Nilai karakter yang dikembangkan di SD N Plebengan Langkah yang dilakukan guru dalam Membangun Budaya Kelas

63 e Menumbuhkan dan mengembangkan penghayatan serta pengamlan terhadap ajaran agama melalui intensifikasi kegiatan keagamaan sehingga dapat meningkatkan iman dan taqwa. Tujuan Pendidikan 1 tahun SD Negeri Plebengan, Tahun Pelajaran 20152016 dapat meningkatkan prestasi baik akademik maupun nonakademik dengan cara: a Menjuarai lomba olimpiade MIPA atau IPS Tingkat Provinsi. b Mengoptimalkan potensi keterampilan olahraga dan seni budaya agar mampu memperoleh gelar kejuaraan ditingkat kabupaten maupun provinsi. c Menjuarai MTQ tingkat Kabupaten Bantul. d Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa terhadap Tuhan yang Maha Esa. e Meningkatkan peran serta masyarakat sebagai mitra sekolah untuk mendukung program sekolah. f Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, penuh kekeluargaan, nyama aman bersih, indah, dan menyejukkan hati.

4. Nilai karakter yang dikembangkan di SD N Plebengan

Nilai karater yang dikembangkan di SD Plebengan berdasarkan dokumen kurikulum ada 4, yaitu religius, disiplin, tanggung jawab, dan peduli lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah, “Pendidikan karakter yang dikembangkan itu semua mbak. Hanya saja yang ditulis di kurikulum ada 4 yaitu peduli lingkungan, tanggung jawab, 64 religius, dan disiplin.”Selasa, 12 Januari 2016. Hal ini diperkuat dengan pernyataan beberapa guru: Rb : “Iya mbak, yang menjadi prioritas dalam kurikulum itu sebenarnya ada 4, tanggung jawab mengerjakan tugas, peduli lingkungan, religius dengan shalat jamaah, dan disiplin”. Jumat, 27 November 2015 Sa : “Semua karakter, mbak.” Senin, 30 November 2015 Jk : “Semua mbak sebenarnya yang diimplementasikan.” Sabtu, 28 November 2015 Berdasarkan hasil peneliti dalam beberapa kali observasi didapat nilai-nilai karakter yang sama dengan penuturan guru dan kepala sekolah. Data yang diperoleh berdasarkan observasi peneliti yaitu siswa dan guru berdoa sebelum pembelajaran menunjukkan implementasi nilai religius, ketika upacara siswa tertib mengikuti menunjukkan implementasi nilai cinta tanah air, ada tempat sampah di setiap kelas menunjukkan implementasi nilai peduli lingkungan, semua siswa masuk kelas ketika bel berbunyi menunjukkan implementasi nilai disiplin, dan ada apotek hidup di halaman sekolah menunjukkan implementasi nilai peduli lingkungan. Nilai karakter yang diprioritaskan oleh sekolah adalah 4 nilai karakter tersebut. Tidak hanya keempat karakter tersebut, akan tetapi nilai karakter yang lain juga dikembangkan yaitu jujur, toleransi, bersahabat, demokrasi, peduli sosial, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, gemar membaca, cinta damai, dan tanggung jawab. Semua nilai karakter dikembangkan di SD N Plebengan. 65

5. Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan

a. Integrasi dalam Mata Pelajaran

1 RPP Guru merencanakan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru memasukkan nilai karakter yang sesuai dengan pembelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rb bahwa “Guru disini semua membuat RPP dengan karakter yang diharapkan mbak. Itu tuntutan dari kurikulum KTSP.” Hal ini juga dinyatakan oleh guru- guru kelas: Sm : “Iya, ada karakter.” Selasa, 1 Desember 2015 Sa : “Iya mbak. Ada sisipan karakternya dalam RPP.” Senin, 30 November 2015 Sk : “Karakter tercantum dalam RPP.” Rabu, 2 Desember 2015 Mj : “Pasti ada nilai karakter yang dikembangkan dalam RPP. Karakter yang dikembangkan ya sesuai dengan materi dan mata pelajarannya.” Selasa, 5 Januari 2016 Ya : “Iya, ada.” Kamis, 7 Januari 2016 Pu : “Ada.” Jumat, 8 Januari 2016 Ni : “Ada karakter yang dikembangkan.” Rabu, 6 Januari 2016 Jk : “Ada beberapa RPP saya yang sudah tidak mencantumkan karakter yang dikembangkan karena sekarang katanya sudah tidak wajib dituliskan lagi.” Sabtu, 28 November 2015 Hal ini diperkuat dengan dokumentasi RPP guru mata pelajaran IPA semester 1 Kelas V materi benda dan sifatnya yang mengembangkan karakter disiplin, peduli lingkungan, dan tanggung jawab lihat Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran halaman 215. 66 2 Proses Pembelajaran Berdasarkan pada observasi di kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, dan VB dapat dinyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran sebagai berikut: Semua guru membuka pembelajaran dengan salam. Salah satu siswa memimpin berdoa. Saat siswa berdoa, tidak ada siswa yang ramai dan mengganggu teman yang lain. Setelah berdoa, siswa menyanyikan lagu wajib nasional. Hal ini berdasarkan observasi peneliti pada 3 kelas yang menyanyikan lagu wajib nasional sebelum pembelajaran. Lagu wajib yang dinyanyikan yaitu Indonesia Raya, Satu Nusa Satu bangsa, dan Garuda Pancasila. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi pembelajaran dan kehidupan sehari-hari siswa baik itu berkaitan dengan alam maupun kegiatan keseharian. lebih jelas lihat pada lampiran 10. hasil observasi pembelajaran di kelas halaman 179. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru merupakan pembelajaran aktif. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pun bervariasi, tergantung pada materi yang diajarkan. Metode yang dilakukan oleh guru tidak hanya ceramah, akan tetapi juga tanya jawab, diskusi, praktikum, dll. Pembelajaran dilakukan dengan discovery , jadi siswa diajak untuk menemukan dahulu. Berdasarkan hasil observasi di Kelas VB mata pelajaran IPA, guru menggunakan metode praktikum, yaitu praktikum tentang 67 benda yang termasuk magnetik dan nonmagnetik. Siswa dibentuk kelompok secara acak. Guru memberikan kebebasan dalam isi praktikum, guru hanya memberikan format pengerjaan saja. Sumber belajar yang akan digunakan untuk praktikum pun siswa menentukan sendiri. Media yang digunakan oleh guru beragam, tidak hanya monoton. Pemilihan media tergantung pada materi yang akan disampaikan. Sumber belajar yang digunakan juga beragam, tergantung pada materi. Sumber belajar bisa berasal dari benda- benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Guru memancing keaktifan semua siswa. Berdasarkan hasil observasi di semua kelas, didapat bahwa guru memberikan kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan dari guru. Guru memberikan pertanyaan, kemudia siswa satu per satu diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ketika siswa maju mempresentasikan hasil diskusinya, siswa yang lain diminta oleh guru untuk tenang dan memperhatikan. Siswa memerhatikan siswa yang maju dan memberi tanggapan apabila ada hasil atau perkerjaan yang kurang sesuai. Berdasarkan hasil observasi Pembelajaran yang dilakukan oleh Ya, Da, dan Ni, guru tidak akan memperhatikan siswa yang bertanya kurang sopan. Guru menginstruksikan untuk menyelesaikan pekerjaan dahulu baru boleh bertanya jawab dengan 68 guru. Guru juga tidak akan memperhatikan dan menanggapi siswa yang bertanya tidak menggunakan bahasa yang benar. Guru selalu mengingatkan kepada siswa apabila ada siswa yang ramai dan mengganggu teman yang lain. Ketika guru memberi tugas, siswa segera mengerjakan. Guru memberikan waktu ketika siswa mengerjakan. Mj memberikan waktu sekitar 5-8 menit untuk setiap siswa mengerjakan soal dan tugas. Setelah mengerjakan, siswa menunjukkan kepada guru jawabannya kemudian diberi nilai. Siswa yang mengerjakan lebih dari batas pengerjaan, tidak mendapat nilai dari guru. Siswa berlomba-lomba untuk cepat dalam mengerjakan sehingga mendapat nilai dari guru. Sekolah mengembangkan kreativitas siswa dengan mata pelajaran SBK. SBK di SD N Plebengan tidak hanya teori akan tetapi juga praktik. Praktik ini tergantung pada tingkatan kelasnya. Untuk kelas rendah, materinya yaitu dengan kegiatan menggambar, menyontoh gambar dengan dikembangkan sendiri, menggambar dengan tema, melipat origami, menggunting, mengelem, dll. Mata pelajaran SBK di kelas tinggi diajarkan dengan menganyam dilakukan di kelas 4 untuk menghadapi lomba menganyam tingkat kabupaten. SBK kelas III diajarkan untuk berkreasi dengan melukisi celengan, membuat topi, topeng, patung- patungan dari tanah. SBK kelas V diajarkan dengan membuat 69 kreativitas gasing, miniatur rambu-rambu lalu lintas mendukung pembelajaran PKn, periskop mendukung pembelajaran IPA, membuat poster, bingkai foto, dll. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi foto hasil kreativitas siswa kelas IV A yang berupa anyaman lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 1 halaman 207. Guru memancing siswa untuk berprestasi. Setelah mengerjakan soal, siswa mencocokkan. Jawaban siswa ditukarkan kemudian dicocokkan bersama. Hasil tersebut dibahas secara bersama-sama sehingga siswa mengetahui kesalahannya. Kemudian guru bertanya berapa skor masing-masing siswa dengan mengacungkan tangan. Tempat duduk siswa berpindah-pindah secara berkala, mayoritas pindahnya seminggu sekali. Hal ini dimaksudkan agar siswa mendapat kesempatan yang sama ketika belajar. Semua siswa mengalami duduk di berbagai tempat. Dengan demikian, siswa dapat merasakan apa yang dirasakan teman lain ketika duduk di suatu tempat duduk. Di kelas tinggi, bentuk tempat duduk berubah ubah, terkadang biasa, terkadang betuk U, dan terkadang bentuk huruf Z. Dalam menentukan tempat duduk, guru kelas rendah menentukan siswa duduk dimana. Sedangkan untuk kelas tinggi, syarat dari guru adalah berpindah dari tempat sebelumnya dan berganti teman duduk. 70 Guru menyisipkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, baik itu peduli lingkungan, kejujuran, dll. “Dalam penyisipan pendidikan karakter dalam pembelajaran, sudah secara spontan diberikan oleh guru. Terkadang tidak terorganisir mau menyisipkan karakter apa” Jk, 28 November 2015. Guru sudah secara spontan dalam mendidik karakter siswa ketika pembelajaran. Tanpa direncanakan, guru mendidik karakter ketika ada kejadian siswa yang perlu untuk dididik karakternya.

