Percobaan 2 : Uji Vigor Pelaksanaan Penelitian

Tiga pola topografi dengan nilai RMS terkecil diuji lanjut dengan analisis regresi dan korelasi untuk menentukan pola topografi yang paling sesuai dengan sebagai tolok ukur viabilitas benih. Nilai koefisien determinasi R 2 dan koefisisen korelasi r yang tertinggi digunakan sebagai kriteria pemilihan pola topografi yang paling sesuai. Model persamaan regresi yang digunakan adalah y = a + bx. Rancangan Percobaan Untuk pengujian viabilitas benih, digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu lot benih yang terdiri atas tiga taraf lokasi panen. Setelah dianalisis sidik ragam ANOVA dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test DMRT 5. Analisis ini untuk melihat perbedaan DB antar lot.

4. Percobaan 2 : Uji Vigor

Tolok ukur pengujian vigor benih di laboratorium yang digunakan adalah accelerated aging AA, indeks vigor IV, kecepatan tumbuh Kct dan kecepatan tumbuh relatif, laju pertumbuhan kecambah LPK dan uji TZ. Uji AA dilakukan dengan mengecambahkan benih yang telah didera pada suhu 41 o C dan RH tinggi selama 72 jam ISTA 2004. Nilai IV adalah persentase kecambah normal pada hitungan pertama dalam DB Copeland dan McDonald 1995. Dalam uji Kct dan Kct relatif penghitungan kecambah normal dilakukan setiap hari hingga hari ke-21 atau hingga semua kecambah dapat identifikasi sebagai kecambah normal, abnormal dan mati. Nilai Kct relatif dihitung sebagai Netmal dibagi Kct maksimal. Bobot Kering Kecambah Normal BKKN, yang ditunjukkan dengan kemampuan mengoptimalkan cadangan makanan dalam benih ke dalam bentuk akumulasi bobot kering kecambah. Pengujian dilakukan di akhir pengamatan. Seluruh kecambah normal perpustakaan.uns.ac.id commit to user dicabut, dibungkus dengan aluminium foil dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 o C selama 3 hari, setelah itu dimasukkan ke dalam desikator + 30 menit kemudian ditimbang. Uji LPK mgkecambah normal dilakukan dengan mengeringkan kecambah normal hasil uji DB pada 80 o C selama 24 jam Copeland dan McDonald 1995. Pengujian- pengujian tersebut menggunakan 50 benih dengan delapan ulangan. Penentuan pola topografi dan pewarnaan TZ untuk tolok ukur viabilitas benih didasarkan pada perhitungan Root Mean Square RMS antara tolok ukur vigor dan hasil uji TZ Kuo et al. 1996 dan Pant et al.1999, dimana G adalah persentase hasil uji DB, P adalah persentase hasil uji TZ dalam suatu pola atau kombinasi beberapa pola dan N adalah jumlah lot dalam penelitian ini tiga lot. Indeks angka menunjukan lot 1=lot A, 2=lot B dan 3=lot C. Nilai G dan P merupakan rata-rata dari delapan ulangan pada suatu lot. Tiga pola topografi dan pewarnaan dengan nilai RMS terkecil pada tiap tolok ukur vigor diuji lanjut dengan analisis regresi dan korelasi untuk menentukan pola yang paling sesuai sebagai tolok ukur vigor benih. Khusus untuk LPK, BKKN dan Kct tidak dilakukan perhitungan RMS karena mempunyai satuan yang berbeda sehingga langsung dianalisis regresi dan korelasi. Analisis regresi dan korelasi dilakukan setelai nilai LPK dan Kct ditransformasi ke nilai Z baku untuk memperoleh perbandingan relatifnya. Menurut Walpole 1993 suatu pengamatan x dari suatu populasi yang mempunyai nilai tengah µ dan simpangan baku σ, mempunyai nilai Z yang didefinisikan sebagai : Z = x - µ σ commit to user Rancangan Percobaan Untuk pengujian vigor benih di laboratorium, digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu lot benih yang terdiri atas tiga taraf umur simpan. Setelah dianalisis sidik ragam ANOVA dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test DMRT 5. Analisis statistik ini digunakan untuk melihat perbedaan hasil pengujian antar lot.

5. Percobaan 3 : Hubungan antara uji tetrazolium dan pertumbuhan tanaman pepaya di media tanam