Siswa Peran Komponen Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter

27 3 Menentukan prioritas Sekolah menentukan prioritas pendidikan karakter apa dahulu yang ingin diajarkan kepada siswa. Selain itu, proses evaluasinya pun harus jelas, sehingga terlihat apakah sekolah mengalami kemunduran atau kemajuan. 4 Praksis prioritas Praksis prioritas merupakan bukti dilaksanakannya prioritas nilai. 5 Refleksi Setelah diadakannya tindakan dan praksis prioritas, diperlukan adanya refleksi sejauh mana sekolah telah berhasil ataupun gagal melaksanakan pendidikan karakter.

c. Siswa

Siswa merupakan orang yang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, maupun arahan dari orang lain. Peserta didik yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 3. Siswa memerlukan pengetahuan untuk mengembangkan dirinya. Akan tetapi dalam jenjang sekolah dasar khususnya, tidak hanya mendidik siswa untuk berkembang secara kognitif saja, akan tetapi dikembangkan karakter afektif dan juga psikomotor. Karakter yang baik oleh siswa di sekolah akan dibawa di lingkungan masyarakat. 28 Siswa dilatih tidak hanya dalam hal kognitif. “ Character has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral action ” Lickona dalam Nur Silay, 2013: 135. Karakter mempunyai tiga bagian yang saling berhubungan yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral actionmoral knowing, moral feeling. Siswa diharapkan seimbang antara moral knowing, moral feeling, dan moral actionmoral knowing, moral feeling, dan moral action nya . Moral knowing berarti pengetahuan tentang nilai-nilai moral. Moral feeling berasal dari hati nurani dan kontrol diri. Penting untuk dimiliki siswa agar memiliki komitmen terhadap nilai-nilai moral. Moral action yaitu mewujudkan moral knowing dan moral feeling dalam kehidupan sehari-hari. d. Kurikulum Pendidikan Karakter Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pendidikan karakter terintegrasi dengan mata pelajaran. Kurikulum yang ideal di sekolah diharapkan dapat menjawab persoalan pendidikan dan kebangsaan Agus Wibowo, 2013: 86. 29 Pelaksanaan kurikulum tidak dapat terwujud tanpa adanya kerjasama antar komponen pendidikan di sekolah seperti kepala sekolah, pengawas sekolah, guru, siswa, tenaga kependidikan, dan tenaga administrasi. Guru menjabarkan pendidikan karakter dan kemudian menerapkannya dalam pembelajaran. Agar pelaksanaan kurikulum bisa berjalan efektif dan efisien, pemerintah mengeluarkan pedoman yang harus diikuti instansi pendidikan dalan perencanaan operasional Agus Wibowo, 2013: 88. Pedoman tersebut yaitu: penyusunan jadwal pelajaran, penyusunan kalender pendidikan, pembagian tugas guru, penempatan peserta didik dalam kelas, penyusunan RPP, dan pelaksanaan kurikulum Agus Wibowo, 2013: 88. Perencanaan operasional yang dilakukan untuk menerapkan pendidikan karakter yaitu pertama penyusunan jadwal. Guru menyusun jadwal nilai karakter apa saja yang anak dilaksanakan pada hari ini. Hal ini ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Kalender juga perlu disusun agar memudahkan dalam menyusun rencana jangka menengah. Semua guru berperan dalam pendidikan karakter. Setiap masing- masing guru mempunyai tugas yang berbeda. Diperlukan adanya pembagian tugas untuk kelas rendah dan tinggi. Siswa ditempatkan dalam kelas dengan jumlah siswa yang dibatasi. Dalam satu kelas tidak terlalu banyak. Semua guru menyusun RPP agar pembelajaran yang 30 akan dilakukan dapat terencana. Sekolah hendaknya rutin membuat kurikulum dan melaksanakan kurikulum yang telah ditetapkan.

e. Sarana Prasarana dan fasilitas pendidikan karakter