13 bersahabat, dan dengan jiwa nasionalis yang tinggi dan penuh dengan
kekuatan. Jadi pendidikan karakter mengembangkan ranah afektif siswa agar mempunyai potensi hati yang berkarakter. Pendidikan karakter
mengembangkan agar siswa mempunyai kebiasaan nilai karakter baik dan menciptakan lingkungan yang baik untuk siswa. Siswa sebagai generasi
penerus bangsa disiapkan agar bertanggung jawab dan mempunyai jiwa kepemimpinan. Siswa dikembangkan agar menjadi orang yang kreatif,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, jujur, dan bersahabat. Berdasarkan uraian beberapa tujuan diatas, disimpulkan bahwa
tujuan adanya pendidikan karakter yaitu membentuk manusia yang berkarakter, dan berakhlak mulia. Berkarakter bukan sekedar ranah
kognitif akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Ketiga ranah ini dikembangkan agar menjadikan insan yang berilmu dan berkarakter.
3. Pengembangan Pendidikan Karakter
Pengembangan pendidikan pendidikan karakter terdapat beberapa strategi. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional 2011: 14, ada 3
strategi pengembangan pendidikan karakter, yaitu: Tabel 1. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter.
Implementasi Pendidikan Karakter dalam KTSP a.
Integrasi dalam Mata Pelajaran
Mengembangkan silabus dan RPP pada kompetensi yang telah sesuai dengan nilai
yang diharapkan.
b. Integrasi dalam
muatan lokal 1
Ditetapkan oleh Satuan PendidikanDaerah. 2
Kompetensi dikembangkan oleh Satuan PendidikanDaerah.
c. Kegiatan
pengembangan diri 1
Pembudayaan dan Pembiasaan a
Pengondisian b
Kegiatan rutin
14 c
Kegiatan spontan d
Keteladanan 2
Ekstrakurikuler Pramuka; PMR; UKS; Olahraga; Seni;
OSIS 3
Bimbingan Konseling Pemberian layanan bagi peserta didik yang
mengalami masalah. Strategi pengembangan pendidikan karakter:
a. Integrasi dalam mata pelajaran
Dalam proses pembelajaran disisipkan nilai-nilai karakter. Penyisipan ini tidak hanya pada beberapa mata pelajaran akan tetapi
pada semua mata pelajaran. Pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam pembelajaran berbagai bidang studi dapat memberikan
pengalaman yang bermakna bagi murid-murid karena mereka memahami, menginternalisasi, dan mengaktualisasikannya melalui
poses pembelajaran Darmiyati Zuchdi, dkk, 2010: 3. Proses pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter, dapat
digunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi nyata Novan Ardy Wiyani, 2013: 92. Pembelajaran kontekstual membuat peserta didik menjadi
lebih memiliki hasil yang komprehensif, tidak hanya pada aspek kognitif olah pikir, akan tetapi afektif olah hati, rasa, dan karsa, dan
psikomotor keterampilan, yaitu olahraga ataupun yang lain. Berikut beberapa strategi dalam pembelajaran yang dapat diintegrasikan
pendidikan karakter:
15 1
PBL
Problem Based Learning
, PBL merupakan pembelajaran berbasis masalah. Bukan
hanya guru yang aktif, akan tetapi membutuhkan kolaborasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Ada 8 nilai karakter
yang diimplementasikan pada strategi pembelajaran PBL, yaitu tanggung jawab, kerja keras, toleransi, demokratis, peduli
lingkungan, peduli sosial, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air Suyadi, 2013: 134-135. Tidak hanya 8 nilai karakter tersebut
yang dapat diintegrasikan dalam PBL, akan tetapi semua nilai karakter bisa diintegrasikan dalam PBL.
2 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
menekankan pada
kegiatan berkelompok. Hal sangat diutamakan dalam pembelajaran
kooperatif adalah proses membangun kesepakatan melalui kerjasama positif di antara anggota kelompok Saptono, 2011: 68.
Setiap anggota dalam kelompok saling bekerja sama dalam mencapai tujuan diskusi tersebut. Melalui pembelajaran kooperatif
diharapkan akan menciptakan suasana kelas yang demoktratis yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
mengembangkan sikap
demokratis sebagai
bekal untuk
diaplikasikan Wuri Wuryandani dan Fathurrohman, 2012: 59.
16 3
Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang
langsung dalam kehidupan nyata. Siswa mengalami sendiri pembelajaran secara langsung. Pembelajaran lebih menekankan
pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental Hamruni, 2011: 151. Guru menggunakan contoh konkret. Model-
model yang ada di lingkungan memberikan rangsangan kepada peserta didik memberikan tindak balas jika rangsangan tersebut
terkait dengan keadaan peserta didik Agus Supyijono, 2011: 47. Contoh konkret dan berada dekat dengan peserta didik
memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. b.
Integrasi dalam Muatan Lokal Pemilihan muatan lokal yang akan digunakan oleh sekolah
ditentukan oleh daerah dan satuan pendidikan itu sendiri. Kompetensi yang dikembangkan pun diserahkan kepada sekolahdaerah. Muatan
lokal di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini bergantung pada lingkungan budaya dan kebutuhan daerah dimana
sekolah berada. Sekolah menyesuaikan program pendidikan dengan lingkungan
budaya daerah masing-masing. Muatan lokal diajarkan untuk mengurangi kesenjangan antara peserta didik dengan lingkungannya.
17 Mata pelajaran yang mendukung pengembangan nilai-nilai
karakter dalam muatan lokal diharapkan peserta didik: 1
mengenal dan menjadi akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;
2 memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan, serta
pengetahuan mengenai daerahya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat yang pada umumnya sebagai
bekal menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari; dan 3
memiliki perilaku dan sikap yang selaras dengan nilai-nilaiaturan- aturan yang berlaku di daerahnya, yaitu melestarikan nilai luhur
budaya setempat Syamsul Kurniawan, 2013: 113. Pembelajaran muatan lokal bertujuan untuk mengembangkan nilai
cinta tanah air. Mulok mengajarkan pengetahuan mengenai daerah siswa tinggal. Oleh karena itu. masing-masing daerah pembelajaran
mulok berbeda. Mulok mengajarkan nilai-nilai yang diajarkan didareah tersebut, baik itu karakternya maupun budayanya.
c. Kegiatan Pengembangan Diri
1 Pengembangan budaya sekolah
Sekolah mempunyai tanggung jawab untuk menanamkan pengetahuan baru kepada peserta didiknya. Tidak hanya
pengetahuan akan tetapi juga nilai-nilai karakter. Sekolah mempunyai peran besar untuk maju dan menentukan arah masa
depannya.
18 Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat
peserta didik berinteraksi dengan sesamanya Novan Ardy Wahyuni, 2013: 99. Interaksi tersebut antara pendidik dengan
pendidik, pendidik dengan peserta didik, antar anggota masyarakat dan peserta didik. Proses pendidikan karakter melibatkan peserta
didik secara aktif dalam semua kegiatan sehari-hari peserta didik di sekolah. Semua warga sekolah terutama peserta didik dan guru
dalam merawat, memanfaatkan, dan memelihara sarana prasarana pembelajaran serta lingkungan sekolah yang diperlukan untuk
membangun nilai-nilai karakter. Proses implementasi pendidikan karakter melibatkan siswa
secara aktif dalam keseharian siswa di sekolah. Kepala sekolah, pendidik, karyawan diharapkan mampu menerapkan tut wuri
handayani yaitu yang dibelakang memberi dorongan. Menurut Lickona 2013: 415 ada enam elemen budaya sekolah:
a Pimpinan sekolah mempunyai kepemimpinan moral dan
akademik. b
Disiplin ditegakkan di sekolah secara menyeluruh. c
Warga sekolah memiliki rasa persaudaraan. d
Organisasi siswa menerapkan kepemimpinan secara demokratis dan menumbuhkan tanggung jawab para siswa untuk menjadi
sekolah yang lebih baik.
19 e
Hubungan semua warga sekolah bersifat saling menghargai, adil, dan bergotong royong.
f Sekolah meningkatkan perhatian terhadap moralitas dengan
menggunakan waktu untuk mengatasi masalah-masalah. Pimpinan
kepala sekolah
sebaiknya dipilih
dengan pertimbangan karakternya. Dilihat kualitas karaternya dahulu
seperti apa. Karakter pemimpin dalam hal ini kepala sekolah yang baik, memberikan keteladanan yang baik untuk warga sekolah, dan
memberikan motivasi untuk mengimplementasikan pendidikan karakter.
Disiplin yang ditegakkan sekolah harus terus dilakukan secara konsisten. Peserta didik ditanamkan untuk bertanggung
jawab dan mau menerima konsekuensi apabila melanggarnya. Selain peserta didik, guru dan kepala sekolah berperan dalam
memberikan contoh. Rasa persaudaraan antar warga sekolah dilaksanakan dengan
memasang spanduk selamat datang kepada peserta didik baru, dan ucapan terima kasih saat ditolong teman. Selain hal tersebut,
kegiatan ekstrakulikuler
juga dapat
menumbuhkan rasa
persaudaraan. Organisasi siswa dilaksanakan salah satunya dengan adanya
pemilihan ketua kelas. Hubungan semua warga sekolah bersifat saling menghargai, adil, dan bergotong royong. Hal ini dapat
20 dilaksanakan misalnya dengan kerja bakti. Suasana moral juga
penting untuk
diperhatikan sekolah.
Hal ini
dapat diimplementasikan dengan adanya kantin kejujuran, dan juga
mushola. Dalam pengembangan budaya sekolah dapat diadakan
dengan pengembangan diri. Dalam pembudayaan, menurut Kementerian Pendidikan Nasional 2011: 14 ada 4 strategi
implementasi pendidikan karakter yaitu pengondisian, kegiatan rutin, kegiatan spontan, dan keteladanan.
a Kegiatan rutin
Kegiatan rutin diadakan secara rutin misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, ataupun setahun sekali. Kegiatan rutin
dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat Masnur Muslich, 2011: 176. Kegiatan ini dimaksud
agar siswa terbiasa melakukan hal yang sesuai dengan karakter. Contoh kegiatannya adalah upacara bendera setiap hari senin,
shalat berjamaah, baris sebelum masuk kelas, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.
b Kegiatan spontan
Kegiatan spontan adalah kegiatan yang tidak rutin dilakukan, dan tidak ada rencana sebelumnya, dilakukan saat itu
juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang
21 kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu
juga Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 16. Contoh kegiatan spontan adalah menjenguk ketika ada siswa atau guru
yang sakit, melayat ketika ada tetangga sekolah, atau keluarga guru atau siswa ada yang meninggal, dll.
c Keteladanan
Keteladanan merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh
melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa yang lain Daryanto dan Suyatri
Darmiyatun, 2013: 76. Berdasarkan pendapat diatas, peserta didik yang tingkat kelasnya lebih tinggi juga yang menjadi
contoh pada tingkat kelas yang lebih rendah. d
Pengondisian Menciptakan kondisi dan lingkungan sekolah yang
mendukung adanya pendidikan karakter. Hal ini sejalan dengan Masnur Muslich 2011: 176, suasana sekolah dikondisikan
sedemikian rupa dengan penyediaan saran fisik. Lingkungan sekolah yang bersih, terdapat tempat sampah yang memadai
merupakan beberapa contoh pengondisian sekolah yang mendukung implementasi pendidikan karakter yang baik.
Berdasarkan uraian diatas, pengondisian dapat dikatakan sebagai fasilitasi nilai karakter.
22 2
Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler bukan merupakan hal yang baru. Kegiatan
ekstrakurikuler di SD diselenggarakan untuk memfasilitasi minat dan bakat siswa.
Hal ini dinyatakan oleh Jamal Ma’mur Asmani 2011: 63, visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya
potensi, bakat, dan minat secara optimal. Salah satunya adalah pramuka. Menurut Ambo Elo dan Ismail Toha Novan Ardy
Wahyuni, 2013: 109 mengatakan bahwa ekstrakurikuler sebagai kegiatan pendidikan di luar ketentuan kurikulum yang berlaku di
sekolah. Ekstrakurikuler dilaksananan sebagai penunjang kegiatan formal di sekolah. Pengembangan kemampuan peserta didik
melalui ekstrakurikuler meliputi bidang olahraga, musik, kesenian, dan pramuka.
3 Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua hal yang hampir sama. Bimbingan dan konseling berarti bantuan. Bantuan dalam
bimbingan menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan sendiri
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2010: 6. Konseling merupakan sebuah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
memecahkan masalah hidup dan kehidupan yang dihadapi klien dengan cara wawancara atau dengan cara yang disesuaikan dengan
keberadaan lingkungannya Sutirna, 2013: 15.
23 Layanan bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai tujuan dan kegiatan belajar lainnya Sofyan S Willis, 2010: 35. Kesulitan
belajar diatasi harus dengan profesional. Langkah pertama yaitu diagnostik kesulitan belajar.
Penanganan siswa yang bermasalah ada berbagai cara. Upaya menangani siswa yang bermasalah khususnya yang berkaitan
dengan pelanggaran disiplin adalah 1 pendekatan disiplin dan 2 pendekatan bimbingan konseling Fenti Hikmawati, 2011: 24.
Pendekatan disiplin yaitu dengan diberikan sanksi yang tegas. Pendekatan bimbingan konseling tidak dengan sanksi akan tetapi
dengan pendekatan secara personal kepada siswa yang bersangkutan. Siswa diarahkan untuk menyesuaikan diri menjadi
yang lebih baik.
4. Peran Komponen Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter