PT. Toba Pulp Lestari, Tbk memiliki lokasi penting dalam menjalankan operasinya, yaitu areal usaha PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terdiri dari dua bagian yaitu
Mild Section dan Forest Section. Pabrik pembuatan pulp Mild Section termasuk Chemical Plant sebagai pusat produksi berlokasi di desa Sosor Ladang,
Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dibangun di atas tanah seluas ±200 ha, termasuk perumahan karyawan dan Tree
Inprovement pembibitan pohon ±10 hektar.Sedangkan areal hutan forest section saat ini meliputi 8 kabupaten yaitu, kabupaten Simalungun, Dairi, Karo, Tapanuli
Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Samosir, dan Tobasa. Desa Tapian Nauli III yang berada di kecamatan Sipahutar merupakan lokasi yang mengalami peralihan
fungsi hutan dari hutan tanaman reboisasi menjadi Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari HTI PT. TPI. Desa ini masuk sektor Habinsaran milik PT. Toba Pulp
Lestari.
4.2 Penyajian Dan Interpretai Data
4.3 Profil Informan
Profil informan dalam penelitian adalah masyarakat Desa Tapian Nauli III Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.
4.3.1 Informan Kunci
1. DP Lk, 35 tahun
DP adalah seorang laki-laki berusia 35 tahun dengan etnis Batak Toba dan beragama Kristen Protestan. Informan DP lahir di desa Tapian Nauli III, Informan DP
telah berumah tangga dan dikaruniai 4 empat orang anak. Tingkat pendidikan terakhir Informan DP adalah Sekolah Menengah Atas SMA
Pada saat ini pekerjaan Informan DP adalah sebagai perangkat pemerintah desa, tepatnya sebagai Kepala Desa Tapian Nauli III. Selain itu Informan DP juga
merupakan seorang kontraktor mitra usaha perusahaan sebagai penyedia tenaga kerja harian yang bekerja pada hutan tanaman industri milik PT. Toba Pulp Lestari.
2. BP Lk, 35 tahun
BP adalah seorang laki-laki berusia 35 tahun dengan etnis Batak Toba dan beragama Kristen Protestan. Informan BP lahir di desa Tapian Nauli III dan kini telah
berumah tangga serta memiliki 4 empat orang anak. Anak sulung Informan BP sekarang duduk di Sekolah Menengah Pertama SMP di Kabupaten Tapanuli Utara
dan tinggal di Rumah saudara Informan BP. Tingkat pendidikan informan BP sampai Sekolah Tingkat Kejuruan SMK.
Informan BP saat ini bekerja sebagai pengelola salah satu usaha mitra perusahan yang didirikan pada tahun lalu dengan dana kongsi patungan antara
informan BP dengan saudara-saudaranya yang merantau di pulau jawa.
3. JP Lk, 39 tahun
JP adalah seorang laki-laki berusia 39 tahun dengan etnis Batak Toba dan beragama Kristen Protestan. Bapak BP lahir di desa Tapian Nauli III dan kini telah
berumah tangga serta memiliki 5 lima orang anak. Anak sulung Informan BP sekarang tidak bersekolah lagi, anak informan ini putus sekolah pada kelas 1 satu
Sekolah Menengah Pertama SMP di kota kecamatan. Setelah putus sekolah, anak sulung informan JP ini memilih untuk ikut salah satu keluarga ayahnya ke Pulau
Jawa. Tingkat pendidikan informan BP sampai Sekolah Tingkat Kejuruan SMK.
Informan JP saat ini bekerja sebagai salah satu karyawan PT. Toba Pulp Lestari
PT. TPL yaitu sebagai operator alat berat perusahaan. 4. AP Lk, 72 tahun
AP adalah seorang laki-laki dengan umur 72 tahun, informan AP merupakan salah-satu penatua desa Tokoh Masyarakat di desa Tapian Nauli III sekaligus
seorang tokoh agama Pendeta pada salah satu gereja yang ada di desa Tapian Nauli III. Informan AP bermata pencaharian sebagai petani.
