Solidaritas Sosial TINJAUAN PUSTAKA

lahan, sehingga lestari danberkesinambungan. Dasar hukum penting lainnyabagi peran serta atau partisipasi masyarakat diakomodir dalam intruksi Mentari Kehutanan No. 31Kpts-II2001, tentang Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Community based forest management yang ditekankan untuk mempromosikan peran serta masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan. Tingginya permintaan industri terutama industri kertas terhadap bahan baku kayu pada saat ini menyebabkan hutan alam atau bahkan hutan reboisasi mulai menyempit dikarenakan adanya peralihan fungsi hutan menjadi hutan tanaman industri guna memenuhi kebutuhan industri kertas tersebut terhadap bahan baku kayu tertentu. Seperti yang terjadi di daerah Tapanuli Utara tepatnya Desa Tapian Nauli III di kecamatan Sipahutar yang merupakan daerah penelitian skripsi ini. Perubahan fungsi hutan ini pastinya berpengaruh dengan kondisi sosial masyarakat sekitar dikarenakan dengan adanya hutan tanaman industri ini maka membuka peluang kerja baru buat masyarakat sekitar seperti karyawan perusahan, kontraktor usaha mitra perusahan bahkan buruh harian lepas BHL.

2.1 Solidaritas Sosial

Salah seorang sosiolog yang menaruh perhatian dan menjadikan fokus teoritis dalam membaca masyarakat adalah Emile Durkheim. Bahkan, persoalan solidaritas sosial merupakan inti dari seluruh teori yang dibangun Durkheim. Ada sejumlah istilah yang erat kaitannya dengan konsep solidaritas sosial yang dibangun Sosiolog berkebangsaan Perancis ini, diantaranya integrasi sosial social integration dan kekompakan sosial. Secara sederhana, fenomena solidaritas merujuk pada suatu situasi keadaan hubungan antar individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Durkheim membagi dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. 1. Solidaritas Mekanik Solidaritas mekanis didasarkan pada suatu tingkatan homogenitas tinggi dalam kepercayaan, sentimen, pekerjaan, dan lain-lain. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dalam aktifitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Individu dalam masyarakat seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal. Keseragaman tersebut berlangsung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan, baik sosial, politik bahkan kepercayaan atau agama. Doyle Paul Johnson dalam Lawang, 1994, secara terperinci menegaskan indikator sifat kelompok sosialmasyarakat yang didasarkan pada solidaritas mekanik, yakni: 1. Pembagian kerja rendah. 2. Kesadaran kolektif kuat. 3. Hukum represif domina. 4. Individualitas rendah. 5. Konsensus terhadap pola normatif penting. 6. Adanya keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang. 7. Secara relatif sifat ketergantungan rendah. 8. Bersifat primitif atau pedesaan. 2. Solidaritas Organik Solidaritas organis muncul karena pembagian kerja bertambah banyak, pertambahan pembagian kerja menimbulkan tingkat ketergantungan, sehingga hal itu akan sejalan dengan bertambahnya spesialisasi di bidang pekerjaan kemudian bertambahnya spesialisasi menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan individu. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada di dalamnya, karena adanya rasa ketergantungan antara satu dengan yang lain. Dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tangung jawab yang berbeda-beda. Doyle Paul Johnson dalam Lawang, 1994, secara terperinci menegaskan indikator sifat kelompok sosialmasyarakat yang didasarkan pada solidaritas organik, yakni: 1. Pembagian kerja tinggi; 2. Kesadaran kolektif lemah; 3. Hukum restitutifmemulihkan dominan; 4. Individualitas tinggi; 5. Konsensus pada nilai abstrak dan umum penting; 6. Badan-badan kontrol sosial menghukum orang yang menyimpang; 7. Saling ketergantungan tinggi; dan 8. Bersifat industrial perkotaan. Dengan pemaparan model solidaritas di atas maka karakteristik yang terdapat pada masyarakat desa Tapian Nauli III masih belum menunjukkan karakteristik dari masyarakat organik sepenuhnya, hali ini ditandai dengan masih ditemukan adanya beberapa karakteristik dari masyarakat yang mekanik.

2.2 Mobilitas Sosial

Dokumen yang terkait

Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

1 55 78

Pemetaan Potensi Simpanan Karbon Hutan Tanaman Industri Tegakan Eucalyptus spp. Studi Kasus di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli

0 51 96

Pengaruh Keberadaan PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Terhadap Perekonomian Masyarakat dan Lingkungan di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir

0 26 88

Sikap Petani Terhadap Program CD (Community Development) PT.TPL (Toba Pulp Lestari) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

0 34 74

Analisis Kandungan Kimia Sludge dari Industri Pulp PT. Toba Pulp Lestari Tbk

4 43 51

Pengaruh PT.Toba Pulp Lestari, Tbk Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Porsea

0 54 114

Kajian kualitas tapak hutan tanaman industri hibrid Eucalyptus urograndis sebagai bahan baku industri pulp dalam pengelolaan hutan lestari (Studi Kasus di PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, Sumatera Utara )

0 22 484

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERTANIAN KOPI DI DESA TAPIAN NAULI II KECAMATAN SIPAHUTAR KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 3 19

TANGGAPAN WARGA MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI DESA TAPIAN NAULI II KECAMATAN SIPAHUTAR KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 5 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Fungsi Hutan (Studi Deskriptif tentang Kehadiran Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari di Desa Tapian Nauli III, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 10