Untuk bidang mata pencaharian, mata pencaharian utama masyarakat adalah bertani walaupun pada saat-saat tertentu seperti pada saat lahan pertanian tidak
membutuhkan perawatan khusus para penduduk desa memanfaatkannya dengan bekerja sebagai buruh harian lepas BHL di hutan tanaman industri milik PT. Toba
Pulp Lestari. Selain petani, masyarakat juga ada yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS, Kontraktor atau pemilik usaha mitra perusahaan yang
bekerja sama dengan PT. Toba Pulp Lestari. Kontraktor di desa Tapian Nauli III berjumlah delapan dengan nama-nama usaha sebagai berikut: CV. Parulian, CV.
Mida, CV. Sihol Mardongan, CV. Dolok Jaya, CV. Maharani, CV. Maju Parulian, CV. Riadi Gunawan, CV. Parsulang Padot Saroha.
4.1.2. Pola-Pola Hubungan Sosioal Masyarakat Di Desa Tapian Nauli III
Penduduk desa Tapian Nauli III yang mayoritas adalah Suku Batak Toba merupakan keturunan dari marga Pardede dan marga Simanjuntak yang pertama kali
membuka perkampungan di daerah ini. Budaya Batak Toba masih terlihat melekat pada masyarakat yang saat ini tinggal di desa Tapian Nauli III. Pada kehidupan
sehari-hari masyarakat di desa ini tetap memegang dan menjalankan konsep Dalihan Natolu yaitu Somba Marhula-Hula, Manat Mardongan Tubu dan Elek Marboru yang
merupakan kebudayaan masyarakat Batak Toba. Adapun konsep Dalihan Natolu yang dijalankan masyarakat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Somba Marhula-Hula Hula-Hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri
atau ibu, yang lazimnya disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak, dan somba marhula-hula artinya rasa hormat yang sangat dalam kepada keluarga pihak
istri dikarenakan pihak istri telah mau memberikan putrinya untuk menjadi istri yang akan memberikan anak penerus generasi satu-satu marga patriakat .
2. Manat Mardongan Tubu Dongan Tubu dalam adat Batak Toba adalah kelompok masyarakat dalam
satu rumpun marga. Manat mardongan tubu artinya harus bersikap sopan, hati-hati, dan saling menghargai satu dengan yang lainnya.
3. Elek Marboru Boru ialah kelompok orang dari saudara perempuan kita, dan pihak marga
suaminya atau keluarga perempuan dari marga kita. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah elek marboru yang artinya agar saling mengasihi supaya
mendapat berkat pasu-pasu. istilah boru dalam adat batak tidak memandang status, jabatan, dan kekayaan, oleh sebab itu mungkin saja seorang pejabat harus sibuk
dalam suatu pesta adat Batak karena posisinya pada saat itu adalah sebagai boru. Dari pengamatan peneliti penerapan budaya masyarakat yaitu budaya Batak Toba terlihat
dari interaksi masyarakat melalui tutur kata, seperti pemakain sebutan dalam sapaan bagi setiap orang yang masih tetap berdasarkan budaya leluhur masyarakat Batak
Toba sesuai dengan aturan adat istiadat yang ada. Masyarakat desa Tapian Nauli III tetap menjalankan budaya tersebut. Pada acara atau kegiatan-kegiatan sehari-hari,
keterlibatan dari ketiga pihak yang ada dalam dalihan natolu tersebut merupakan suatu keharusan, baik itu acara adat, acara syukuran dan kegiatan yang lainnya.
Dalam hal hubungan sosial masyarakat pada pengusahaan atau pengelolaan lahan pertanian di desa ini, masyarakat masih megenal dan menjalankan sistem bagi
hasil, dengan sebutan Sistem Mamola Pining bagi masyarakat setempat. Petani yang
mengusahakan ataupun mengelola lahan pertanian milik orang lain biasanya adalah pasangan suami istri yang memiliki lahan sempit atau tidak memiliki lahan sama
sekali. Dalam kesepakatan ini segala biaya dalam mengelola lahan pertanian adalah tanggung jawab dari petani penggarap lahan orang lain. Dalam pembagian hasil
panen, petani yang mengelola lahan orang lain mendapatkan setengah dari hasil panen yang didapatkan dan setengahnya lagi hasil panen tersebut menjadi bagian dari
pemilik lahan. 4.1.3. Sejarah Singkat PT. Toba Pulp Lestari
PT. Toba Pulp Lestari,Tbk yang berlokasi di desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir yang berjarak kira-kira 220 Km dari sebelah Selatan
kota Medan merupakan salah satu Industri Pulp milik swasta yang turut mendukung program Pemerintah dalam meningkatkan ekspor non migas.
