Uji Pendahuluan II : Pengujian Tetrazolium

berkecambah ke tiga lot benih A, B dan C dengan kertas memperoleh kurva dengan titik konstan yaitu pada hari ke-30 Gambar 7.. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada uji pendahuluan I untuk pengujian daya berkecambah diperoleh bahwa benih pada lot A, B dan C tidak mengalami dormansi, sehingga pada tahap selanjutnya untuk uji daya berkecambah menggunakan metode dengan media pasir, pada suhu 25-34 o C T3, tanpa perlakuan P1. Pengamatan pertama pada hari ke-10 dan pengamatan akhir pada hari ke-21.

B. Uji Pendahuluan II : Pengujian Tetrazolium

Evaluasi awal terhadap mutu fisiologi benih dilakukan melalui pengujian daya berkecambah Tabel 9, benih diseleksi ke dalam tiga tingkat viabilitas : tinggi Lot B, sedang Lot C dan rendah Lot A. Tabel 9. Data rata-rata hasil pengujian daya berkecambah dan kadar air tiga lot benih pepaya Lot Benih Daya Berkecambah Kadar Air A 80.5 ab 10.6 B 88 a 10.5 C 83.5b 10.1 Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5. Kadar air lot benih yang digunakan dalam penelitian menyajikan nilai yang hampir sama, variasi yang diperoleh dari 10.1 sampai 10.6 Tabel 9. Hal tersebut sangat penting dalam pelaksanan pengujian ini untuk standarisasi evaluasi dan pencapaian hasil yang konsisten. Pada Tabel 11 disajikan hasil uji tetrazolium pada tiga lot benih pepaya dengan berbagai waktu perendaman dalam larutan tetrazolim. Dalam penelitian diperoleh bahwa prosedur pewarnaan dengan perendaman dalam larutan tetrazolium pada konsentrasi 1 selama 18 jam commit to user mampu menyortir lot benih sama seperti hasil yang diperoleh dalam uji daya berkecambah, datanya disajikan pada Tabel 10, mengklasifikasi lot 1, sebagai benih berkualitas tinggi; lot 2 pada kualitas menengah; dan lot 3 sebagai benih kualitas terendah. Metode tersebut memungkinkan untuk dilakukan dan hasil akhir untuk viabilitas benih dapat diperoleh sekitar 40 jam. Hasil ini dibutuhkan, ketika kontrol internal kualitas benih suatu perusahaan membutuhkan respons yang cepat mengenai status lot benih secara benar, untuk memberikan hasil yang tepat. Tabel 10. Viabilitas dengan uji tetrazolium pada tiga lot benih pepaya pada berbagai waktu perendaman dalam larutan tetrazolim Lama Perendaman 2 jam 4 jam 9 jam 12 jam 18 jam LOT Uji Tetrazolium A 46.00b 50.00b 62.50c 78.50b 82.00c B 60.75a 64.50a 75.75a 84.50a 90.00a C 61.00a 62.75a 69.25b 80.00b 85.50b CV 14.78 13.05 9.18 5.40 5.32 `Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 Pada Tabel 11, diperlihatkan koefisien korelasi antara data yang diperoleh pada uji perkecambahan benih dan dalam uji viabilitas benih dengan menggunakan metode tetrazolium, yang bertujuan untuk penyempurnaan analisis data. Pewarnaan dengan perendaman dalam larutan garam tetrazolium selama 18 jam, konsentrasi 1 telah menghasilkan korelasi tertinggi mendekati 1, yaitu 0.916 statistik signifikan pada probabilitas 1, sehingga metode tersebut yang digunakan untuk pengujian tetrazolium pada tahap percobaan selanjutnya. commit to user Tabel 11. Koefisien korelasi antara data rata-rata yang diperoleh dari pengujian daya berkecambah dan pengujian viabilitas menggunakan metode tetrazolium pada tiga lot benih A, B dan C pada berbagai waktu perendaman Waktu Perendaman R 2 r 2 jam 0.249 0.442 4 jam 0.349 0.495 9 jam 0.646 0.786 12 jam 0.769 0.833 18 jam 0.888 0.916 Keterangan : R 2 : koefisien determinasi, r : koefisien korelasi, = berpengaruh nyata pada uji DMRT 5 , = berpengaruh sangat nyata pada uji DMRT 1 Waktu pewarnaan tidak mutlak harus dilaksanakan, karena dapat beragam sesuai dengan kondisi benihnya. Pengalaman menunjukkan evaluasi dapat dipercepat atau diperlambat. Waktu pewarnaan mungkin diperpanjang jika benih belum terwarnai dengan sempurna untuk membuktikan apakah pewarnaan yang kurang dari sebagaimana mestinya disebabkan oleh lambatnya penyerapan garam tetrazolium atau merupakan indikasi kekurangankerusakan didalam benih. Namun pewarnaan yang berlebihan harus dihindari karena hal ini dapat menyamarkan perbedaan pola pewarnaan yang disebabkan benih lemah dan kerusakan spesifik seperti akibat pembekuan ISTA, 2014.

C. Percobaan I : Uji Viabilitas