Integrasi dalam Mata Pelajaran

65

5. Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan

a. Integrasi dalam Mata Pelajaran

1 RPP Guru merencanakan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru memasukkan nilai karakter yang sesuai dengan pembelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rb bahwa “Guru disini semua membuat RPP dengan karakter yang diharapkan mbak. Itu tuntutan dari kurikulum KTSP.” Hal ini juga dinyatakan oleh guru- guru kelas: Sm : “Iya, ada karakter.” Selasa, 1 Desember 2015 Sa : “Iya mbak. Ada sisipan karakternya dalam RPP.” Senin, 30 November 2015 Sk : “Karakter tercantum dalam RPP.” Rabu, 2 Desember 2015 Mj : “Pasti ada nilai karakter yang dikembangkan dalam RPP. Karakter yang dikembangkan ya sesuai dengan materi dan mata pelajarannya.” Selasa, 5 Januari 2016 Ya : “Iya, ada.” Kamis, 7 Januari 2016 Pu : “Ada.” Jumat, 8 Januari 2016 Ni : “Ada karakter yang dikembangkan.” Rabu, 6 Januari 2016 Jk : “Ada beberapa RPP saya yang sudah tidak mencantumkan karakter yang dikembangkan karena sekarang katanya sudah tidak wajib dituliskan lagi.” Sabtu, 28 November 2015 Hal ini diperkuat dengan dokumentasi RPP guru mata pelajaran IPA semester 1 Kelas V materi benda dan sifatnya yang mengembangkan karakter disiplin, peduli lingkungan, dan tanggung jawab lihat Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran halaman 215. 66 2 Proses Pembelajaran Berdasarkan pada observasi di kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, dan VB dapat dinyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran sebagai berikut: Semua guru membuka pembelajaran dengan salam. Salah satu siswa memimpin berdoa. Saat siswa berdoa, tidak ada siswa yang ramai dan mengganggu teman yang lain. Setelah berdoa, siswa menyanyikan lagu wajib nasional. Hal ini berdasarkan observasi peneliti pada 3 kelas yang menyanyikan lagu wajib nasional sebelum pembelajaran. Lagu wajib yang dinyanyikan yaitu Indonesia Raya, Satu Nusa Satu bangsa, dan Garuda Pancasila. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi pembelajaran dan kehidupan sehari-hari siswa baik itu berkaitan dengan alam maupun kegiatan keseharian. lebih jelas lihat pada lampiran 10. hasil observasi pembelajaran di kelas halaman 179. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru merupakan pembelajaran aktif. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pun bervariasi, tergantung pada materi yang diajarkan. Metode yang dilakukan oleh guru tidak hanya ceramah, akan tetapi juga tanya jawab, diskusi, praktikum, dll. Pembelajaran dilakukan dengan discovery , jadi siswa diajak untuk menemukan dahulu. Berdasarkan hasil observasi di Kelas VB mata pelajaran IPA, guru menggunakan metode praktikum, yaitu praktikum tentang 67 benda yang termasuk magnetik dan nonmagnetik. Siswa dibentuk kelompok secara acak. Guru memberikan kebebasan dalam isi praktikum, guru hanya memberikan format pengerjaan saja. Sumber belajar yang akan digunakan untuk praktikum pun siswa menentukan sendiri. Media yang digunakan oleh guru beragam, tidak hanya monoton. Pemilihan media tergantung pada materi yang akan disampaikan. Sumber belajar yang digunakan juga beragam, tergantung pada materi. Sumber belajar bisa berasal dari benda- benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Guru memancing keaktifan semua siswa. Berdasarkan hasil observasi di semua kelas, didapat bahwa guru memberikan kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan dari guru. Guru memberikan pertanyaan, kemudia siswa satu per satu diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ketika siswa maju mempresentasikan hasil diskusinya, siswa yang lain diminta oleh guru untuk tenang dan memperhatikan. Siswa memerhatikan siswa yang maju dan memberi tanggapan apabila ada hasil atau perkerjaan yang kurang sesuai. Berdasarkan hasil observasi Pembelajaran yang dilakukan oleh Ya, Da, dan Ni, guru tidak akan memperhatikan siswa yang bertanya kurang sopan. Guru menginstruksikan untuk menyelesaikan pekerjaan dahulu baru boleh bertanya jawab dengan 68 guru. Guru juga tidak akan memperhatikan dan menanggapi siswa yang bertanya tidak menggunakan bahasa yang benar. Guru selalu mengingatkan kepada siswa apabila ada siswa yang ramai dan mengganggu teman yang lain. Ketika guru memberi tugas, siswa segera mengerjakan. Guru memberikan waktu ketika siswa mengerjakan. Mj memberikan waktu sekitar 5-8 menit untuk setiap siswa mengerjakan soal dan tugas. Setelah mengerjakan, siswa menunjukkan kepada guru jawabannya kemudian diberi nilai. Siswa yang mengerjakan lebih dari batas pengerjaan, tidak mendapat nilai dari guru. Siswa berlomba-lomba untuk cepat dalam mengerjakan sehingga mendapat nilai dari guru. Sekolah mengembangkan kreativitas siswa dengan mata pelajaran SBK. SBK di SD N Plebengan tidak hanya teori akan tetapi juga praktik. Praktik ini tergantung pada tingkatan kelasnya. Untuk kelas rendah, materinya yaitu dengan kegiatan menggambar, menyontoh gambar dengan dikembangkan sendiri, menggambar dengan tema, melipat origami, menggunting, mengelem, dll. Mata pelajaran SBK di kelas tinggi diajarkan dengan menganyam dilakukan di kelas 4 untuk menghadapi lomba menganyam tingkat kabupaten. SBK kelas III diajarkan untuk berkreasi dengan melukisi celengan, membuat topi, topeng, patung- patungan dari tanah. SBK kelas V diajarkan dengan membuat 69 kreativitas gasing, miniatur rambu-rambu lalu lintas mendukung pembelajaran PKn, periskop mendukung pembelajaran IPA, membuat poster, bingkai foto, dll. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi foto hasil kreativitas siswa kelas IV A yang berupa anyaman lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 1 halaman 207. Guru memancing siswa untuk berprestasi. Setelah mengerjakan soal, siswa mencocokkan. Jawaban siswa ditukarkan kemudian dicocokkan bersama. Hasil tersebut dibahas secara bersama-sama sehingga siswa mengetahui kesalahannya. Kemudian guru bertanya berapa skor masing-masing siswa dengan mengacungkan tangan. Tempat duduk siswa berpindah-pindah secara berkala, mayoritas pindahnya seminggu sekali. Hal ini dimaksudkan agar siswa mendapat kesempatan yang sama ketika belajar. Semua siswa mengalami duduk di berbagai tempat. Dengan demikian, siswa dapat merasakan apa yang dirasakan teman lain ketika duduk di suatu tempat duduk. Di kelas tinggi, bentuk tempat duduk berubah ubah, terkadang biasa, terkadang betuk U, dan terkadang bentuk huruf Z. Dalam menentukan tempat duduk, guru kelas rendah menentukan siswa duduk dimana. Sedangkan untuk kelas tinggi, syarat dari guru adalah berpindah dari tempat sebelumnya dan berganti teman duduk. 70 Guru menyisipkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, baik itu peduli lingkungan, kejujuran, dll. “Dalam penyisipan pendidikan karakter dalam pembelajaran, sudah secara spontan diberikan oleh guru. Terkadang tidak terorganisir mau menyisipkan karakter apa” Jk, 28 November 2015. Guru sudah secara spontan dalam mendidik karakter siswa ketika pembelajaran. Tanpa direncanakan, guru mendidik karakter ketika ada kejadian siswa yang perlu untuk dididik karakternya.

b. Mata Pelajaran dalam Mulok