4.3.2 Informan Biasa 1. H Lk, 37 tahun
H adalah seorang laki-laki berusia 35 tahun dengan suku bangsa Nias dan beragama Kristen Protestan. Informan H lahir di Nias, pertama kali informan H
sampai ke desa Tapian Nauli III adalah sebagai buruh harian lepas pada PT. Toba Pulp Lestari. Informan H telah menetap di desa Tapian Nauli III selama 15 tahun
sampai saat ini. Informan H telah berumah tangga dengan salah satu warga desa Tapian Nauli III dan menjadi warga desa Tapian Nauli III buah dari pernikahannya
informan H telah dikaruniai 3 Tiga orang anak. Tingkat pendidikan terakhir informan H adalah Sekolah Menengah Atas SMA
Pada saat ini pekerjaan informan H adalah sebagai petani, namun jika informan H tidak memiliki kesibukan atau persawahan tidak membutuhkan perawatan khusus,
maka Bapak H memilih bekerja sebagai Buruh Harian Lepas BHL untuk PT. Toba Pulp Lestari PT. TPL melalui jasa salah satu usaha mitra perusahaan kontraktor
yang ada di desa Tapian Nauli III.
4.4 Sikap Masyarakat Terhadap Kehadiran Hutan Tanaman Industri.
Pembangunan industri yang pada awalnya ditujukan untuk mendorongkemajuan perekonomian berpengaruh pula secara sosial terhadap
perkembanganmasyarakat. Pengaruh industri terhadap masyarakat sangat banyak, salah satunya adalah terbukanya kesempatan kerja yang besar yang menyerap
penganguran yang ada disekitar lokasi industri. Munculnya Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari di desa Tapian Nauli
III merupakan salah satu industrialisasi yang terjadi di daerah ini, munculnya Hutan Tanaman Industri tersebut menjadikan berubahnya fungsi hutan disekitar masyarakat.
Perubahan Fungsi Hutan adalah berubahnya kegunaan atau peruntukan hutan tersebut menjadi kegunaan lain dikarenakan adanya hal-hal yang harus dipenuhi terkait
kebutuhan. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah berubahnya fungsi hutan mulai dari Hutan Ulayat, menjadi Hutan Reboisasi hingga menjadi Hutan Tanaman Industri
terkait kebutuhan perusahan Toba Pulp Lestari akan kayu sebagai bahan baku produksi perusahaan tersebut.
Masuknya sebuah modernisasi pada suatu daerah seperti yang terjadi di desa Tapian Nauli III umumnya disambut gembira oleh masyarakat, hal ini dikarenakan
masuknya modernisasi diharapkan membawa perubahan yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. seperti yang diutarakan salah satu tokoh
masyarakat yang menjadi Informan dari penelitian ini yaitu AP Lk, 72 tahun sebagai berikut :
“Awal masuknya Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari disambut gembira oleh masyarakat karena masyarakat berharap
dengan adanya hutan tanaman industri ini kondisi masyarakat akan lebih baik lagi dan kondisi desa berkembang.”
Hal senada juga diutarakan oleh informan DP Lk, 35 tahun: “Kami sangat gembira awal masuknya Hutan Tanaman Industri
ini ke desa kami, hal ini dikarenakan ada harapan desa ini semakin berkembang dengan adanya perusahaan disekitar desa kami.”
Hal ini tidak jauh berbeda dengan penuturan informan JP Lk, 39 tahun: “Pastinya senanglah, apalagi waktu itu kami masih usia-usia awal
produktif kerja jadi pada saat itu saya merasa ada lapangan kerja baru selain bertani.”
Sedangkan informan BP Lk, 35 tahun menuturkan sebagai berikut: “Saat masuknya hutan tanaman industri ke desa ini saya pada saat
itu masih merantau di pulau jawa. namun karena disana kondisi pekerjaan juga tidak mendukung kemudian saya pulang karena
menganggap bakal ada pekerjaan baru yang bisa dikerjakan dikampung.”
Hal lainnya dikatakan oleh H 37 tahun, informan ini menuturkan sebagai berikut:
“Dulu ketika kami mendengar disini dibuka hutan tanaman industri perusahaan Indorayon, saya dan teman-teman dari pulau
nias banyak yang datang kemari untuk bekerja. saat bekerja diawal dulu kami tinggal dibarak-barak yang disediakan oleh perusahaan
yaitu disekitar lokasi yang akan dibuka menjadi hutan ekaliptus. namun pada saat terjadi pro-kontra tentang indorayon dulu
sehingga sampai tutupnya indorayon menyebabkan kami kehilangan pekerjaan. kawan-kawan yang lain ke Nias, namun
karena saya sudah berumah tangga dengan masyarakat sini maka saya menetap disini.”
Dari hasil interpretasi data di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat menerima kehadiran hutan tanaman industri dengan adaptasi komformitas.
4.5 Adaptasi Jenis Pekerjaan Terhadap Perubahan Fungsi Hutan.