b. Mata Pelajaran dalam Mulok

Muatan Lokal yang diajarkan di SD N Plebengan adalah Bahasa Jawa, Pendidikan Batik, dan Bahasa Inggris. Hal ini berdasarkan pada dokumen kurikulum SD N Plebengan. Setiap mulok mempunyai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Mulok Bahasa Jawa diajarkan di semua kelas, yaitu kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Alokasi waktu untuk bahasa jawa adalah 2 jam pelajaranminggu. Materi dalam mulok bahasa jawa yaitu unggah- ungguh basa , unggah-ungguh dalam bersikap dan bertingkah laku, dan budaya jawa. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada kelas IIA Senin, 30 November 2015, guru mengajarkan pembelajaran mulok dengan unggah-ungguh basa ketika bertemu dengan guru atau orang yang lebih tua dan unggah-ungguh terkait sikap dan tingkah laku yang sebaiknya dilakukan siswa. 71 Pendidikan Batik mendapat alokasi waktu 1 jam pelajaran untuk kelas 1, 2, dan 3. Sedangkan kelas 4, 5, dan 6 mendapat alokasi waktu 2 jam pelajaran. Pembelajaran Batik berbeda-beda di setiap tingkatannya. Kelas rendah diisi dengan mengenal motif-motif batik dan menggambar batik. Kelas tinggi diajarkan teknik-teknik membatik sampai praktik membatik. Kelas V juga diajarkan batik motif dan praktik membuatnya. Selain kelas V, kelas IV pun juga ada praktik membuat batik. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada hari Kamis, 14 Januari 2016, Pembelajaran Batik di kelas 4 A dan B diisi dengan membuat batik celup. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi peneliti ketika siswa proses membuat batik celup lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 2 halaman 207. Mulok Bahasa Inggris belum diajarkan di kelas rendah. Bahasa Inggris mulai diajarkan pada kelas 4, 5, dan 6. Alokasi waktu untuk bahasa Inggris adalah 2 jam pelajaran.

c. Terintegrasi dalam Program Pengembangan Diri

1 Kegiatan rutin sekolah a Religius Berdasarkan hasil penelitian, terdapat kegiatan rutin dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada hari Selasa, 1 Desember 2015 siswa kelas VI shalat dhuhur berjamaah. Rabu, 72 2 Desember 2015, siswa kelas VI A dan VI B shalat dhuhur berjamaah di Masjid Al Ihsan. Guru mendampingi siswa shalat berjamaah. Rabu, 13 Januari 2016, setelah pelajaran selesai, ada jeda sebelum tambahan pelajaran, siswa kelas VI, V, dan IV shalat jamaah dhuhur terlebih dahulu di Masjid Al Ihsan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa dan guru berikut. Ki : “Setiap senin-rabu shalat jamaah disini”. Senin, 7 Desember 2015 Ag : “Ya sering kesini kalau mau shalat. Bersama teman- teman ”. Senin, 7 Desember 2015 Po : “Sekolah membiasakan untuk shalat dhuhur jamaah sebelum nanti les ”. Kamis, 18 Desember 2015 Selain itu, setiap sebelum pelajaran dan setelah pelajaran dibiasakan untuk berdoa terlebih dahulu. Berdasarkan hasil observasi peneliti di dalam kelas, sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran berdoa dan salam. Suasana berdoa pun tenang, tidak ada yang mengganggu. Kepala sekolah menyatakan bahwa “Sebelum memulai pembelajaran guru mengucapkan salam terlebih dahulu. Siswa berdoa.” Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru: Mj : “Sebelum berdoa saya menegaskan kalau berdoa itu tidak boleh sembarang, meminta kepada Allah itu yang baik, tidak boleh sembarangan. Kalau anak-anak minta ke Allah tulus, insya Allah akan dimudahkan juga oleh Allah ”. Selasa, 5 Januari 2016 Sm : “Berdoa sebelum dan setelah pembelajaran”. Selasa, 1 Desember 2015 Guru agama Islam memberikan pendampingan tambahan Al-Quran untuk siswa yang kurang dalam kemampuan baca Al- 73 Quran. Selain itu ada program tahunan dalam perayaan keagamaan dan ada kegiatan pesantren kilat, maulid nabi, dan infak setiap hari jumat yang dikumpulkan untuk membeli hewan kurban. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari guru agama Islam dan dewan sekolah: Po : “Kalau ada anak yang kurang bisa membaca Al-Quran, ya kita bantu bimbing, kalau memang membutuhkan lebih, ya kita bekerjasama dengan TPA di Masjid Al-Ihsan, masjid dekat SD ini. Infak yang dikumpulkan siswa setiap jumat dikumpulkan untuk membeli hewan kurban. Perayaan hari besar ya itu idul adha menyembelih hewan kurban, peringatan maulid nabi, dll. Sebelum ujian pun ada doa bersama ”. Kamis, 18 Desember 2015 Sd : “Kalau bulan puasa ya siswa diajarkan untuk puasa. Bulan ramadhan ada pantauan dengan buku ramadhan. Buku tersebut dimintakan tanda tangan takmir. Ada buka bersama siswa dan guru, dengan diisi pengajian ”. Selasa, 12 Januari 2016 Jk : “Setiap jumat siswa infak. Infak besuk untuk beli sapi biasanya. Kalau kurang ya guru juga iuran infak ”. Sabtu, 28 November 2015 Dokumentasi kegiatan keagamaan pesantren kilat menguatkan adanya implementasi nilai karakter religius lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 3 halaman 207. b Jujur Setiap ulangan, baik itu ulangan harian maupun ulangan semester, siswa tidak menyontek. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada kelas 2B dan 3B ketika mengerjakan soal, siswa tidak ada yang menengok kanan-kiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa: 74 Na : “Ya kalau ulangan mengerjakan sendiri.” Senin, 7 Desember 2015 Ma : “Terkadang kalau saya tidak bisa mengerjakan ingin lihat punya teman, tetapi bu guru mengingatkan, tidak jadilah.” Selasa, 8 Desember 2015 Mi : “Dosa mbak. Saya usaha saja.” Selasa, 15 Desember 2015 Hal ini diungkapkan juga oleh guru: Sa : “Tenang mbak karena ada guru yang menunggui.” Senin, 30 November 2015 Sk : “Anteng kalau ujian. Diawasi.” Rabu, 2 Desember 2015 Sm : “Karena ada mbak disini, jadi anteng, biasanya ya saya yang mengingatkan siswa.” Selasa, 1 Desember 2015 SD N Plebengan ada koperasi sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, “Koperasi sekolah disini merupakan koperasi kejujuran. Siswa mengambil sendiri, kembalian ambil sendiri, misal tidak ada kembalian baru matur bu guru. Disana sudah ada daftar harganya, jadi anak tahu sendiri berapa harganya.” Hal ini didukung dengan pernyataan guru dan siswa: Sa : “Anak-anak membeli alat tulis di koperasi kejujuran ini. Siswa mengambil sendiri dan membayar sendiri.” Senin, 30 November 2015 En : “Saya membeli di koperasi kejujuran mengambil sendiri.” Sabtu, 5 Desember 2015 Li : “Mengambil sendiri mbak kalau membeli di koperasi.” Sabtu, 5 Desember 2015 Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa membeli alat tulis di koperasi kejujuran sekolah. Koperasi kejujuran sekolah berada di ruang guru. Beberapa siswa yang membeli di koperasi membayar sendiri dan mengambil keembalian sendiri. Adanya koperasi kejujuran ini diperkuat dengan dokumentasi peneliti ketika ada siswa sedang membeli di koperasi kejujuran pada 75 hari Rabu, 13 Januari 2016 lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 4 halaman 207. c Toleransi Berdasarkan hasil observasi, siswa menghargai teman yang berbeda agama ketika bermain. Siswa bergaul dan akrab dengan semua teman walaupun berbeda agama. Selain itu, ketika ada teman baru yang berbeda suku, siswa menghargai dengan berbahasa Indonesia ketika berbicara, dan membantu teman yang baru untuk mengenal Bahasa Jawa. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Dw, “Saya baru disini, saya betah, teman-teman banyak membantu saya mengenal Bahasa Jawa dan dihargai kalau saya belum bisa lancar berbahasa Jawa. ” Senin, 14 Desember 2015 d Disiplin Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa berangkat sekolah tepat waktu. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 1 Desember 2015, 8 Desember 2015, 6 Januari 2016, 9 Januari 2016, dan 26 Januari 2016 siswa berangkat tepat waktu. Bel masuk sekolah pukul 07.00. Berdasarkan hasil observasi, setiap hari senin SD N Plebengan mengadakan upacara bendera. Upacara bendera diikuti siswa dengan tertib. Semua siswa menggunakan atribut lengkap. Ketika hormat pada bendera, semua hormat. Hal sesuai 76 dengan dokumentasi siswa ketika upacara bendera lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 7 halaman 208. Siswa mengikuti senam dengan tertib walaupun ketika senam masuknya lebih awal yaitu 6.30. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada hari Jumat tanggal 27 November 2015, ada 1 siswa kelas 1 dan 1 siswa kelas 3 terlambat 5 menit ketika senam 06.35. Pada tanggal 4 Desember 2015 dan 8 Januari 2016, semua siswa sudah bersiap untuk senam sejak pukul 06.25. Senam di mulai pukul 06.30 dan semua siswa sudah hadir. Awal semester siswa agak susah untuk dibiasakan senam pagi, akan tetapi sekarang sudah tertib. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru Ta, “Awalnya dulu iya. Akan tetapi lama-lama anak- anak sudah tahu sendiri. … Sekarang Siswa sudah terbiasa dan mempunyai kesadaran untuk senam.” Jumat, 4 Desember 2015. Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa: De : “Saya berusaha agar sampai di sekolah tepat waktu.” Selasa, 15 Desember 2015 Ay : “Kalau terlambat ditegur pak guru, jadi saya tidak mau lagi.” Selasa, 15 Desember 2015 Da : “Kalau terlambat upacara suruh maju di depan, saya malu, tidak mau.” Selasa, 12 Januari 2016 Berdasarkan hasil observasi peneliti di beberapa kelas, guru memberi tugas kepada siswa. Tugas tersebut diberi waktu mengerjakan dan terakhir dikumpulkan beberapa menit atau hari. Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas VA Selasa, 5 77 Januari 2016, guru mengatakan 8 menit mengerjakan, setelah 8 menit ya pekerjaan dikumpulkan di depan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa: Si : “Bu Mj itu kalau mengerjakan soal diberi waktu 8 menit ya 8 menit harus sudah selesai.” Selasa, 15 Desember 2015 Sa : “Tidak bisa telat selesai mengerjakannya.” Selasa, 15 Desember 2015 Berdasarkan hasil wawancara, siswa mengerjakan PR yang diberikan oleh guru: Na : “Saya mengerjakan PR.” Senin, 7 Desember 2015 Ma : “Selalu saya kerjakan, lha ada sanksi e.” Selasa, 8 Desember 2015 Bi : Pasti. Takut suruh pulang.” Selasa, 15 Desember 2015 Siswa memilih untuk mengerjakan PR karena ada sanksi apabila tidak mengerjakan PR. Sanksi tidak mengerjakan PR di setiap kelas berbeda-beda, mayoritas sanksinya yaitu harus pulang untuk meminta tanda tangan orang tua terkait surat keterangan dan alasan tidak mengerjakan PR. e Demokratis Berdasarkan hasil wawancara, didapat bahwa dalam pembuatan tata tertib dan penentuan ketua kelas ditentukan secara musyawarah. Hal ini dilakukan setiap awal tahun ajaran baru. Hal ini dinyatakan oleh siswa: Mi : “Dipilih sekelas di awal semester satu dulu mbak.” Selasa, 15 Desember 2015 He : “Dipilih ketuanya, sekelas. Kesepakatan awal tahun.” Selasa, 8 Desember 2015 El : “Pilihan mbak ketuanya.” Kamis, 14 Januari 2016 78 En : “Milih ketua sama menentukan tata tertib kelas mbak, dulu bulan Juli.” Sabtu, 5 Desember 2015 Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari guru: Mj : “Ya saya termasuk guru yang disiplin mbak. Ketika awal masuk kelas 5B, saya menegaskan kepada anak pentingnya disiplin. Disiplin itu berguna untuk siapa? Tujuan disiplin untuk siapa? Bukankan tujuan disiplin itu untuk kamu sendiri anak-anak? Kesepakatan awal saat awal semester 1, kalau guru sedang menerangkan, siswa mendengarkan dan memerhatikan … Ketua ditentukan secara voting.” Selasa, 5 Januari 2016 Ya : “Awalnya secara klasikal diajarkan. Mengajarkan etika dihubungkan dengan aturan di kelas. Siswa diberi tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang baik dan mana yang buruk. Tata tertib di kelas, contohnya datang tepat waktu, di dalam kelas harus tenang, tidak membuat gaduh di dalam kelas, tidak bermain saat pembelajaran di kelas, dll. Ketua kelas pun ditentukan pada awal pelajaran.” Kamis, 7 januari 2016 Mayoritas di semua kelas mengadakan pemilihan ketua kelas pada awal masuk semester 1. Pemilihan ketua kelas dilakukan dengan voting. Hal ini mendukung adanya kegiatan demokrasi di SD N Plebengan. f Semangat Kebangsaan Kegiatan rutin diselenggarakan setiap tanggal 21 April adalah hari kartini. Siswa di SD N Plebengan menggunakan baju adat jawa untuk memeringati hari kartini. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Jk yang menyatakan bahwa “Setiap 21 April kita nyandang jawa. Tidak hanya itu, setiap tanggal 20 guru wajib menggunakan pakaian adat jawa.” Sabtu, 28 November 2015. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ni 79 bahwa “Peratuan dari pemerintah, setiap tanggal 20 memakai kebaya.” Rabu, 6 Januari 2016. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi siswa dan guru berpakaian adat jawa lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 8 halaman 208. g Cinta Tanah Air Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, menyatakan bahwa “Sebelum memulai pembelajaran guru mengucapkan salam terlebih dahulu. Siswa berdoa. Setelah itu menyanyikan lagu wajib nasional.” Hal ini dinyatakan juga oleh guru: Ya : “Ya dibiasakan mbak, agar bisa hafal lagu-lagu wajib dan daerah” Kamis, 7 Januari 2016 Rb : “Setiap sebelum pelajaran nyanyi lagu wajib dulu.” Jumat, 27 November 2015 Hal ini diperkuat dengan hasil observasi peneliti pada hari Rabu, 6 Januari 2016 di kelas IA dan IB, siswa dipimpin oleh guru menyanyikan lagu Indonesia Raya. Berdasarkan hasil observasi, siswa membeli makanan di kantin sehat sekolah. Kantin sehat sekolah menjual makanan buatan penjual sendiri, sehingga makanan yang dijual sehat dan tidak mengandung bahan pengawet. Makanan yang dijual berupa jajanan pasar, es teh, es jeruk, roti lapis, siomay, soto, dll. Hal ini didukung dengan pernyataan kepala sekolah, 80 “Kebijakan sekolah sejak kantin tersebut jadi, kalau bisa makanan yang dijual itu disajikan langsung makanan buatan penjual itu sendiri. Mereka masuk disini. Bisa dilihat.” h Menghargai Prestasi SD N Plebengan sering mengikuti lomba-lomba baik itu ditingkat kecamatan, kabupaten, ataupun provinsi. Lomba yang diikuti tidak hanya lomba yang akademik tetapi juga lomba yang nonakademik. Berikut beberapa contoh hasil prestasi siswa: a Lomba Matematika Juara I tingkat Kecamatan tahun 2013, b Lomba IPS Juara I tingkat Kecamatan tahun 2013, c Lomba IPS Juara II tingkat Kabupaten tahun 2013, d Hasil UN Juara I tingkat Kecamatan tahun 2013, dll hasil prestasi akademik selengkapnya terlampir Lomba dalam bidang nonakademik yang diikuti siswa juga banyak: a Lomba menulis pantunsajak Juara II tingkat Kabupaten tahun 2012, b Cerdas Cermat TVRI Juara III babak final tahun 2012, c Lomba Karate Perorangan Juara III tingkat Provinsi tahun 2012, d Lomba Drumband Polisi Sahabat Anak Juara II tingkat Kabupaten tahun 2013, e Lomba menganyam Juara III tingkat Kabupaten tahun 2013, f Lomba INKAI Putra Juara II tingkat Kabupaten Bantul tahun 2015. g Lomba Kasti Putra Juara II tingkat Kecamatan tahun 2015, h Lomba Kasti Putri Juara I tingkat Kecamatan tahun 2015, i Lomba Sekolah Sehat Juara III tingkat Kabupaten tahun 2015, dll hasil prestasi nonakademik lainnya terlampir 81 SD N Plebengan telah meraih + 77 piala kejuaraan. Hal ini diperkuat dengan foto piala-piala yang ada di SD Plebengan lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 9 halaman 208. Setiap awal tahun ajaran baru, siswa yang juara di kelas, mendapatkan reward dari sekolah. Hal ini diperkuat dengan hasil dokumentasi ketika pembagian reward hadiah dari sekolah. i Bersahabat Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa pindahan yang baru masuk di SD Plebengan dibantu oleh teman-temanya. Ketika ada siswa yang kesulitan, dibantu. Ketika ada yang jatuh, siswa bersedia menolong Senin, 11 Januari 2016. Hal ini dinyatakan oleh Sd Selasa, 12 Januari 2016 bahwa “Ditanamkan anak jika ada yang jatuh ditolong, bukan ditertawakan.” Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa berikut. Li : “Ya kalau teman saya ada yang jatuh saya bantu. Kasihan kalau ditertawakan.” Sabtu, 5 Desember 2015 Bi : “Saya tertawakan.” Selasa, 15 Desember 2015 En : “bantu mbak.” Sabtu, 5 Desember 2015 Ki : “Kemarin saat aku jatuh ditolong Li.” Kamis, 14 Januari 2016 Berdasarkan hasil obsevasi, siswa bersahabat dengan semua teman. Ketika bermain di halaman sekolah, siswa terlihat akrab. Siswa bermain gatheng bersama, bermain kejar-kejaran, petak umpet, dan dakon. 82 Siswa berbahasa dengan baik, baik dengan guru dan sesama temannya. Hal ini berdasarkan hasil observasi peneliti ketika siswa membeli makanan di kantin, siswa berbahasa kepada penjual makanan di kantin Senin, 11 Januari 2016. Ketika siswa di perpustakaan mengembalikan buku, siswa menggunakan Bahasa Jawa Halus ataupun Bahasa Indonesia dengan penjaga perpustakaan. Berdasarkan hasil observasi siswa, siswa mengucapkan salam dan berjabat tangan guru dan tamu yang siswa temui baik itu di kelas ataupun ketika siswa berjalan di luar kelas hal ini dilakukan setiap hari oleh siswa. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan siswa: Ki : “Ya sudah dari dulu dibiasakan seperti itu.” Kamis, 14 Januari 2016 Nd : “Sudah biasa mbak.” Senin, 7 Desember 2015 Ga : “Biasanya seperti itu mbak, dari dulu.” Senin, 7 Desember 2015 Li : “Sejak masuk sekolah kaka kelas sepeti itu, saya menjadi ikut.” Selasa, 5 Januari 2016 El : “Diajari bu guru, dulu pas masuk pertama kali.” Kamis, 14 Januari 2016 Hal ini diperkuat dengan hasil dokumentasi ketika siswa berjabat tangan dengan guru lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 5 halaman 207. Siswa makan makanan sambil duduk. Siswa duduk di kursi yang disediakan. Kalau penuh, siswa duduk di pinggir- pinggir jalan 5 Desember 2015, 7 Desember 2015, 11 83 Desember 2015, dan 15 Desember 2015. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan siswa: Ki : “Kebiasaan mbak.” Kamis, 14 Januari 2016 Za : “Sudah biasa mbak.” Kamis, 14 Januari 2016 Nd : “Kan tidak boleh mbak.” Senin, 7 Desember 2015 De : “Dosa mbak.” Senin, 14 Desember 2015 Hal ini diperkuat dengan dokumentasi ketika siswa makan sambil duduk lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 6 halaman 207. j Nilai Gemar Membaca Beberapa siswa mengunjungi di perpustakaan. Mayoritas ke perpustakaan kalau ada tugas saja. Berdasarkan hasil observasi peneliti, pada tanggal 25 November, 28 November, dan 1 Desember 2015, tidak ada siswa yang mengunjungi perpustakaan. Pada hari selasa, 1 Desember 2015, ada 3 siswa yang mengembalikan buku di perpustakaan. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada hari sabtu, 9 Januari 2016, ada 9 siswa pengunjung perpustakaan. Pada hari senin, 11 Januari 2016, ada 11 pengunjung perpustakaan, 2 diantaranya adalah guru. Pada hari selasa, 12 Januari 2016, ada 15 siswa yang mengunjungi perpustakaan. Selasa, 19 Januari 2016 ada 13 siswa yang mengunjungi perpustakaan. Hal ini diperkuat dengan daftar hadir siswa di perpustakaan daftar hadir siswa terlampir. 84 Berikut pernyataan dari siswa: Ag : “Pernah sekali, karena tugas guru membuat sinopsis.” Senin, 7 Desember 2015 Na : “Saya suka ke perpus bareng Bi.” Senin, 7 Desember 2015 Bi : “Terkadang saya ke perpustakaan.” Selasa, 8 Desember 2015 Fa : “Tidak suka. Karena lebih suka bermain.” Selasa, 8 Desember 2015 Ba : “Iya, setelah dari kantin saya ke perpustakaan sebentar.” Jumat, 11 Desember 2015 Me : “Saya tidak ke perpustakaan karena jauh. Saya kalau istirahat suka di dalam kelas bermain.” Jumat, 11 Desember 2015 En : “Sudah sering membaca bukunya.” Sabtu, 5 Desember 2015 Dw : “Kalau ada tugas ke perpus ya baru ke perpus.” Senin, 14 Desember 2015 Menurut wawancara dengan petugas perpustakaan Ar, didapat bahwa: “Belum ada program dari sekolah untuk menambah koleksi buku perpustakaan. Ketika bulan November, minat siswa untuk berkunjung ke perpustakaan kurang mungkin karena persiapan ujian di bulan Desember. Kalau Januari ini sudah bertambah siswa yang berkunjung. Ada guru yang menugaskan siswa untuk membaca buku di perpustakaan juga. Saya biasanya mengajak guru untuk mengajak siswanya ke perpustakaan.” Rabu, 25 November 2015 Hal ini didukung oleh pernyataan guru: Sa : “Sering anak-anak ke perpustakaan. Misalkan anak-anak ingin melihat-lihat buku. sering kali juga ada tugas dari saya untuk ke perpustakaan. Terkadang saya juga ikut menunggui saat siswa saya tugaskan ke perpustakaan.” Senin, 30 November 2015. Jk : “Kalau untuk ke perpustakaan, saya tidak menyuruh anak-anak harus ke perpustakaan, anak-anak berinisiatif sendiri untuk datang ke perpustakaan pinjam buku.” Rabu, 28 November 2015 85 Ya : “Saya menyarankan siswa untuk ke perpustakaan.” Kamis, 7 Januari 2016 Pu : “Saya tugaskan ke perpustakaan mbak. Kemarin saya menugaskan untuk mencari cerpen.” Jumat, 8 Januari 2016 Guru mendukung siswa untuk membaca di perpustakaan dengan memberi tugas untuk mencari buku dan menemani siswa ketika di perpustakaan. k Peduli Lingkungan Kerja bakti di SD N Plebengan dilakukan setiap hari Senin dan Jumat. Hal ini berdasarkan observasi peneliti bahwa setiap hari Jumat dilakukan kerja bakti 27 November 2015, 4 Desember 2015, 4 Januari 2016, 8 Januari 2016, dan 11 Januari 2016. Kerja bakti di luar kelas setiap hari Senin tergantung kebutuhan, akan tetapi setelah upacara siswa kerja bakti sebentar membersihkan kelas masing-masing. Bukti dokumentasi mendukung adanya kerja bakti yang dilaksanakan lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 10 halaman 208. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, didapat: Ks : “Ya yang rutin setiap Jumat mbak. Ini sejak dulu sudah menjadi kebiasaan SD Plebengan. Tidak hanya itu, setiap senin pun ada kerja bakti. Kerja bakti dilakukan 10 menit setelah upacara. Biasanya sebulan 2-4 kali tergantung kebutuhan.” Sabtu, 5 Desember 2015 Sm : “Kerja bakti setelah senam.” Selasa, 1 Desember 2015 Sk : “Setiap Jumat. Senin juga iya.” Rabu, 2 Desember 2015 Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa: El : “Iya. Jumat. Ya membersihkan kelas dan menyabuti rumput di luar.” Kamis, 14 Januari 2016 86 Os : “Setiap Senin dan Jumat mbak. Kami juga kerja bakti dahulu sebelum olahraga.” Kamis, 14 Januari 2016 Berdasarkan hasil observasi peneliti, di setiap kelas terdapat tempat sampah. Tempat sampah dipilah menjadi tiga yaitu plastik, kertas, dan daun. Hal ini didukung dengan dokumentasi pemilahan tempat sampah lihat lampiran 24. dokumentasi gambar 11 halaman 208. Berdasarkan wawancara dengan siswa, didapat bahwa: He : “Buang sampah kan tinggal di depan itu mbak.” Kamis, 14 Januari 2016 Li : “Iya di tempat sampah.” Selasa, 5 Januari 2016 Ti : “Di kantin juga ada kok mbak. Jadi ya disana kalau makannya disana.” Selasa, 5 Januari 2016 Ag : “Membuang sampah pada tempatnya. Dan masih banyak lagi. Disini juga banyak tempat sampah jadi tidak boleh membuang sampah sembarangan.” Senin, 7 Desember 2015 Berdasarkan hasil observasi peneliti, tanaman baik itu yang di depan kelas dan apotik hidup yang ditanam dan disiram setiap hari. Ketika kerja bakti pun juga. Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa. Ga : “Cuma pas kerja bakti.” Senin, 7 Desember 2015 Nd : “Ya kapan saja walaupun saya tidak piket.” Senin, 7 Desember 2015 El : “Ketika piket saja.” Kamis, 14 Januari 2016 Bi : “Itu tugas yag piket mbak.” Selasa, 15 Desember 2015 Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa selalu cuci tangan setelah bel istirahat berbunyi. Siswa cuci tangan kemudian membeli makanan di kantin. Ketika habis praktikum siswa juga cuci tangan dahulu. Hal ini dinyatakan oleh kepala 87 sekolah bahwa “Di depan kelas sudah disiapkan tempat untuk cuci tangan, sebelum makan siswa mencuci tangannya terlebih dahulu.” Ini didukung dengan dokumentasi siswa yang sedang cuci tangan lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 12 halaman 208. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan guru, Ni Rabu, 6 Januari 2016 yang menyatakan bahwa “Ya sebelum makan saya biasakan agar siswa cuci tangan terlebih dahulu. Seperti tadi, setelah siswa mengerjakan, yang selesai dahulu bisa cuci tangan.” Siswa Ki 14 Januari 2016 juga menyata kan, “Ya sudah biasa, sudah sejak dulu seperti itu, suruh cuci tangan. Awalnya guru yang nyuruh kemudian untuk lomba kemarin ada dari puskesmas mengoreksi cara cuci tangan kita.” l Peduli Sosial Iuran dana sosial dilakukan setiap senin. Dana sosial digunakan untuk menjenguk siswa yang sakit atau untuk takziah ketika ada keluarga siswa atau keluarga guru atau masyarakat sekitar SD ada sripah. menjenguk teman yang sakit. Hal ini sependapat dengan Sd yang menyatakan bahwa “Anak-anak dibiasakan tepo sliro , jika ada anak yang sakit didoakan, ditengok, ketika ada sripah , ta’ziah. Sekolah dijaga tepo sliro- nya.” 88 Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa: Mi : “Kalau ada yang sakit ditengok di rumahnya.” Selasa, 15 Desember 2015 Dw : “Tiga hari tidak berangkat kita ke rumah teman yang sakit.” Senin, 14 Desember 2015 El : “Dijenguk bersama bu guru mbak.” Kamis, 14 Januari 2016 En : “Dijenguk.” Sabtu, 5 Desember 2015 Fa : “Dijenguk, dengan uang dana sosial kita.” Kamis, 14 Januari 2016 Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan guru: Rb : “Apabila ada teman atau guru yang sakit lebih dari 3 hari dijenguk. Apabila ada tetangga sekolah yang sripah atau punya gawe , perwakilan guru atau semua guru menghadiri.” Jumat, 27 November 2015 Sm : “Jenguk, jika ada tetangga sripah ya ikut takziah .” Selasa, 1 Desember 2015 Di SD Plebengan ada 5 dokter kecil yang terdiri dari 3 siswa kelas VI, 1 siswa kelas V, dan 1 siswa kelas IV. Berdasarkan hasil observasi peneliti, dokter kecil bertugas untuk berjaga-jaga di belakang barisan ketika upacara. Dokter kecil ini membantu siswa yang sakit ketika upacara dan membawa siswa yang sakit ke UKS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ks Sabtu, 5 Desember 2015 yang menyatakan bahwa “Dokter kecil itu tugasnya membantu ketika ada teman yang sakit. Ada piket di UKS. Ketika upacara dokter kecil juga harus siap.” Hal ini diperkuat dengan dokumentasi ketika dokter kecil membantu siswa yang sakit ketika upacara lihat lampiran dokumentasi gambar 13 halaman 209. 89 m Tanggung Jawab Berdasarkan hasil observasi peneliti, didapat bahwa setiap hari siswa piket berdasarkan jadwalnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa: Bi : “Piket mbak, kalau tidak, ada hukuman.” Selasa, 15 Desember 2015 Na : “Iya.” Senin, 7 Desember 2015 He : “Pasti, lha dilihat pak guru.” Kamis, 14 Januari 2016 Fa : “Kalau tidak ada yang mengawasi ya saya tidak piket.” Kamis, 14 Januari 2016 Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru: Da : “Tugas siswa yang piket ya menyapu kelas, membersihkan debu di meja, dan juga menyirami tanaman yang ada di depan kelas.” Jumat, 27 November 2015 Jk : “Sebelum pembelajaran dimulai, petugas piket laporan kepada guru apakah sudah bersih atau belum. Piket dilakukan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran 10- 15 menit.” Sabtu, 28 November 2015 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, siswa menata sepeda dengan rapi menghadap timur 5 Desember 2015 , 11 Desember 2015, dan 14 Januari 2016. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara siswa: Ki : “Awalnya saat upacara guru mengajak kepada semua siswa untuk menata sepedanya dengan rapi menghadap timur semua dan sampai sekarang masih.” Kamis, 14 Januari 2016 Ag : “Ya menata.” Senin, 7 Desember 2015 Os : “Ditata.” Kamis, 14 Januari 2016 Hal ini juga sesuai dengan pernyataan dari penjaga sekolah, “Ya setiap pagi apabila ada yang meletakkan sepeda kurang rapi ya kalau saya pas lewat saya tegur.” Hal ini 90 diperkuat dengan hasil dokumentasi peneliti berkaitan dengan penataan rapi sepeda siswa lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 14 halaman 209. 2 Kegiatan Spontan Berdasarkan hasil observasi peneliti ketika pembelajaran, guru memberikan motivasi untuk anak yang mulai menyerah ketika mengerjakan soal. “Dicoba dulu, jangan langsung berkata bahwa itu susah”. Sa, 30 November 2016. Hal ini didukung dengan pernyataan dari Sm yang menyatakan “Tidak henti-hentinya setiap hari guru harus selalu mengingatkan siswa agar rajin.” Selasa, 1 Desember 2015 Berdasarkan hasil observasi, guru mengingatkan kepada siswa agar jujur. Hal ini diperkuat dengan Sa Senin, 30 November 2015 yang menyatakan “Ayo jujur-jujuran saja, tidak boleh ada yang bohong lho ya”. Berdasarkan hasil observasi peneliti, apabila ada tanaman di depan kelas yang terlihat kering, guru langsung menyuruh siswa untuk menyiramnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru Sk Rabu, 2 Desember 2015 bahwa “Tanaman apabila ada yang kering ya langsung saya memanggil anak- anak supaya di siram.” Berdasarkan hasil observasi peneliti, ketika siswa meletakkan sepeda tidak pada tempatnya, penjaga sekolah akan memperingatkan. Hasil wawancara, penjaga sekolah menyatakan 91 bahwa “Ya saya terkadang mengawasi mbak. Kalau ada yang meletakkan tidak pada tempatnya ya saya tegur. Sekarang siswa sudah terbiasa, hanya satu dua yang terkadang saya tegur ” Senin, 11 Januari 2016. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari siswa: Fa : “Selalu saya tempatkan yang benar mbak. Takut.” Kamis, 14 Januari 2015 Ma : “Kakak kelas, kelas 6A, ada yang menggemboskan ban sepeda kalau ada yang meletakkan sepeda sembarangan. ” Selasa, 8 Desember 2015 Bi : “Iya. Dulu, sepeda saya pernah digemboske karena tidak saya tempatkan di tempat parkir. Sekarang saya tempatkan.” Selasa, 8 Desember 2015 Awalnya ketika ada yang terlambat dingatkan. Apabila beberapa kali terlambat guru akan memberikan surat keterangan dan alasan kenapa berangkat terlambat, disertai tanda tangan orang tua. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada Pada hari Senin tanggal 30 November 2015, ada dua siswa yang terlambat, dan satu siswa yang tidak berseragam upacara dengan lengkap. Siswa tersebut berdiri di depan tempat upacara, yaitu tempat khusus, dekat dengan inspektur upacara. Pada hari Senin tanggal 4 Januari 2016, ada 1 siswa yang terlambat ketika upacara. Ketika amanat inspektur upacara, kepala sekolah mengingatkan kepada siswa agar tidak terlambat lagi ketika mengikuti upacara. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru: Sm : “Diingatkan dulu, kalau masih terlambat ya saya suruh membuat surat keterangan dan alasan berangkat terlambat. Sekarang sudah jarang ada yang terlambat di kelas saya.” Selasa, 1 Desember 2015 92 Sk : “Dalam hal disiplin, apabila ada siswa yang telat berangkat sekolah, ya ada sanksinya. Saya suruh berdiri di depan kelas dan mengucapkan minta maaf kepada guru dan teman- teman.” Rabu, 2 Desember 2015 Siswa mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara beberapa guru, didapat bahwa: Jk : “Apabila siswa tidak mengerjakan PR, maka siswa tersebut akan piket selama 1 minggu, hal ini sudah menjadi kesepakatan pada saat musyawarah kelas awal semester 1.” Jumat, 27 November 2015 Sm : “Apabila siswa tidak mengerjakan PR, ada sanksinya. Kesepakatan awal semester, apabila tidak mengerjakan PR, siswa mengerjakan di luar, akan tetapi saya rasa itu cara yang kurang tepat. Kemudian kesepakatan siswa sekelas, jika tidak mengerjakan PR lari keliling lapangan sebanyak 2 kali. Awalnya sanksi ini berjalan. Akan tetapi ada masukan dari orang tua wali yang kasihan jika siswa harus lari keliling lapangan. Setelah itu, sanksi tidak mengerjakan PR sekarang dengan meminta tanda tangan orang tua dan menyirami tanaman.” Selasa, 1 Desember 2015 Mj : “Ya siswa harus pulang dan meminta surat keterangan orang tua kenapa siswa tidak mengerjakan PR. Awalnya ada siswa yang tidak mengerjakan PR dan harus pulang ke rumah untuk meminta surat keterangan. Alhamdulillah sekarang hampir tidak ada siswa yang tidak mengerjakan PR. Mungkin takut kalau harus pulang dan meminta surat keterangan pada orang tua.” Selasa, 5 Januari 2016 Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari siswa: Dw : “Kalau tiga kali tidak mengerjakan PR, harus meminta surat keterangan dari orang tua kenapa tidak mengerjakan PR. Makannya kami takut kalau tidak mengerjakan PR. Sekarang kami menjadi terbiasa untuk selalu mengerjakan PR.” Senin, 14 Desember 2015 Ay : “Iya, ada sanksi. Sanksinya dinasihati dan mengerjakan di luar.” Selasa, 15 Desember 2015 He : “Piket seminggu.” Selasa, 8 Desember 2015 Apabila ada siswa yang kurang sopan dalam hal berbicara dengan guru langsung menegur. Berdasarkan hasil observasi 93 peneliti pada saat proses pembelajaran di kelas 4A Jumat, 27 November 2015 dan 1A Rabu, 6 Januari 2016, didapat bahwa guru mengingatkan siswa yang kurang sopan. Berdasarkan hasil observasi di kelas 1B, guru mengingatkan kepada siswa kalau menulis itu sambil duduk Kamis, 7 Januari 2016. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Da bahwa “Saya tidak akan memperhatikan siswa yang tidak mau berbahasa yang yang baik, baik itu dengan guru ataupun dengan teman. Saya menegaskan apabila siswa tidak dapat berbahasa jawa kromo alus, lebih baik menggunakan bahasa Indonesia, daripada menggunakan bahasa jawa ngoko yang itu kurang sopan untuk siswa gunakan ketika berbicara dengan guru.” Jumat, 27 November 2015 Berdasarkan hasil observasi peneliti, guru mengingatkan siswa yang ramai di kelas. Di kelas 2A Senin, 30November 2015, ketika siswa ramai, guru mengingatkan siswa untuk tenang. Di kelas 1B Kamis, 7 Januari 2016, guru mengingatkan Ba ketika Ba ramai karena sudah selesai mengerjakan tugas dari guru . Di kelas 5A Selasa, 5 Januari 2016, ketika mengerjakan soal, siswa yang ramai diingatkan oleh guru, begitu pula dengan siswa yang jalan- jalan sendiri di kelas. Ketika ada anak yang memberikan pendapatnya dan siswa yang lain ramai, guru langsung mengingatkan siswa “sttt….. perhatikan ya ketika teman sedang berbicara”. Jk Sabtu, 28 November 2015 94 3 Keteladanan Berdasarkan hasil observasi peneliti, guru berangkat ke sekolah tepat waktu. Pengamatan pertama Selasa, 24 November 2015, guru Ks datang pukul 06.45. Mj, Sa, Pu, Po berangkat bersamaan pukul 06.50. Disusul Sk, Ta, Jk, Sm, Rb, dan Da pada pukul 06.55. Pada waktu yang hampir bersamaan, As dan Ni hadir pukul 06.57. Pengamatan kedua Jumat, 27 November 2015, Guru Ks dan Ta hadir pukul 06.20. Sm, Rb, Da, Jk, Sk, hadir pada pukul 06.40. Ni hadir pukul 06.50. As, Sa, Pu, Mj, dan Po hadir pada pukul 06.55. Pengamatan Ketiga Senin, 30 November 2015, Ta dan Ks hadir pukul 06.40. Disusul RB, Mj, dan SM pada pukul 06.45. Jk, Da, Sk, Pu, dan Ni hadir pukul 06.50. Sa hadir pada pukul 06.53. As hadir pukul pada pukul 07.30. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sm, As ada urusan di UPT dahulu, jadi sedikit terlambat. Pengamatan keempat Rabu, 6 Januari 2016, Ks seperti biasa hadir paling awal pukul 06.45. Kemudian MJ dan SM hadir 06.48. Pu, Po, Ya, Sa hadir di waktu yang hampir bersamaan yaitu pukul 06.51. Da, Sk, dan Jk hadir pukul 06.55. As hadir pukul 06.57. Ni hadir pukul 07.09. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara guru berikut ini: Ks : “Biasanya saya pukul 7 kurang seperempat sudah disini. Kalau Senin dan J umat ya lebih pagi lagi.” Sabtu, 5 Desember 2015 Ta : “Rumah saya jauh, tapi saya berusaha berangkat pagi. Dari rumah jam 6 kalau hari senin, ya sekitar pukul 07.40 saya sudah sampai disini.” Jumat, 4 Desember 2015 95 Mj : “Saya maksimal pukul 7 kurang lima harus sampai sini.” Selasa, 5 Januari 2016 Ni : “Karena saya mempunyai anak masih kecil, ya saya berusaha berangkat kurang dari pukul 7. Misalnya anak saya rewel ya saya izin ke guru lain untuk terlambat sedikit 5-10 menit .” Rabu, 6 Januari 2016 Hasil wawancara dengan guru lainnya terlampir Hal ini juga didukung dengan hasil dokumentasi peneliti tentang kehadiran guru. Guru menggunakan seragam yang telah ditentukan oleh sekolah. Seragam guru pada hari senin dan selasa adalah seragam PNS, kalau rabu, kamis, jumat, dan sabtu seragam batik. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi peneliti. Berdasarkan observasi peneliti Senin, 11 Januari 2016, guru Ks, Sa, dan Sk memberi contoh siswa ketika kerja bakti yaitu bagaimana memilih bibit yang baik, membersihkan rumput liar, dan menata tanaman apotik hidup. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Sa bahwa “Kalau ada kerja bakti, saya menunggui siswa.” Senin, 30 November 2015 Hal ini diperkuat dengan hasil dokumentasi peneliti ketika guru ikut kerja bakti siswa lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 15 halaman 209. Berdasarkan hasil observasi kelas 1 A Rabu, 6 Januari 2016 dan 1B Kamis, 7 Januari 2016, guru ikut piket. Guru memberikan contoh bagaimana menyapu yang benar dan tempat- tempat mana saja yang perlu untuk disapu. Hal ini didukung 96 dengan dokumentasi guru ketika ikut piket menyapu kelas lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 16 halaman 209. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru kelas 1A dan 1B: Ya : “Ketika piket misalnya, saya ikut menunggui mereka piket dan juga ikut menyapu membantu yang piket. Terkadang jika siswa saja yang piket kurang bersih jadi saya juga memberi contoh dan membantu bagaimana menyapu yang benar dan bagian mana saja yang perlu di sapu.” Kamis, 7 Januari 2016 Ni : “Saya ikut menyapu, anak-anak itu diberi contoh secara konsisten.” Rabu, 6 Januari 2016 Berdasarkan hasil observasi peneliti, didapat bahwa guru menata sepeda motornya dengan rapi. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari guru: Jk : “Kita yang harusnya memberi contoh.” Sabtu, 28 November 2015 Ni : “Keteladanan mbak, agar siswa juga bisa meniru. Tidak hanya dalam hal menata sepeda tetapi juga dengan hal yang lain. ” Rabu, 6 Januari 2016 Berdasarkan hasil observasi, guru agama Islam menjadi imam ketika shalat berjamaah. Akan tetapi di semester 2, siswa shalat berjamaah tidak didampingi oleh guru agama Islam karena guru tersebut telah pensiun. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sd, “Ada buka bersama siswa dan guru, dengan diisi pengajian.” Guru ikut dalam acara keagamaan yang diselenggarakan oleh sekolah. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi foto ketika guru kelas ikut mendampingi siswa dalam acara pesantren kilat lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 17 halaman 209. 97 4 Pengondisian Berdasarkan hasil observasi peneliti, terdapat ruang khusus untuk pembelajaran agama Katolik dan Kristen. Kepala sekolah menyatakan bahwa “Di ruangan itu biasanya untuk pembelajaran agama Katholik dan K risten.” Hal ini juga dibenarkan oleh Pl “Ya kami mengajar di ruangan khusus atau kalau ada pembelajaran agama Katolik dan Kristen secara bersamaan ya salah satu di perpustakaan”. Sabtu, 13 Januari 2016 Tamanisasi di setiap kelas telah ada. Tamanisasi ini terdiri dari tanaman hias dan tanaman apotik hidup. Tanaman hias ada yang berada di pot dan ada yang di tempat khusus. Berdasarkan hasil observasi peneliti, setiap hari taman di depan kelas dirawat lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 18 halaman 209. Berdasarkan hasil observasi peneliti, di semua kelas terdapat tempat sampah. Tempat sampah sudah dipilah menjadi 3 yaitu plastik, daun, dan kertas. Selain itu juga terdapat komposer yang digunakan untuk mengolah daun-daun dan bahan organik agar bisa menjadi pupuk lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 19 halaman 210. Guru Ks menyatakan bahwa “Sekarang juga ada komposer, yaitu alat untuk membuat pupuk. Alat ini didapat dari bantuan dinas provinsi. Jadi saya sudah mensosialisasikan ke siswa bahwa kalau ada sampah organik silakan masukkan ke komposer agar besok bisa menjadi pupuk.” Senin, 4 Januari 2016 98 Berdasarkan hasil observasi peneliti, terdapat ruang UKS. Ruangan di setting nyaman. Bulan Agustus kemarin UKS ini menjadi salah satu yang menjadi penilaian sekolah sehat. Hal ini diperkuat dengan foto ruang UKS lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 20 halaman 210. Terdapat 1 ruang kesenian yang ada di SD Plebengan. Ruang kesenian ini berisi gamelan yang digunakan untuk pelajaran gamel . Berdasarkan hasil observasi peneliti, ruangan ini digunakan setiap hari senin dan selasa. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi foto ruang kesenian lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 21 halaman 210. Mushola di SD Plebengan berukuran 3 x 5 meter. Berdasarkan hasil observasi peneliti, mushola ini biasanya digunakan guru dan beberapa siswa. Apabila shalat jamaah dhuhur, siswa pergi ke masjid yang letaknya bersebelahan dengan sekolah. Berdasarkan hasil observasi, terdapat 2 tempat untuk kamar mandi, yaitu kamar mandi yang berada di sebelah selatan, dan kamar mandi yang di sebelah utara. Kamar mandi yang di sebelah selatan terdapat 6 unit. Kamar mandi sebelah utara terdapat 2 kamar mandi untuk putri dan 2 kamar mandi untuk putra lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 22 halaman 210. Di dekat kamar mandi juga tersedia tempat untuk wudlu. 99 Berdasarkan hasil observasi peneliti, di SD N Plebengan terdapat green house. Fungsi dari green house ini adalah untuk pembibitan dan tempat tanaman apotik hidup. Tanaman apotik hidup diletakkan 2 tempat yaitu di depan halaman sekolah dan di green house lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 23 halaman 210. Berdasarkan hasil observasi, terdapat koperasi kejujuran. Koperasi ini menjual kertas, alat tulis, buku, dan lain-lain. Koperasi terletak di ruang guru. Terdapat daftar harga setiap alat tulis yang dijual, jadi siswa mudah mengetahui harganya. Berdasarkan hasil observasi peneliti, terdapat ruang untuk memajang piala. Piala dipajang di ruang piala yang berjumlah + 77 piala. Piala-piala tersebut dipajang agar siswa termotivasi untuk berprestasi dan mendapatkan piala. Kantin SD N Plebengan termasuk kantin sehat. Kantin menjual makanan buatan penjual sendiri, sehingga lebih sehat dan mendukung siswa agar cinta produk makanan dalam negeri. Hal ini juga diperkuat dengan dokumentasi kantin sehat SD N Plebengan lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 24 halaman 210. Di depan ruang kelas, terdapat pohon perindang dan pohon buah. Ada 7 pohon perindang yang terdiri dari 1 pohon akasia, 5 sukun, 2 pohon jati, 6 pohon palem, 3 pohon beringin, dan 2 pohon sawo kecik. Pohon buah yang ditanam yaitu 10 pohon pisang, 20 100 pohon pepaya, 2 jambua air, dan 1 jeruk purut. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi foto suasana halaman sekolah SD N Plebengan yang rindang dan terdapat pohon buah lihat lampiran 15. Dokumentasi Gambar 25 halaman 211. Berdasarkan hasil observasi peneliti, tempat parkir di SD N Plebengan cukup luas. Tempat parkir ini cukup untuk menampung sepeda siswa dan kendaraan guru. Terdapat sekat antara parkir guru dan siswa sehingga siswa dapat menempatkan dengan tepat sepedanya. Berdasarkan hasil observasi peneliti, di semua kelas terdapat tempelan-tempelan baik itu foto maupun yang menunjang pembelajaran. Kelas 1A Rabu, 6 Januari 2016 terdapat foto presiden dan wakil presiden, kotak P3K, pancasila, dan gambar wayang. Kelas 1 B Kamis, 7 Januari 2016 terdapat foto presiden dan wakil presiden, data siswa, visi misi sekolah, pancasila, dan poster cara menulis tegak bersambung. Kelas 2A Senin, 30 November 2015 terdapat kotak P3K, data siswa, foto presiden dan wakil presiden, pancasila, dan gambar 4 sehat 4 sempurna. Kelas 2B Rabu, 2 Desember 2015 terdapat alamari, foto presiden dan wakil presiden, pancasila, gambar wayang, pahlawan, poster 4 sehat 5 sempurna, kotak P3K, dan data siswa. 101 Kelas 3 A Selasa, 1 Desember 2015 terdapat foto presiden, kotak P3K, wakil presiden, pancasila, sumpah pemuda, data siswa, tata tertib, dan poster presiden dan wakil presiden dari masa ke masa. Kelas 3B Selasa, 1 Desember 2015 terdapat kotak P3K, foto presiden dan wakil presiden, poster presiden dari masa ke masa, data siswa, tata tertib, sumpah pemuda, dan pancasila. Kelas 4A Jumat, 27 November 2015 terdapat kotak P3K, foto presiden dan wakil presiden, poster pahlawan kemerdekaan, poster pahlawan kemerdekaan, visi misi sekolah, pancasila, rangka manusia, dan gambar mata. Kelas 4B Sabtu, 28 November 2015 terdapat tempelan foto pahlawan, sumpah pemuda, gambar presiden dari masa ke masa, penampang lidah, peta Indonesia, wayang, dan almari. Kelas 5A Selasa, 5 Januari 2016 terdapat foto-foto presiden dan wakil presiden, kotak P3K, poster presiden dan wakil presiden dari masa ke masa, poster wayang-wayang punakawan dan pandawa, pembukaan UUD 1945, pancasila, peta Indonesia, poster senjata tradisional, tarian tradisional, rumah adat, dan pakaian adat. Di kelas 5B Jumat, 8 Januari 2016 terdapat tempelan sejata tradisional, baju tradisional, rumah adat, foto pahlawan kemerdekaan, gambar presiden dari masa ke masa, globe, almari, dan penggaris. 102 Di semua kelas ada kotak P3K pertolongan pertama kecelakaan, almari, foto presiden dan wakil presiden, dan data siswa. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 26-28 halaman 211. Dalam data siswa terdapat jadwal piket, data nama siswa, dan tata tertib. Selain itu, di setiap kelas ada mading. Mading untuk menempelkan hasil karya siswa lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 29 halaman 211. Di depan kelas terdapat slogan-slogan untuk hidup sehat. Berikut contoh isi slogan yang tertempel di dinding depan kelas: 1 Aku anak PHBS 2 Perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD Plebengan: a Berantas sarang nyamuk. b Pilah – olah sampah. c Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air. d Jajan di kantin “sehat” SD Plebengan. e Gunakan jamban dengan bersih dan sehat. f Siaga – tanggap dengan bencana. g Sayang – peduli terhadap tanaman dan lingkungan. 3 Ayo Budayakan cuci tangan pakai sabun. 4 Saat-saat penting pakai sabun. 5 Cuci tangan dengan benar. 103 6 Hijaukan lingkungan. 7 Aku anak berprestasi. 8 Bersih itu sehat. 9 Dengan membaca kita mengetahui dunia, dll Sabtu, 28 November 2015. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi terkait slogan dan poster yang ada di lingkungan sekolah lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 30-32 halaman 211-212. Selain itu, ada banner yang berisi 18 karakter yang dikembangkan di SD N Plebengan. Banner ini ditempelkan di depan perpustakaan dan di dekat ruang guru lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 33 halaman 212. Banner dan slogan dipasang dengan tujuan tertentu tergantung dengan isinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa didapat bahwa: Za : “Suruh cuci tangan mbak, cuci tangannya sebelum makan. Saya sudah. Kalau saya membembawa bekal, habis pelajaran, mau makan, saya mencuci tangan dulu.” Kamis, 14 Januari 2016 Nn : “Aku anak PHBS mbak. aku sudah mbak. sebelum makan, cuci tangan dahulu. Jumat bebas jentik juga sudah, kan kita kerja bakti.” Senin, 7 Desember 2015 De : “Dengan membaca, kita mengetahui dunia. Saya memang suka membaca mbak, tapi banyak yang buku pelajaran.” Senin, 14 Desember 2015 Dw : Kalau saya suka membaca, tetapi buku cerita.” Senin, 14 Desember 2015 hasil wawancara dengan siswa lainnya terlampir 104 Berdasarkan hasil wawancara siswa diatas siswa mengetahui arti dari slogan ditempel di lingkungan sekolah. Siswa sudah berusaha untuk melaksanakan ajakan dalam slogan tersebut. 5 Ekstrakurikuler Berdasarkan hasil dokumentasi peneliti yaitu kurikulum, didapat bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di SD N Plebengan yaitu pramuka, karawitan, drumband, dan olahraga voli, sepak bola, senam, dan atletik. Pramuka dan karawitan termasuk ekstrakurikuler wajib. Pramuka wajib diikuti siswa kelas IV, V, dan VI. Kegiatan pramuka mendukung kedisiplinan siswa, mengembangkan kerja keras siswa, mengembangkan kemampuan manajemen organisasi, dan melatih kemandirian siswa. Salah satu kegiatan pramuka di SD N Plebengan adalah outbond. Pada tahun 2014 kemarin diadakan outbond pramuka di Goa Cemara. Kegiatan outbond ini diperkuat dengan hasil dokumentasi peneliti lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 34 halaman 212. Berdasarkan hasil observasi, ketika ekstrakurikuler berlangsung, pertama yang dilakukan yaitu upacara. Semua siswa berkumpul di halaman sekolah untuk upacara. Semua siswa membawa atribut pramuka yang telah ditetapkan. Ada beberapa siswa yang tidak membawa atribut upacara menempatkan diri di tempat yang sudah ditentukan. Siswa berbaris menurut regunya. Ketua regu memimpin regunya masing-masing. Siswa dibimbing untuk belajar tali temali. 105 Setiap regu sudah membawa peralatan yang telah ditentukan. Pembina pramuka mengajarkan tali temali tersebut dan kegunaan tali temali untuk kehidupan sehari-hari. Siswa mencoba untuk membuat tali tersebut. Ekstrakurikuler PMR dilakukan setiap hari Rabu. PMR dilakukan bergantia dengan pramuka, misalnya minggu ini pramuka berarti minggu depan PMR. PMR mengajarkan cara menolong teman yang sakit dan pertolongan pertama pada kecelakaan. Berdasarkan hasil observasi, siswa diajarkan obat-obatan alami dari tumbuh- tumbuhan di lingkungan sekitar. Siswa juga diajarkan cara merawat tumbuhan tersebut. Karawitan wajib diikuti oleh kelas II, III, IV, V, dan VI. Karawitan dilaksanakan setiap hari senin, dan selasa. Karawitan mengenalkan kepada siswa gamelan, cara memainkan gamelan, mengenalkan gendhing-gedhing jawa, dan mengenalkan lagu-lagu jawa. Lagu-lagu yang diajarkan tergantung pada jenjang kelasnya. Semakin tinggi jenjang kelasnya maka semakin rumit. Untuk kelas rendah diajarkan lagu-lagu sederhana seperti manyar sewu dan sluku- sluku bathok . Kelas tinggi diajarkan lagu taberi sinau , pepeling , dan aku duwe pitik . Menurut guru karawitan, selain untuk mengenalkan gamelan, siswa juga dikenalkan Lagu-lagu Jawa. Berdsarkan hasil observasi, ekstrakurikuler karawitan dibuat giliran setiap kelas. Satu kelas yang rata-rata berjumlah 28 siswa dibagi menjadi 2 kelompok, 106 yaitu kelompok yang nembang menyanyi dan kelompok yang nggamel. Apabila sudah dua putaran lagu, siswa bergantian, yang nembang berganti nggameli . Ekstrakurikuler drumband diikuti oleh pilihan siswa kelas III – V. Ektrakurikuler drumband sering mengikuti perlombaan. Terakhir lomba drumband Juara II tingkat Kecamatan tahun 2014. Selain itu Lomba Drumband Polisi Sahabat Anak Juara II tingkat Kabupaten tahun 2013. Hal ini diperkuat dengan hasil dokumentasi saat siswa mengikuti lomba drumband lihat lampiran 15. dokumentasi gambar 35 halaman 212. Berdasarkan hasil observasi ketika drumband, siswa berkumpul pada pukul 14.00. Siswa mengambil alat di ruang penyimpanan alat drumband. Guru hadir kemudian siswa pemanasan. Siswa memainkan intro. Guru drumband mengulang pembelajaran yang minggu kemarin sudah dilakukan. Siswa dilatih agar hafal dengan lagu yang sudah diberikan. Siswa yang memegang alat musik ritmis dilatih guru sendiri dan siswa yang menggunakan alat musik melodis juga berlatih dengan guru sendiri. Setelah berlatih beberapa kali, siswa yang memainkan alat musik rimis dan melodis memainkan secara bersama. Drumband kemudian dilatih untuk berjalan. Siswa ketika berlatih berjalan mengelilingi lapangan. Ekstrakurikuler olahraga rutin diadakan setiap hari Jumat. SD N Plebengan mempunyai kelompok bola voli. Siswa belajar teknik- teknik bermain bola voli. Siswa juga diajarkan bagaimana 107 menghadapi musuh. Berdasarkan hasil observasi, siswa belajar voli secara berpasangan. Kemudian siswa dibentuk menjadi 2 kelompok untuk putri dan 2 kelompok untuk putra. Siswa bertanding dan pelatih mengajarkan cara menghadapi musuh. Selain ekstrakurikuler voli, ada juga ekstrakurikuler kasti. Ektrakurikuler ini tidak rutin dilakukan. Ekstrakurikuler kasti mulai intensif dilakukan ketika akan lomba. 6 Bimbingan Konseling Tidak ada guru BK khusus untuk membimbing siswa. Bimbingan konseling merupakan salah satu tugas dari guru kelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan bahwa, “Saya menugaskan guru untuk home visit ketika ada siswa yang lama tidak masuk. Masalahnya apa? Apakah di rumah atau sekolah, kalau di sekolah apa? Kita evaluasi bersama.” Hal ini didukung oleh guru kelas: Jk : “Saya mengetahui satu per satu karakter masing-masing siswa. Saya memberikan kesempatan anak-anak yang slow learner untuk belajar lebih daripada teman-teman yang lain. Terdapat tambahan pelajaran untuk tambahan anak lebih paham lagi dengan pelajaran yang diajarkan. Tingkat pemahaman anak dalam menangkap materi pembelajaran pun berbeda-beda, ada yang cepat, ada yang diulang-ulang pun masih kurang jelas. ” Sabtu, 28 Desember 2015 Da : “Ya kalau ada siswa yang tidak masuk, siswa tersebut dikarohke. Seperti salah satu siswa saya, namanya Zul. Dia jarang berangkat sekolah. Anaknya pendiam, ketika diminta bersuara mengungkapkan pendapat di kelas oleh guru juga diam saja. Sering tidak berangkat sekolah sejak masuk di kelas 4 ini. Saya beberapa kali ke rumah Zul untuk ngarohke. Setiap saya habis kesana, Zul mau berangkat seminggu, akan tetapi seminggu setelahnya tidak berangkat lagi. Kemudian saya datang kerumahnya lagi, dan hal tersebut terulang beberapa kali. 108 Akhir-akhir ini siswa ini berangkat kembali. Saya sudah berusaha, mencari tahu informasi tentangnya, mendekati orang tua, dan mendekat i siswa yang bersangkutan.” Jumat, 27 November 2015. Ya : “Saya tiap hari bersama mereka, lama-lama saya tahu karakter masing-masing anak seperti apa, jadi bisa menyesuaikan mana yang perlu penanganan khusus dll. Contohnya saja Ba, dia jika sudah selesai mengerjakan langsung mengganggu temannya, jadi saya memberikan tugas lebih untuk Ba. Ada tambahan pelajaran khusus untuk anak-anak yang kurang dalam manulis dan membaca. Dengan ini diharapkan siswa tersebut bisa naik kelas 2 dengan kemampuan yang cukup dalam menulis dan membaca. ” Kamis, 7 Januari 2016 Pu : “Dengan diberi pengarahan setiap hari sebelum siswa pulang. Awalnya dibimbing secara klasikal. Apabila susah untuk dibimbing secara klasikanl, ya secara individu. Membimbing ketika siswa sedang sendiri atau dipanggil dan diberi tau secara halus. Contohnya misalnya Sa yang terkadang tidak beragkat sekolah karena alasan sakit, ternyata anak tersebut kurang kasih sayang di rumah. Ayahnya belum la ma meninggal.” Jumat, 8 Januari 2016. Berdasarkan hasi observasi peneliti Selasa, 12 Januari 2016, Ya memberikan les tambahan untuk 5 siswa yang belum begitu lancar membaca dan menulis. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi ketika guru memberikan tambahan kepada siswa lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 36 halaman 212.

6. Langkah yang dilakukan guru dalam Membangun Budaya Kelas

untuk Mendidik Karakter Siswa SD N Plebengan Setiap guru dalam membangun budaya kelas terkait dengan karakter siswa mempunyai langkah masing-masing. Ada guru yang mempunyai langkah sama, ada juga yang berbeda. Langkah yang dilakukan oleh guru secara umum hampir sama. 109 Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa langkah yang dilakukan guru dalam membangun budaya kelas. Hasil observasi di kelas 3, 4, dan 5, ada tata tertib yang ditempelkan. Tata tertib dibuat untuk tahun ajaran 20152016, dibuat di Bulan Juli. Tata tertib yang berkaitan dengan sanksi apabila tidak mengerjakan PR dan atau tidak piket, dll. Setiap kelas berbeda- beda tata tertibnya. Di kelas 3A, apabila tidak piket, maka terkena denda. Di kelas rendah, tata tertib yang berkaitan dengan piket dan PR berupa tata tertib yang tidak tertulis. Di kelas 4 dan 5, apabila tidka piket, mengganti piket di hari setelahnya. Begitu pula dengan tidak mengerjakan PR. Dalam pembelajaran bahasa Inggris dan beberapa kela, apabila siswa tidak mengerjakan PR, siswa piket seminggu. Siswa mengerjakan piket karena apabila tidak mengerjakan akan mendapatkan sanksi dari guru. Guru mengingatkan apabila ada siswa yang kurang tepat dalam bertindak. Berdasarkan hasil observasi di kelas 1B, ketika siswa ramai, guru mengingatkan. Siswa diberikan tugas tambahan agar tidak mengganggu temannya. Guru memberikan reward secara verbal kepada siswa yang sudah melakukan dengan baik. Selain itu, berdasarkan hasil dokumentasi, sekolah memberikan reward kepada siswa yang berprestasi di kelas dengan maju di di depan tempat upacara dan dibagikan hadiah berupa buku dan alat tulis. Hal tersebut diatas, didukung dengan pernyataan guru, dan kepala sekolah tentang langkah yang dilakukan dalam membangun budaya kelas. Kepala sekolah menyatakan, “Awalnya sulit memang. Semua guru peduli dan saling bekerjasama dan mengarahkan. Jika yang satu tidak ada guru lain mengingatkan 110 untuk membuang sampah tidak sembarangan, dll. Pembiasaan yang paling mengena. Menerapkan atau mengondisikan agar sadar lingkungan, dll. Awal ditanamkan. dilaksanakan. dipantau, dielikke terus, diingatkan. Semua guru mengingatkan dan ikut melakukan. Mulai dari pertama kali. Pembiasaan setiap saat selama sekolah dari awal sampai akhir pelajaran.” Dari pernyataan kepala sekolah diatas, langkah untuk membangun budaya kelas kepada siswa yaitu menanamkan, melaksanakan, memantau, dan mengingatkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru didapat langkah-langkah. Menurut Da, “Awalnya dengan mengajarkan karakter-karakter yang baik. Dengan dipantau dan diarahkan terlebih dahulu, dan menjadikan anak terbiasa. Kemarin ada anak pindahan dari Lampung, dia belum bisa berbahasa jawa, guru dan siswa mengajarkan perlahan agar dapat terbiasa berbahasa dengan baik.” Jumat, 27 November 2015 Dari pernyataan diatas, langkah-langkah yang dilakukan Da dalam membangun budaya kelas ada 4, yaitu mengajarkan nilai karakter, memantau, mengarahkan, dan terbiasa. Menurut Jk, ada beberapa langkah yang dilakukan untuk membangun budaya kelas. Jk mengatakan, “Penanaman disiplin diawali dengan diawasi, ditunggui, dan diarahkan ketika piket, hal ini dilakukan guru pada minggu-minggu awal semester 1. seiring dengan berjalannya waktu, guru berangsur melepas siswa dalam piket, dan sekarang siswa sudah memiliki kesadaran untuk piket, guru terkadang hanya mengontrol saja. Sebelum pembelajaran dimulai, petugas piket laporan kepada guru apakah sudah bersih atau belum. Piket dilakukan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran 10-15 menit. Apabila siswa tidak mengerjakan PR, maka siswa tersebut akan piket selama 1 minggu, hal ini sudah menjadi kesepakatan pada saat musyawarah kelas awal semester 1.” Sabtu, 28 November 2015 111 Langkah-langkah yang Jk lakukan dalam membangun budaya kelas ada 6 yaitu membuat kesepakatan awal, mengawasi, menunggui, mengarahkan, terbiasa, dan kontrol. Ni mengatakan, “Kiat-kiatnya ya dengan memberi contoh secara konsisten kepada anak dan tanggung jawab. Menepati waktu dan janji kepada anak- anak. kan penanaman karakter itu harus terus menerus. Sebagai guru tidak boleh bosan-bosan untuk mengingatkan. Harus ada tindak lanjut dari kita. misalnya anak-anak jalan-jalan, diingatkan, ditegur, apabila masih ngeyel ya di dekati dan ditindak lanjuti. kelas 1,2,3 itu merupakan kelas kunci untuk penanaman karakter, di kelas tinggi tinggal melanjutkan dan mengontrol karakter-karakter yag telah ditanamkan di kelas rendah.” Rabu, 6 Januari 2016 Berdasarkan pernyataan diatas, didapat bahwa Ni dalam membangun budaya kelas melalui 5 langkah yaitu memberi contoh secara konsisten dan tanggung jawab, menepati janji, mengingatkan, menegur, dan menindaklanjuti. Kelas rendah merupakan kunci utama penanaman nilai karakter. Perlu adanya kontrol dan lanjutan implementasi pendidikan karakter. Sa menyatakan bahwa implementasi karakter itu dengan mengontrol setiap yang dilakukan siswa. Ketika siswa kerja bakti, guru menunggui siswa. Berikut hasil wawancara terkait cara khusus dari guru dalam mengimpleme ntasikan pendidikan karakter, “Kalau untuk piket sekarang anak-anak sudah tahu sendiri, kalau pulang sudah piket, sudah kebiasaan. Sebelum pulang siswa sudah siap-siap piket. Begitu juga dengan PR. Kalau ada kerja bakti, saya menunggui siswa.” Senin, 30 November 2015 112 Sm menyebutkan langkah Sm dalam mengimplementasikan pendidikan karakter. Menurut Sm, “Berdoa sebelum dan setelah pembelajaran. Ya sebelum berdoa saya suruh tenang. Kalau pelajaran, ada yang namanya Roz, Sulk, Raf, dia itu ramai di kelas, oleh karena itu saya memberikan kesibukan yang ekstra untuk mereka agar tidak mengganggu temannya. Di sekolah dibiasakan untuk rajin piket, rajin belajar. Tidak henti- hentinya setiap hari guru harus selalu mengingatkan siswa agar rajin.” Selasa, 1 Desember 2015 Dari pernyataan di atas, langkah Sm dalam membangun budaya kelas ada 3, yaitu anak yang ramai diberikan tugas yang lebih, pembiasaan, dan selalu mengingatkan. MJ menyatakan bahwa langkah yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter yaitu ketika awal masuk kelas 5B, guru menegaskan kepada siswa pentingnya disiplin. Kesepakatan awal saat awal semester 1, kalau guru sedang menerangkan, siswa mendengarkan dan memerhatikan. Awal masuk semester baru selalu diisi dengan berdoa bersama. Hal ini dilakukan untuk meminta kepada Tuhan supaya siswa lancar dalam menerima pelajaran dan diberikan kemudahan untuk segala hal. Sebelum berdoa guru menegaskan kalau berdoa itu tidak boleh sembarang, meminta kepada Allah itu yang baik, tidak bolh sembarangan. Kalau anak-anak minta ke Allah tulus, insya Allah akan dimudahkan juga oleh Allah. Saya selalu mengingatkan anak-anak untuk selalu taat kepada Allah. Selasa, 5 januari 2016. 113 Berdasarkan uraian diatas, langkah yang dilakukan Mj dalam membangun budaya kelas yaitu: a. membuat kesepakatan awal antar guru dan siswa tentang atata tertib yang akan berlaku, b. guru menegaskan akan pentingnya kedisiplinan, dan c. mengajak sebelum memulai apapun dengan berdoa. Berdoa dengan tulus dan sungguh-sungguh kepada Allah insya Allah akan dimudahkan. Menurut Ya, berikut langkah-langkah yang dilakukan: awalnya secara klasikal diajarkan. Mengajarkan etika dihubungkan dengan aturan di kelas. Apabila siswa melakukan pelanggaran, misalnya mengotori kelas atau membuang sampah sembarangan, siswa mendapat sanksi membersihkan kelas atau sampah dan menyirami tanaman. Untuk anak kelas satu, ya guru juga harus ikut ambil bagian. Terkadang jika siswa saja yang piket kurang bersih guru memberi contoh dan membantu bagaimana menyapu yang benar dan bagian mana saja yang perlu di sapu. Anak-anak diajarkan kebebasan misalnya dalam memilih tempat duduk, akan tetapi bebas yang tebatas, tetap dikontrol, yaitu tetap diberi pilihan agar duduknya berpindah-pindah tidak di tempat duduk yang sama. Bebas tapi ada aturan- aturan yang harus dipatuhi Kamis, 7 Januari 2016. Dari uraian Ya diatas, didapat langkah-langkah dalam membangun budaya kelas yaitu diajarkan secara klasikal, siswa diajarkan nilai-nilai yang benar dan yang salah, membuat kesepakatan tentang saksi apabila siswa 114 melanggar, mengontrol, memberi contoh, dan mengajarkan anak-anak kebebasan akan tetapi bebas yang tebatas, tetap dikontrol. Bebas tapi ada aturan-aturan yang harus dipatuhi. Menurut Pu, langkah yang dilakukan untuk mengimplementasikan pendidikan karakter pada siswa yaitu apabila siswa lupa tidak mengerjakan PR, berdasarkan kesepakatan, siswa harus meminta ijin ke orang tua yaitu berupa surat keterangan kenapa tidak mengerjakan PR. Semua guru peduli dan saling bekerjasama dan mengarahkan. Jika yang satu tidak ada guru lain mengingatkan untuk membuang sampah tidak sembarangan, dll. Pembiasaan yang paling mengena. Menerapkan atau mengondisikan agar sadar lingkungan, dll. Awal ditanamkan. dilaksanakan. dipantau, dielikke terus, diingatkan. Semua guru mengingatkan dan ikut melakukan. Mulai dari pertama kali. Pembiasaan setiap saat selama sekolah dari awal sampai akhir pelajaran.” Jumat, 8 Januari 2016 Berdasarkan uraian Pm diatas, langkah yang dilakukan Pm dalam mengimplementasikan pendidikan karakte siswa adalah: a. membuat kesepakatan awal dengan siswa tentang tata tertib dan sanksinya apabila melanggar, b. memberi bimbingan klasikal kepada semua siswa, dan c. memberikan bimbingan individual apabila dibutuhkan. Diperlukan adanya kerjasama dan saling mengarahkan dan mengingatkan siswa karena pembiasaan adalah implementasi yang paling mengena Pm, 8 Januari 2016. Berdasarkan hasil wawnacara dari beberapa guru diatas, 115 setiap guru mempunyai langkah yang berbeda, akan tetapi mempunyai garis besar langkah yang sama.

B. Pembahasan

1. Nilai karakter yang dikembangkan di SD N Plebengan

Berdasarkan hasil penelitian, dalam implementasinya, SD N Plebengan mengembangkan semua nilai karakter yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangad kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Implementasi Hal ini sesuai dengan 18 nilai karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional 2010: 9-10 yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Semua nilai karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional sudah dikembangkan di SD N Plebengan.

2. Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan

a. Nilai Karakter melalui Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas guru menuliskan nilai karakter yang dikembangkan pada RPP. Hanya ada satu guru yang tidak mencantumkan nilai karakter dalam RPP. Nilai karakter yang dikembangkan tersebut disesuaikan dengan materi yang akan