Jenis-Jenis Pajak Timbul dan hapusnya Utang Pajak Hambatan Pemungutan Pajak

114 3. Stelsel campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan. Yakni pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada menurut anggapan, maka wajib pajak harus membayar kekurangan bayar. Sebaliknya jika besarnya pajak menurut kenyataan lebih kecil dari pada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak dapat meminta kembali kelebihan atau dapat dikompensasi Ada tiga sistem pemungutan pajak yaitu: 1. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang teutang oleh wajib pajak. 2. Self assessment system, yaitu suatu sistem perpajakan yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. 3. With holding system, yaitu suatu sistem pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan berdasarkan UU perpajakan untuk menghitung, memotongmemungut, menyetor, dan melaporkan pajak pihak lain.

F. Jenis-Jenis Pajak

1. Menurut golongannya: a Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. b Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. 2. Menurut sifatnya: a Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya tanpa memperhatikan keadaan dari diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan b Pajak objektif: yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaaan diri wajib pajak. Contoh: PPN dan PPnBM. 3. Menurut lembaga pemungutnya 115 a Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: PPh, PPN, PPnBM, dan Bea materai. b Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: pajak hotel, restoran, hiburan, dan lain-lain

G. Timbul dan hapusnya Utang Pajak

Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak: 1. Ajaran Formil Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan pada Official assesment system. 2. Ajaran Materiil Utang pajak timbul karena berlakunya undang – undang. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada Self assesment system. Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal; a. Pembayaran b. Kompensasi c. Daluwarsa d. Pembebasan dan penghapusan

H. Hambatan Pemungutan Pajak

1. Perlawanan Pasif Masyarakat enggan pasif membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain: a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat b. Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat. c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. 2. Perlawanan aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditunjukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Contoh: 116 a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang- undang menggelapkan pajak

I. Tarif pajak

Tarif pajak merupakan angka atau persentase yang digunakan untuk menghitung jumlah pajak terutang. Tujuan dari pembentukan tarif pajak adalah untuk mencapai keadilan. Berikut macam-macam tarif pajak: 1. Tarif sebandingproporsional, yaitu tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapa pun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Dasar Pengenaan Tarif Pajak Rp. 5.000.000,00 10 Rp. 10.000.000,00 10 Rp. 15.000.000,00 10 Rp. 20.000.000,00 10 2. Tarif pajak tetap, yaitu tarif berupa jumlah yang tetap sama terhadap berapa pun jumlah yang dikenai pajak sehinggga besarnya pajak terutang tetap. Dasar Pengenaan Tarif Pajak Rp. 5.000.000,00 Rp. 6.000,00 Rp. 10.000.000,00 Rp. 6.000,00 Rp. 15.000.000,00 Rp. 6.000,00 Rp. 20.000.000,00 Rp. 6.000,00 3. Tarif progresif, yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Contoh: Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang pribadi dalam negeri. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5 117 Di atas Rp. 50.000.000,00 sd Rp 250.000.000,00 15 Di atas Rp. 250.000.000 sd Rp. 500.000.000,00 25 Di atas Rp. 500.000.000,00 30 4. Tarif degresif, yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

J. Istilah-istilah dalam Perpajakan