Berdirinya PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama, Tbk adalah demi pemenuhan kebutuhan akan kertas dan rayon
dalam negeri yang sebelumnya masih diimpor dari berbagai negara. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah sebuah pabrik pulp dengan proses kraft yang terletak di Pulau
Sumatera, Indonesia. Bahan baku serat utamanya adalah Eucalyptus yang merupakan hasil Hutan Tanaman Industri yang membutuhkan waktu tumbuh sekitar 4-5 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh FAO pada bulan Juli tahun 1954, ditemukan dan direkomendasikan beberapa tempat strategis yang layak untuk
tempat mendirikan pabrik pulp di Indonesia, salah satunya adalah desa Sosor Ladang, Porsea, yang hingga kini merupakan tempat berdirinya PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
Dengan adanya rekomendasi dari FAO tersebut untuk lokasi pabrik pulp di Indonesia
yang salah satunya ada di desa Sosor Ladang, Porsea dan dengan adanya peningkatan terhadap kebutuhan kertas dan rayon, serta adanya keinginan pemerintah dalam
meningkatkan Hutan Tanaman Industri HTI dan pengefektifan hasil reboisasi di luar pulau Jawa misalnya Hutan Pinus Sumatera Utara, akhirnya menghasilkan
rencana pendirian pabrik pulp di desa Sosor Ladang, Porsea yang bernama PT. Inti Indorayon Utama, Tbk PT IIU yang merupakan salah satu anak perusahaan Raja
Garuda Emas RGM. Berdirinya PT. Inti Indorayon Utama, Tbk ini diawali dengan menyusun dan
membuat kelayakan pabrik pulp yang dilakukan oleh Sanwel Kanada dan Joko Perry Finlandia. Kemudian pada tanggal 21 Februari 1986 dilakukan peletakan batu
pertama oleh Menteri Perindustrian dan Menteri Tenaga Kerja, sedangkan Konstruksi dan Pembangunan dimulai pada bulan mei 1986. Uji coba pabrik dilakukan sampai
pada bulan September 1988 dan akhirnya pada tanggal 12 September 1988, pabrik mulai beroperasi.Perusahaan ini berdiri berdasarkan akte notaris
MirsahadiWilartama, SH No. 329 pada tanggal 26 April 1983 di Jakarta serta berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. C-25130-HT 01 tahun 1993.
Populasi dan Perencanaan yang dihasilkan memenuhi Surat Keputusan Bersama Menteri Riset dan Teknologi bersama Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup
KLH No. 43MNKLHII1986 sedangkan izin usaha dari Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 269iPMDN1983 pada tanggal 22 Desember 1983 dan No.
573IIIPMDN1987. keseluruhan fasilitas yang dimiliki oleh PT. Inti Indorayon Utama ini adalah Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN dengan investasi sebesar
600 Milyar Rupiah yang diperoleh dengan penjualan saham serta pinjaman dari bank
dalam negeri. Kemudian pada Bulan Mei 1990 perusahaan ini melakukan “Go Publik” dan fasilitas yang dimiliki berubah menjadi Penanaman Modal Asing PMA
berdasarkan Surat Keputusan Menteri InvestasiKetua Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 07V1990. Saham Perusahaan ini telah dijual di Bursa Saham Jakarta dan
Surabaya sejak 1992 dan di New York Stock Exchange NYSE. Kegiatan produksi PT. Inti Indorayon Utama, Tbk berhenti beroperasi pada
tahun 1998 dan tidak beroperasi selama kurang lebih 4 tahun. Suhu politik dalam negeri yang meningkat akibat adanya transisi kepemimpinan turut mempengaruhi
situasi di dalam maupun di sekitar perusahaan. Pada tanggal 6 Februari 2003 perusahaan ini beroperasi kembali dan berganti nama mejadi PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk, dengan paradigma baru. Adapun yang dimaksud dengan paradigma baru tersebut adalah:
1. Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. 2. Pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan dan melakukan manajemen
hutan yang akan menjaga ekosistem alam melalui hutan tanaman industri. 3. Mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat.
a. Mengutamakan putra daerah. b. Melakukan kerja sama dan kemitraan bisnis dengan masyarakat lokal.
c. Menyisihkan dana kontribusi sosial untuk pengembangan masyarakat sebesar 1 dari net sales hasil penjualan bersih per tahun.
4. Menerima lembaga independen untuk mengawasi paradigma baru perseroan. http:jfambarita.16mb.comLaporan-PKLI.html
.
Penulis: Erixson Ambarita
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk memiliki lokasi penting dalam menjalankan operasinya, yaitu areal usaha PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terdiri dari dua bagian yaitu
Mild Section dan Forest Section. Pabrik pembuatan pulp Mild Section termasuk Chemical Plant sebagai pusat produksi berlokasi di desa Sosor Ladang,
Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dibangun di atas tanah seluas ±200 ha, termasuk perumahan karyawan dan Tree
Inprovement pembibitan pohon ±10 hektar.Sedangkan areal hutan forest section saat ini meliputi 8 kabupaten yaitu, kabupaten Simalungun, Dairi, Karo, Tapanuli
Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Samosir, dan Tobasa. Desa Tapian Nauli III yang berada di kecamatan Sipahutar merupakan lokasi yang mengalami peralihan
fungsi hutan dari hutan tanaman reboisasi menjadi Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari HTI PT. TPI. Desa ini masuk sektor Habinsaran milik PT. Toba Pulp
Lestari.
4.2 Penyajian Dan Interpretai Data