat infektivitas virus serta level viremia yang dimilikinya. 80 kasusu menunjukkan viremia masih berlangsung sampai dua hari setelah renjatan. b. Karakteristik genetika host Universitas Sumatera Utara c. Usia Penderita, penderita DBD dengan usia dibawah 15 tahun memiliki derajat keparahan yang cenderung lebih tinggi. Makin muda usia penderita, Untuk derajat beratnya penyakit, makin besar juga mortalitasnya. d. Pasien dengan infeksi sekunder heterolog, Pada infeksi tersebut virus berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh monosit dan makrofag, sehingga dapat meningkatkan replikasi virus intra sel e. Infeksi simultan oleh dua atau lebih virus dalam jumlah besar. Secara teoritis dan telah ditemukan laporan seorang penderita terinfeksi oleh empat serotipe virus secara simultan f. Status nutrisional penderita, berkaitan dengan status gizi dan imunologis resiko komplikasi maupun infeksi sekunder. Pada kasus penderita usia dibawah 14 tahun terdapat perbedaan kejadian renjatan berdasarkan kasus nutrisional. Penderita DBD denag gizi kurang atau dengan obesitas, lebih banyak mengalami renjatan. g. Kondisi demografis setempat, pada daerah endemik, resiko terhadap infeksi sekunder akan semakin besar. Termasuk kepadatan vektor nyamuk di suatu daerah h. Kegagalan penanggulangan secara dini, perdarahan intavaskuler menyeluruh ditandai dengan penurunanan faktor pembekuan dan trombositopenia yang tiak ditangani dengan baik akan mengakibatkan perdaran spontan lanjutan yang makin tinggi yang bisa menyebabkan syok. Universitas Sumatera Utara 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kesembuhan DBD: a. Usia Demam berdarah dengue bisa mengenai semua kelompok umur, namun terbanyak pada anak 15 tahun 65-95 Harris E, 2000 Kalayanarooj S, 2000 Di daerah endemis dan hiperendmis seperi asia tenggara, penderita terbanyak adalah anak berusia dibawah 15 tahun, usia lebih muda pada umumnya berhubungan dengan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor eksogen dan endogen seperti kondisi lingkungan, adanya penyakit yang menyertai, perubahan fisiologis atau imunologis. Berdasarkan hasil penelitian Chatarina 1999, menyatakan bahwa usia berpengaruh kecepayan kesembuhan penderita DBD di rumah sakit. Menurut Chuan Kuo, dkk. 2008 yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kematian penderita DBD adalah usia b. Jenis Kelamin Pada umumnya pria lebih rentan terhadap infeksi. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pasien berjenis kelamin laki-laki cenderung 0,6109 kali lebih cepat sembuh daripada pasien yang berjenis kelamin perempuan Suci Amalia, 2010. Menurut Chuan Kuo, dkk. 2008 menyatakan pada penderita DBD tingkat kematian wanita lebih tinggi daripada pria. c. Kecepatan Dirujuk ke Rumah Sakit kecepatan dirujuk ke rumah sakit di indikatorkan dengan lama demam di rumah. Demam merupakan keluhan utama pada semua penderita DBD 100. Lama demam sebelum dirujuk kerumah sakit merupakan indikator dari Universitas Sumatera Utara kecepatan rujukan ke Rumah Sakit, sehingga mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Penelitian Chatarina 1999 yang menyatakan ada pengaruh kecepatan dirujuk ke rumah sakit terhadap kecepatan kesembuhan penderita DBD d. Trombosit Penurunan produksi trombosit pada fase awal penyakit merupakan penyebab trombositopenia. Trombositopenia terutama disebabkan oleh penghacuran trombosit pada sirkulasi. Penurunan trombosit 100.000uL biasanya ditemukan antara hari sakit ketiga sampai ketujuh. Jumlah trombosit yang terus mengalami penurunan hingga 50.000uL mempunyai resiko 6 kali lebih besar mengalami kematian. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara trombositopenia dan syok Ignatius, 2007, yang sangat terkait dengan derajat penyakit DBD yang dialami penderita. Suci Amalia 2010, menyatakan bahwa ada pengaruh trombosit terhadap kecepatan kesembuhan pasien DBD e. Derajat DBD Derajat DBD adalah tingkat keparahan yang dialami oleh penderita DBD, yang di katagorikan menjadi derajat DBD 1, 2, 3, dan 4. menurut Melani 1992 salah satu yang mempengaruhi berat ringannya penyakit adalah derajat DBD, semakin tinggi derajatnya maka semakin berat penyakit yang dialami penderita. f. Hematokrit Semakin besar kadar hematokrit pasien sebesar satu satuan maka pasien cenderung lebih lama sembuh Suci Amalia, 2010. Sedangkan menurut Melani Universitas Sumatera Utara 1992, menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi berat ringannya penyakit adalah jumlah hematokrit

2.6 Kerangka Konsep