d penghambat dan penunjang mobilitas.
2. Faktor individu
Faktor-faktor individual akan banyak berpengaruh dalam menentukan siapa yang akan mencapai kedudukan tinggi. Faktor-faktor individual mencakup:
a perbedaan bakatkemampuan; b perilaku yang berorientasi pada mobilitas; dan
c kemujuran.
2.3 Adaptasi Sosial Robert K.
Merton Beryer, terjemahan Mohammad Oemar melihat struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku yang konformis, tapi juga perilaku yang
menyimpang. Struktur sosial menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial dan menekan orang tertentu ke arah perilaku yang nonkonform tidak sesuai dengan nilai
dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Dalam struktur sosial dan budaya, ada tujuan atau sasaran budaya yang disepakati oleh anggota masyarakat.
Tujuan budaya adalah sesuatu yang “pantas diraih”. Untuk mencapai tujuan tersebut, struktur sosial dan budaya mengatur cara yang harus ditempuh dan aturan ini bersifat
membatasi. Merton menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena tidak adanya kaitan antara tujuan dengan cara yang telah ditetapkan dan dibenarkan oleh
struktur sosial. Lebih jauh Merton mengidentifikasikan ada empat tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu. tiga diantara empat tipe itu merupakan perilaku
menyimpang. keempat tipe cara adaptasi tersebut adalah sebagai berikut: 1.Cara adaptasi konformitas conformity
Pada cara adaptasi ini, perilaku seseorang mengikuti cara dan tujuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat.
2. Cara adaptasi inovasi innovation Pada cara adaptasi ini, perilaku seseorang mengikuti tujuan yang ditentukan
masyarakat. Akan tetapi ia memakai cara yang dilarang oleh masyarakat. 3. Cara adaptasi ritualisme ritualism
Pada cara adaptasi ini, perilaku seseorang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi tetap berpegang pada cara yang telah ditetapkan oleh masyarakat.
4. Cara adaptasi retreatisme retreatism Bentuk adaptasi ini, perilaku seseorang tidak mengikuti tujuan dan cara yang
dikehendaki. Pola adaptasi ini menurut Merton dapat dilihat pada orang yang mengalami gangguan jiwa, gelandangan, pemabuk, dan pada pecandu obat bius.
Orang-orang itu ada di dalam masyarakat, tetapi dianggap tidak menjadi bagian dari masyarakat.
Dari keseluruhan tipe-tipe yang disebutkan di atas, tipe adaptasi yang pertama adaptasi konformitas merupakan bentuk perilaku yang tidak menyimpang.
Sementara empat tipe selanjutnya merupakan bentuk perilaku yang menyimpang. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian
ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi Gerungan,1996:55.
Menurut Suparlan Suparlan,1996:20 adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan
kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:
1. Syarat dasar alamiah-biologi manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis
secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya. 2. Syarat dasar kejiwaan manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari
perasaan takut, keterpencilan gelisah. 3. Syarat dasar sosial manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan
keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh.
Menurut Soerjono Soekanto Soekanto, 2000: 10-11 memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni:
1 Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2 Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.
3 Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4 Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
5 Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
6 Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah. Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan
proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan.
Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu di antaranya:
a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. b. Menyalurkan ketegangan sosial.
c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial. d. Bertahan hidup.
Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah menetap mengenai
suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari definisi tersebut diatas, maka dalam
penelitian ini peneliti ingin menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana proses dan pola-pola adaptasi masyarakat desa Tapian Nauli III dalam menyikapi peralihan
fungsi hutan yang terjadi di desa tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN