Percobaan Pendahuluan II : Pengujian Tetrazolium Percobaan 1 : Uji Viabilitas

digunakan adalah air yang sudah di mineralisasi, bersih, bebas dari senyawa organik dan anorganik, pH antara 6,0 – 7,5. Percobaan menggunakan 50 benih sebanyak 4 ulangan. Pengamatan dan penghitungan kecambah normal dilakukan pada hari ke- 15 dan ke-30. Tahap III : Penentuan waktu pengamatan pertama dan pengamatan akhir pengujian daya berkecambah pada media pasir dan media kertas Perlakuan tahap I media pasir dan tahap II media kertas yang terbaik diuji kembali pada tahap III dengan menggunakan tiga lot benih A, B dan C. Percobaan menggunakan 50 benih sebanyak 8 ulangan. Pengamatan dan penghitungan kecambah normal dilakukan pada setiap hari sampai hari ke-30. Penentuan waktu pengamatan pertama diperoleh berdasarkan titik maksimum pada kurva hasil pengamatan kecambah normal tiap hari. Penentuan waktu pengamatan akhir diperoleh berdasarkan titik konstan pada kurva hasil akumulasi pengamatan kecambah normal tiap hari. Rancangan Percobaan Pada tahap I dan II digunakan Rancangan Acak Lengkap menggunakan analisis sidik ragam ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test DMRT 5.

2. Percobaan Pendahuluan II : Pengujian Tetrazolium

Pada pengujian TZ, benih dilembabkan dalam air selama 18 jam pada suhu 20 o C. Selanjutnya endosperma dipotong secara longitudinal untuk mengeluarkan embrio benih, kemudian direndam dalam larutan tetrazolium klorida 1 pada suhu 30 o C selama 2, 4, 9, 12 dan 18 jam pada kondisi gelap ISTA, 2014. Pengujian DB dilakukan pada media pasir di rumah kasa. Kriteria kecambah normal adalah hipokotil lurus dan sehat, kotiledon telah terbuka sempurna disertai tunas yang sehat. Pengamatan commit to user hitungan pertama dilakukan pada 10 hari setelah tanam HST dan hitungan kedua pada 21 HST. Rancangan Percobaan Uji pendahuluan menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu faktor sebanyak 8 empat ulangan masing-masing 50 butir. Hasil uji TZ dianalisis korelasi dengan hasil uji DB. Hasil yang memberikan koefisien determinasi dan koefisien korelasi yang tertinggi mendekati 1 adalah kriteria yang dipilih untuk metode pengujian tetrazolium benih.

3. Percobaan 1 : Uji Viabilitas

Pengujian viabilitas benih menggunakan uji DB dan TZ. Pada pengujian TZ, benih dilembabkan dalam air selama 18 jam pada suhu 20 o C. Selanjutnya endosperma dipotong secara longitudinal untuk mengeluarkan embrio benih, kemudian direndam dalam larutan tetrazolium klorida 1 pada suhu 30 o C selama 18 jam pada kondisi gelap. Uji DB dilakukan pada media pasir di rumah kaca dengan data suhu dan kelembaban pada Lampiran 2. Kriteria kecambah normal adalah hipokotil lurus dan sehat, kotiledon telah terbuka sempurna disertai tunas yang sehat. Pengamatan hitungan pertama dilakukan pada 10 hari setelah tanam HST dan hitungan kedua pada 21 HST. Pengamatan dilakukan dengan mengelompokkan benih sesuai dengan pola topografi dan pewarnaan yang terbentuk. Kemudian persentase benih dalam tiap pola dihitung. Penentuan pola topografi dan pewarnaan TZ untuk tolok ukur viabilitas benih didasarkan pada perhitungan Root Mean Square RMS antara hasil uji DB dan hasil uji TZ Kuo et al. 1996 dan Pant et al., 1999, dimana G adalah persentase hasil uji DB, P adalah persentase hasil uji TZ dalam suatu pola atau kombinasi beberapa pola dan N adalah jumlah lot dalam penelitian ini tiga lot. Indeks angka menunjukan lot 1=lot A, 2=lot B dan 3=lot C. Nilai G dan P merupakan rata-rata dari delapan ulangan pada suatu lot. commit to user Tiga pola topografi dengan nilai RMS terkecil diuji lanjut dengan analisis regresi dan korelasi untuk menentukan pola topografi yang paling sesuai dengan sebagai tolok ukur viabilitas benih. Nilai koefisien determinasi R 2 dan koefisisen korelasi r yang tertinggi digunakan sebagai kriteria pemilihan pola topografi yang paling sesuai. Model persamaan regresi yang digunakan adalah y = a + bx. Rancangan Percobaan Untuk pengujian viabilitas benih, digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu lot benih yang terdiri atas tiga taraf lokasi panen. Setelah dianalisis sidik ragam ANOVA dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test DMRT 5. Analisis ini untuk melihat perbedaan DB antar lot.

4. Percobaan 2 : Uji Vigor